Mohon tunggu...
Surikin SPd
Surikin SPd Mohon Tunggu... Guru - Ririn Surikin

Terus Belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bekudo Bono

24 Januari 2022   15:24 Diperbarui: 24 Januari 2022   15:36 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 " BEKUDO BONO "

Pagi ini menjadi pagi yang menyenangkan bagiku tak kalah bahagia nya dengan liburan akhir pekan ku kemaren. Aku dan kedua temanku menjadi perwakilan sekolahku untuk mengunjungi suatu daerah yang terpencil. Dalam tiga hari yang akan datang dan masih ada waktu ku selama tiga hari untuk mempersiapkannya. Hari terus berganti. Tibalah saat yang kutunggu tunggu tiba. 

Aku dan kedua temanku dan satu guruku menaiki mobil yang sempit tapi bagiku ini menjadi sutu kenangan. Selama perjalanan mata ku sangat dimanjakan dengan pemandangan yang indah seperi deretan kebun kelapa sawit. Namun belum terpikir dibenakku akan kemana aku dibawa. 

Namun aku merasa berbeda karena untuk menyerupai lokasi ini sangat mistis. Dalam transportasi untuk menuju lokasi ini diadakan upacara "semah" pagi atau siang dipimpin tetua tetua kampong dengan maksud agar pengendara selalu mendapat keselamatan" Rasa ingin tahu ku yang tinggi aku ingin bertanya kepada guru. 

Namun sebelum aku bertanya, guru ku bu jihan yang kami panggil. Berkata, bu jihan : kalian tau akan di bawa kemana aku dan kedua temanku : tidak bu (serentak ) bu jihan : kalian akan ibu bawa ke Sungai Kampar untuk melihat daerahnya sekaligus budayanya. 

Tidak terasa dengan jalan yang tidak mulus sampailah di daerah yang dimaksud oleh bu jihan. bu jihan mengatakan " kalian disini ibu ajak untuk mengenal daerah dan budaaya yang ada di kabupaten pelalawan. kami pun bergegaas berjalan menuju tempat penginapan. Sesampainya, kami menginap dirumah warga. Namun tidak dengan guruku dia hanya mengatarkan kami lalu kembali pulang dengan menggunakan mobil yang kami tumpangi tadi. 

Siang pun berlalu. Saatnya makan  malam. Dalam urusan makan kami juga tidak perlu pusing karena juga disiapkan oleh warga setempat. Warga disini sangat ramah walaupun rambut sudah memutih kulit mulai kendor namun semangatnya sangat membara ini dapat menjadikan motivasi tersendiri bagiku.

Haripun terus berlalu. Ini merupakan hari kedua aku disini , aku dan kedua temanku diajak oleh ncik lela (orang yang akan menjadi pemandu kami selama disini) untuk melihat rumah rumah panggung yang ada disana dan juga dengan kedua mataku melihat  warga yang mata pencariannya nelayan, dengan semangatnya untuk menghidupi keluarga. 

Ku terdengar ada teriakan dari warga, kudengar teriakannya dari belakang.  Mungkin hari ini menjadi hari yang menakutkan bagiku, terdengar juga gemuruh olehku dan kedua temanku hanya mendengar suara teriakan tidak suara gemuruh. Mendengar itu aku dan kedua temanku kembali ke tempat penginapan. 

Terjadi percakapan Lila : ada apa itu ncik lela . ncik lela : waktu waktu seperti ini waktu yang menakutkan bagi kami karena akan ada ombak yang sangat mengerikan.  Lila : ombak apa itu namanya ncik. Ncik lila : akan ada namanya ombak bono, banyak sekali mistis tentang ombak itu Nak, bono itu ditakutkan karena sudah banyak memakan korban . Mulai dari kapal kapal yang tenggelam hingga manusia yang tewas. 

Namun bagi orang asing bono ini bahkan menjadi fenomena yang menakjubkan. Biasanya semua kapal yang ada di sungai segera menghindar dari gulungan ombak Bono. Penduduk setempat memiliki sebuah tradisi atau atraksi yang disebut dengan "Bekudo Bono". Atraksi ini digambarkan dengan masyarakat yang menyambut kedatangan ombak Bono dengan menaiki dan mengarahkan kapal motornya ke lidah ombak di pungung ombak Bono. 

Atraksi ini memang bisa dikatakan sangat berbahaya. Aku dan kedua temanku bertanya kepada ncik lila " bagaimana dengan kami ncik? ", lela : apakah diantara dari kami akan ada yang tewas di makan oleh ombak bono. Ncik lila : tidak nak, kalian diam saja dipenginapan ini untuk beberapa hari ini.

Hari yang menakutkan bagiku kini telah berlalu, sudah terlewati. Hari ketiga dengan cuaca yang cukup cerah. Aku tanpa temanku dan juga tanpa Ncik Lila berjalan terlihat oleh ku lelaki sudah beruban sedang di duduk sambil menggulung rokoknya dengan tembako. Aku memanggilnya Pak Tua

Lila : Pak Tua, apakah Pak Tua tau apa yang terjadi semalam, apa itu bono ? Pak Tua: ia na muda sangat mengerikan bagi kami ombak itu, konon ombak ini berbentuk serupa kuda yang berjumla tujuh ekor. Kepercayaan tetua setempat bono yang ada di sungai Kampar ialah bono jantan, layaknya sepasang kekasih. Ombak ini akan pergi ke sungai rokan untuk menemui bono betina. 

Itulah sebabnya ketika bulan kecil dan pasang mati, masyarakat dengan kedua matanya tidak menemukan bono di kedua sungai tersebut, namun jika bulan mulai besar gelombang gelombang tadi akan kembali ketempat masing masing lalu bermain memudiki Sungai Kampar dan Sungai Rokan. Nah,semakin penuh bulan di langit, semakin membara semangat bono untuk berpacu memudiki kedua sungai itu nak.

Lila : Dibalik cerita Pak Tua ada keseruan tersendiri bagi saya Pak Tua, ada pendapat masyarakat lain Pak Tua ?

(ncik lela tetiba dating menghampiri kami berdeua dan menyanmbung percakapan kami).

Ncik lela: Ada sebuah legenda yang aneh nak terkait dengan Ombak Bono Sungai Kampar. Jumlah ombak ini juga sering disebut dengan "Seven Ghosts" .Namun,saat ini hanya tinggal enam ombak. Di mana yang satunya lagi? Satu ombak dahulu "mati" karena ditembak oleh orang Belanda di jaman penjajahan dulu. Ombak Bono akan mencapai titik tertinggi ketika bulan purnama.

Lela : oh begitu ya Pak Tua, dan ncik lila. Hari sudah petang saya akan kembali ke penginapan dan menjumpai kedua temanku ya Pak Tua terima kasih .

Cuaca sudah mendung, namun mendung tak berarti hujan. Telepon senterku bergetar ada SMS masuk isinya pengirim bu jihan "anakku besok kalian akan di jemput disaat matahari belum bercahaya terang dengan mobil kemaren dan ibu juga akan ikut ". Aku seperti tidak akan menerima bahwa besok akan pulang. Aku masih butuh beberapa hari untuk hidup bersama keluarga yang apa adanya. 

Namun inilah perpisahan, Malam ini merupakan malam terkahir bagi kami di daerah terpencil ini. malam terakhir ini kami mengisi untuk bencengkrama dengan warga setempat, warga setempat juga banyak menceritakan hal yang menakutkan bagi kehidupan mereka saat ini. dengan warga setempat bercerita dengan logat bahasa Kampar yang khas, dimalam terkahir ini aku dan kedua temanku ingin menghabiskaan waktu dengan tertawa bersama bersedih bersama dengan warga setempat. Karena dihari esok mobil akan tiba sebelum matahari memancarkan cahaya terangnya. 

Malam sudah larut kami pun tertidur, tepat pukul 04.00 dan ada suara azan yang membanguni ku aku bangun dan sembari membangunkan kedua temanku lalu ku ambil air untuk menyucikan tubuhku lalu kulaksanakan shalat. Taklama kemuadia setelah sudah beres, mobil pun tiba, bu jihan pun turun dari mobil itu. Tak sanggup rasanya meninggalkan ncik lila yang begitu luar biasanya baiknya aku pun memberikan ucapan manis " ncik, jangan lupakan aku, karena suatu saat pribadi ku yakin ombak ini akan menjadi ombak yang ditunggu tunggu  dan yang kurindukan. 

Ncik lila " sambil tertawa, wahai nakku ini ombak sangat bahaya kenapa kamu ingin menemui ombak ini (dalam hati )". Disaat kami menaiki mobil ada  pa tua dan ncik lila kami pun memberikan salam kepada dua orang tetua itu. Waktu tempu kurang lebih 1,5 jam sampai la aku dan kemmpat temanku dirumah masing masing.

Pagi rumahkuuu, pagii semua, aku kembali. Besok aku akan menjalani rutinitas biasanya. Aku juga kangen sekolah, aku juga kangen rumah. Tibalah hari dimana sebagai hari kenaikan bendera merah putih.  Pagi temankuuu, pagi sekolah, setelah menjalankan upacara dan selesai lalu memasukui jam pembelajaran. Tepat jam menunjukkan angka 10.00 WIB bel keluar main berbunyi. Semua temanku menghampiri ku, aku kaget, ada apa ini. teman teman ku tak sabar ingin mendengar pengalamanku, teman teman daerah yang ku kunjungi sangatla terpencil jalan untuk menuju kesana juga la tidak semulus jalan kesekeolah kita, kami pun juga tidak nginap dihotel berbintang kami hanya tidur dirumah warga, begitu juga dengan mandi kami, kami juga mandi ditepi sungai. Namun dihari kedua, menjadi hari yabg menyeramkan bagiku karena aku mendengar ada seuara gemuruh, dimana jika ada suara gemuruh akan ada ombak yang tinngi dan ombak itu sangat di takutkan para warga setempat karena ombak itu telah memakan banyak korban. Ihhh seram (serantak semua temanku mengatakannya), "lalu menjadi hal yang tak terlupakan bagi mu apa lela"kata rara, hal yang tak terlupakan bagiku yaitu warganya, warganya sangat ramah dan juga aku ada dapat cerita dari pa tua tentang mistis ombak itu juga menyeramkan. Banyak kenangan indah ku bersama warga disana meraka baik dan ramah walaupun rambut mereka telah memutih tapi semngatnya luar biasa.

***

Dikoran, terlihat olehku "segera saksikan fesrival bekudo bono".kemudian timbul dalam benakku  untuk menyaksikan ombak itu, karena penuh dengan rasa penasaran di pikiranku, akupun baru sadar apakah ini bono yang dikatakan oleh ncik lila dan Pak Tua. Berbagai cara ku lakukan untuk dapat ku saksikan ombak itu. "Dahulu lokasi untuk mencapai ombak ini sangat mistis. Dalam transportasi untuk menuju lokasi ombak khas Kampar ini diadakan upacara "semah" pagi atau siang dipimpin tetua tetua kampong dengan maksud agar pengendara bono selalu mendapat keselamtan" teringat olehku pengalaman ku beberapa tahun yang lalu. Namun, kucari tau bagaimna aku bisa mencapai lokasi tersebut, aku pun mengendarai semacam travel menuju sungai Kampar, namun zaman terus berkembang tak ada lagi upacara semah seperti yang beberapa tahun lalu aku mendatangi lokasi Kampar tersebut.

Suara hempasan air membuat bulu bulu tangan ku berinding dan dapat mersakan sensasinya. Aku berjalan melewati penginapan ku yang beberapa tahun lalu, dan aku menemukan iya ncik lela. Dengan sekuat jiwa ku memanggil " ncik lila", namun ncik lila lupa lupa ingat tentang diriku. Ncik lila "oh lila, beberapa tahun lalu ada kenangan manis yang kau berikan kepada ku nak, ternyata itu betul nak lila." Iya ncik aku kemari karena aku melihat dikoran tentang daerah ncik ini yaitu Kampar ada festival bekudo bono, tanpa banya cerita aku langsung mencari tau transportasi untuk kesini ncik lela.

Ombak bono yang merupakan tidal bore memang merupakan gelombang besar yang membahayakan. Membahayakan tetapi menantang, ini mungkin yang mejadi alasan banyaknya peselancar dunia yang datang ke Sungai Kampar untuk mencoba langsung "menjinakkan" ombak bono ini. Hari terus berganti, jam terus berlalu, zaman semakin berkembang. Masyarakat sekitar Kuala Kampar kini menggap bono sebagai sahabat alam. Dulu bono yang di takutkan menjadi hal yang sangat ditunggu. Tanggal tanggal ini 3-5 November , 17-19 November  2-4 Desember, 17-19 Desember, 1-3 Januari, 16-18 Januari, 1-2 Februari , 1-3 Maret, 13-15 Maret , 30 Maret-1 April, dan 13-15 April  sangat kunantikan ncik lela, ucap ku kepada ncik lela

Tak lama hp ku berbunyi, telepon dari temanku rara namanya, apa yang sedang kamu lakukan lela? Aku lihat di medsos mu kamu lagi di daerah yang menakutkan itu , "aku menunggu datangnya ombak rara Selama manunggu datngnya Ombak bono banyak yang bisa ku lakukan.Oh, banyak sekali! aku menyukai fotografi, aku bisa memotret bangunan rumah panggung yang sangat khas melayu dan pemandangan yang masih sangat indah dan alami. Selain itu, bisa memancing sambil menikmati pemandangan yang sangat menakjubkan. Bercengkerama dengan penduduk lokal pun bisa menjadi sebuah hal menarik yang bisa dilakukan. Melihat dan menyaksikan aktivitas para nelayan, khususnya pada pagi hari menjadi sebuah pengalaman yang sangat humanis dan tak terlupakan. Jangan lupa untuk menyaksikan pagelaran seni yang biasanya digelar di gedung serbaguna yang ada di sana. Masyarakat dan penduduk lokal memang terkenal sangat ramah. Menikmati aneka pertunjukan seni seperti silat dan permainan alat musik seperti gendang dan kompang akan menjadi sarana untuk melepas kepenatan. Kataku panjang lebar kepda rara yaitu temanku yang dulu ku ceritakan padanya tentang ombak ini dan rara adalah temanku yang paling takut saat itu tentang obbak ini.Rara terdiam sejenak setelah mematikan telpon dari ku,bagaimana bisa ombak yang ditaktkan bisa menjadi ombak yang ditunggu.

Aku pun sambil melihat ombak, terisirat didalam hatiku Betapa besar kebudayaan daerah, walau daerah ini terpencil tapi dikenal oleh mancanegara. Budaya bekudo bono  yang terletak di negeri merah putih ini menajdai potensi wista nasional dan internasional. Kondisi alam Teluk Meranti memang sedikit unik, keadaan alamnya berupa dataran rendah  rawa dengan lahan gambut cukup luas. Menjadi keunikan sendiri bagi diriku . perlu diketahui ombak ombak ini dulnya sangat ditakutkan bahkan menjdi musuh alam dan sekrang menjadi sebagai objek surfing para peselancar bahkan mereka menggapnya sahabat alam. Ku liat sangat banyak peselancar dunia maupun Indonesia yang menjajal kedahsyatan ombak bono.Wahai pemuda pemudi ini budaya, petua petua akan pupus. Zaman terus berkembang, bono hebat telah menyapa dunia melalu festival bekudo bono.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun