Mohon tunggu...
Suriadi Kusna Putra SH MH
Suriadi Kusna Putra SH MH Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat

Advokat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Enak Ya Jadi Orang Kaya

12 November 2022   11:50 Diperbarui: 12 November 2022   13:41 978
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hari ini Pak Syukron tidak berjualan di pasar karena akan mengurus perpanjangan STNK sepeda motor yang baru di beli nya. Dengan rasa senang, bahagia Pak Syukron mengendarai motor nya menuju Kantor Samsat. Saat di perjalanan, motor Pak Syukron tiba tiba berhenti, “Lho kok mogok ya?, jangan jangan kehabisan bensin?” gumam pak Syukron yang ternyata memang benar kehabisan bensin. Celingak-celinguk berharap ada penjual bensin dan memang tidak jauh dari tempat mogoknya Pak Syukron terdapat SPBU. 

Dengan keringat becucuran Pak Syukron mendorong sepeda motor bututnya  menuju SPBU. “Maaf ya pak, ini  khusus untuk pengisian pertalite mobil. Untuk sepeda motor bapak antri sebelah sana. Silakan bapak antri  mengikuti antrian sepeda motor lainnya” ujar Pak Satpam SPBU kepada Pak Syukron. “ Lha.. bukankah  saat ini belum ada antrian mobil? kan nggak apa apa kalau saya isi pertalite di jalur mobil? jawab Pak Syukron. “ Maaf pak ini sudah aturan, silakan bapak antrian di jalur motor, dan nah... tuh ada mobil yang mau masuk isi pertalite dan tolong bapak pindah ke antrian motor ya..” kata Pak Satpam. Dengan susah payah, Pak Syukron kembali mendorong sepeda motornya ke jalur motor yang sudah ada antrian lebih dari 20 motor. Dengan pandangan memelas Pak Syukron melihat mobil bagus menuju pengisian pertalite dan sambil begumam. “Enak ya jadi orang kaya, pakai mobil bagus isi pertalite puluhan liter dan tanpa antri sementara saya antrian yang panjang padahal hanya mau isi dua liter"

(Sejak adanya kebijakan pemerintah menaikan harga BBM, tanggal 3 September 2022, antrian sepeda motor di SPBU SPBU  mengalami peningkatan. Antrian sepeda motor bisa mencapai 30 menit dan lebih dari 20 motor. Namun tidak demikian halnya yang terjadi di antrian mobil, umumnya sepi. Ironis memang , Mobil yang lebih banyak menggunakan BBM bersubdi dibanding motor namun pemilik mobil dapat mengisi pertalite  yang terkadang tanpa antrian. Sangat diharapkan kepada para SPBU untuk mengelola antrian dengan baik dan perlunya para anggota Dewan, sebagai wakil rakyat  untuk mempertanyakan pola distribusi BBM ini kepada Pemerintah).

Setelah mengisi pertalite, Pak Syukron melanjutkan perjalanan menuju Kantor Samsat. Setibanya di Kantor Samsat, Pak Syukron menuju bagian informasi untuk menanyakan pengurusan perpanjangan STNK. “Ini pak formulir untuk pengurusan perpanjangan STNK, silahkan persyaratannya dilengkapi yaitu  STNK dan KTP asli pemilik kendaraan.” kata Ibu Polisi. Dengan sedikit terkejut dan kening berkerut, Pak Syukron menimpali, “Haa,  harus pakai KTP asli”?  kata Pak Syukron. “Lho kok bapak kaget, aturan pakai KTP asli kan memang bukan aturan baru bapak”. jawab ibu polisi. Namun Pak Syukron pantang menyerah “Tolonglah bu..barangkali saya bisa dibantu sekali ini saja bu, tanpa KTP asli”. Rayuan Pak Syukron kepada Ibu Polisi. “Maaf pak kami tidak bisa bantu karena ini sudah aturan, sekiranya tidak ada KTP asli bapak sebaiknya balik nama saja”. ujar Ibu Polisi. Dengan langkah gontai Pak Syukron keluar dari Samsat untuk pulang ke rumah sambil menimbang nimbang biaya pengurusan balik nama. 

Dengan sedikit rasa kecewa, Pak Syukron mengendari motor dan ditengah perjalanan Pak Syukron melihat kios dengan tulisan Biro Jasa. Sekedar iseng Pak Syukron berhenti. “Assalamualaikum pak,, apakah ini tempat yang bisa mengurus perpanjangan STNK ya pak”. tanya Pak Syukron. “Walaikumsalam, iya pak benar. Biro jasa kami bisa  mengurus perpanjangan STNK, Balik Nama  atau  mutasi, bapak keperluannya yang mana”. jawab pemilik kios. “Begini pak, saya mau memperpanjang STNK motor tapi nggak punya KTP asli pemilik motor, gimana ya pak “ ujar Pak Syukron. “Ohhhhh gampang bapak, kami bisa urus meskipun bapak nggak punya KTP asli,,, hehe Bapak kayak nggak tahu aja, semua masalah di negara kita ada solusinya!. jawab pemilik biro jasa. Pak Syukron dan pemilik biro jasa sepakat dengan biaya pengurusan perpanjangan STNK yang tentunya ada biaya tambahan.

Pak Syukron melanjutkan perjalanan menuju rumah, namun karena turun hujan, Pak Syukron berteduh di emperen yang ternyata restoran makan cepat saji. Dengan kaki jinjit, Pak Syukron mengintip kedalam restoran melalui jendela dan melihat banyak pengunjung yang sedang menikmati makanan. Sambil menelan ludah, Pak Syukron bergumam.  “ Enak ya jadi orang kaya bisa makan di restoran dan banyak makanan yang tersisa, alangkah baiknya jika orang orang kaya itu tidak menyisahkan makanan atau memberikan kepada orang orang yang membutuhkan”. gumam Pak Syukron dan tiba tiba ada yang menepuk pundak Pak Syukron. “Plaaak,  bapak melamun apa? Hujannya sudah reda pak dan bapak jangan duduk di sini, bisa menghalangi jalan pengunjung restoran pak”. kata Pak Satpam restoran cepat saji kepada Pak Syukron. “ Oh iya maaf Pak Satpam saya cuma berteduh sebentar”. jawab Pak Syukron.

“Jeglek, jeglek, jeglek,, greeeng”. Suara motor Pak Syukron untuk melanjutkan perjalanan tanpa membayar parkir motor. Sesampainya di depan rumah, Pak Syukron sudah disambut istrinya. “Ayah tadi Pak RT kesini memberi kupon minyak untuk diambil di balai lurah besok. Dan Pak RT juga menginfokan bahwa kita di coret dari daftar penerima Bantuan Langsung Tunai (BLT) karena belum mengurus perpindahan dan belum punya KTP". ujar Ibu Syukron. Dengan menepuk dahi, Pak Syukron berkata, “Astaghfirullah! cobaan datang bertubi tubi“. Sedikit teriakan, Ibu Syukron berkata, “Ayah cepetan ganti baju, kita ada undangan mantenan sekarang jam 2”.

Bapak dan Ibu Syukron pergi ke undangan perkawinan mengendarai motor bututnya dan sesampainya di acara undangan, berbarengan dengan beberapa orang tamu undangan, “Selamat datang bapak dan ibu Abduh, suatu kehormatan bagi kami atas kedatangan Bapak dan Ibu” ucapan selamat datang dari penyelenggara perkawinan. Ucapan selamat datang ini hanya ditujukan kepada Bapak Abduh dan tidak kepada Bapak Syukron. Bapak Abduh ini salah satu orang kaya di lingkungan RW nya Pak Syukron. Sambil antri makanan, Pak  Syukron bergumam, “ Enaknya jadi orang kaya, selalu mendapat perhatian”.

Keesokan harinya, setelah sholat subuh diiringi dengan bacaan “bismillah” Bapak dan Ibu Syukron berboncengan dengan sepeda motor butut menuju pasar sekalian mengantar Ibu Syukron ke balai lurah untuk antri pembagian minyak goreng dari pemerintah. “ Sudah sampai Bu, cepetan antri mumpung belum banyak antrian. Nanti Ibu pulang sendiri aja ya jalan kaki aja Bu sekalian olah raga ya Bu” kata Pak Syukron. “iya yah..siap” jawab Bu Syukron.

Pak Syukron melanjutkan perjalanan menuju pasar untuk berjualan  buah. Pak Syukron tidak ingin kejadian mogok kehabisan pertalite kembali terulang seperti kemarin sehingga berniat untuk membeli pertalite di penjual pertalite eceran di pinggir jalan. “ Permisi pak, kalau isi pertalite dua botol berapa ya pak”.  tanya Pak Syukron kepada penjual pertalite. “ Tiga puluh ribu pak” jawab penjual pertalite. “Pak boleh saya bertanya pak, tapi bapak jangan marah ya pak” lanjut Pak Syukron kepada Bapak penjual pertalite.  “Silahkan pak, bebas. Kenapa harus marah pak” jawab penjual pertalite. “Bapak bisa dapat pertalite caranya gimana ya pak”. tanya Pak Sukron. “ Ohh begini pak, saya beli di SPBU menggunakan motor saya ini yang memuat hingga 12 liter. Setelah tanki penuh saya pindahkan ke botol botol ini pakai selang pak. Dan begitu seterusnya saya beli lagi ke SPBU yang berbeda beda,  hingga stok  pertalite di botol botol saya ini penuh. Namanya usaha pak , hanya untuk menyambung hidup keluarga pak,, bukan untuk cari kaya dan saya juga bukan korupsi kan ya. Denger denger jual BBM eceran tidak boleh ya pak? Kok pemerintah nggak adil ya.. masa yang boleh jual BBM hanya orang orang kaya yang bisa bangun SPBU, orang miskin seperti kita tidak boleh dagang BBM, kita kan bukan mencuri apalagi korupsi kan ya..”. jawab Bapak penjual pertalite.

(Berdasarkan Undang Undang No 22 tahun 2001 tanggal 23 November 2021 tentang Minyak dan Gas Bumi,  pasal 55, antara lain disebutkan  tentang ancaman bagi penjual BBM bersubsidi eceran dengan penjara maksimal 6 tahun dan denda maksimal Rp. 60 Milyar. Salah satu pertimbangan adanya larangan ini adalah terkait dengan keamanan. Namun, fakta di lapangan, banyak warga yang menjual BBM eceran baik berupa pertalite/bersubsidi maupun pertamax. Di sisi lain, masyarakat/pengguna motor juga merasa terbantu dengan keberadaan penjual BBM eceran dengan pertimbangan lokasi yang lebih dekat dan panjangnya antrian di SPBU. Saat ini terdapat juga SPBU dengan skala kecil yaitu Pertamini dan Pertashop. Menurut Pertamina, Pertamini adalah illegal sedangkan Pertashop adalah legal. Meskipun Pertamini dianggap illegal, namun keberadaan Pertamini telah menjamur di masyarakat dan belum adanya penindakan dari aparat hukum)

Sesampainya di pasar, Pak Syukron ditemui bandar penjual buah dan Pak Syukron membeli 50 kilogram duku untuk dijual kembali. Segera Pak Syukron menggelar dagangannya. Setengah jam kemudian, seorang pembeli datang. “ Pak beli duku setengah kilo aja pak”. kata Ibu pembeli dan Pak Syukron segera menimbang dan menyerahkan setengah kilo duku. Namun lima menit kemudian, Ibu pembeli kembali ke lapak Pak Syukron. “Pak, bapak bohong ya, duku nya masem dan nggak kemakan. Nih! saya kembalikan aja pak” ujar Ibu pembeli. “ Apa bu, masem"? jawab Pak Syukron dan beliau mencicipi satu buah duku dan memang benar masem. Dengan suara lirih, Pak Syukron berkata, “Ibu maaf ya bu,,duku nya memang masem. Kita sama sama rugi kok Bu. Tapi ibukan cuma beli setengah kilo kan ya.. sementara saya beli 50 kilo. Ruginya lebih banyak saya. Sudah bu, dibawa aja dukunya, kasihkan aja ke tetangga ibu ya, barangkali ada yang ngidam” jawab Pak Syukron.  Dengan rasa kesal ibu pembeli berlalu meninggalkan Pak Syukron dengan membawa duku yang dibelinya.

Hari itu, hingga tutup lapak, Pak Syukron hanya berhasil menjual 2 kilo duku. Setiba di rumah Pak Syukron langsung disambut istri dan menceritakan kekecewaan duku dagangannya. Di ruang tamu, rumah kontrakan, Pak Syukron sambil duduk di lantai dan menonton TV beserta istri dan seorang anaknya. Berita TV hari itu terkait dengan seorang artis yang di tangkap karena terlibat narkoba dan Hakim memutuskan untuk direhabilitasi dan tidak dihukum penjara. “Mah , enak ya jadi orang kaya, meskipun terlibat narkoba tapi tidak dihukum, cuma direhabilitasi” celetuk Pak Syukron kepada istrinya .

Tolong mah ganti chanel yang lain aja, sakit hati dengernya”. kata Pak Syukron. Bu Syukron segera mengganti chanel lain dan berhenti pada chanel  berita banjir yang terjadi di ibu kota. “ Tuhh denger yah,, salah satu penyebab banjir menurut penyiar berita adalah tertutupnya got got saluran air dengan sampah sampah plastik dari makanan snack”. ujar Ibu Syukron.

Iya benar ma..” sahut Dinda anak perempuan Pak Syukron yang baru duduk dikelas 9.  “Ayah,.. Dinda lagi buat surat terbuka nih, kepada para pengusaha makanan. Begini yah, jika kita memperhatikan bungkus sebuah snack, umumnya  hanya berisi sekitar 20 % snack dan sisanya hanya udara. Bungkus plastik besar tapi hanya berisi sedikit. Mengapa para pengusaha snack tidak membuat isi snack yang padat yang disesuaikan dengan isinya? Paling tidak dapat mengurangi penyebab banjir dan bisa mengurangi harga jual snack kan, yah”. ujar Dinda menjelaskan kepada ayahnya.

Din!.. ganti chanel yang lain Din!, urusan banjir sudah ada yang urusi, termasuk bungkus snack, biar  pemerintah saja yang mikir, kamu fokus belajar aja!, dan lebih baik kita mikir gimana caranya besok menjual sisa duku yang masem”.ujar Pak Syukron. Dinda segera mengganti chanel dan berhenti pada berita tentang penangkapan penegak hukum  yang dituduh sebagai pengedar narkoba. “Haa.. gila nih!, penegak hukum sebagai pengedar? Kalau pengedarnya penegak hukum, gimana nangkepnya ya..? ujar Pak Syukron. “Mungkin aja nanti ujung ujungnya dibelokin menjadi kesalahan dalam menerjemahkan perintah atau kalau pun  pemakai ya.. di rehabilitasi aja dan bebas” ujar Ibu Syukron. “Huss jangan ngomong gitu saru, itu orang gedean”. ujar Pak Syukron. “ Iya yah, apalagi pengacaranya yang terkenal itu lho yah” lanjut ibu Syukron,, “Sudah sudah jangan diteruskan, ganti chanel yang lain Din” . Sahut Pak Syukron. “Nggak ada yang lain lagi yahh,, Ayah mau berita Sambo”? jawab Dinda. “Achhh..., bosan mending matiin aja, sudah dagangan nggak laku,, Somba Sambo Somba Sambo yang penuh sandiwara”. jawab Pak Syukron.

Tidak lama kemudian terdengar suara ketukan pintu dan ucapan salam, “Assamualaikum Pak Syukron.” Ucapan salam dari seseorang di depan rumah. “Mah ada tamu,, sepertinya suara Pak RT, cepetan bukain pintunya “  ujar Pak Syukron. “Nah.. bener aja Pak RT, walaikumsalam, silahkan masuk Pak RT, tumben malam begini, gimana ya Pak RT” jawab Pak Syukron. “Begini Pak Syukron saya hanya mengantarkan undangan syukuran Pak Abduh yang akan berangkat ibadah haji”. ujar pak RT. “Ibadah haji?, bukankah Pak Abduh sudah haji ya Pak”. tanya Pak Syukron. “Iya benar, Pak Abduh sudah berhaji 5 tahun yang lalu dan sekarang beliau akan berangkat untuk yang kedua kalinya” jawab pak RT. “Alhamdulillah bisa berangkat Haji lagi.  Lho,,sekarang daftar tunggu sudah lebih cepat ya Pak RT, hanya 5 tahun dan bukan 30 tahun? ujar Pak Syukron. “Huss Ayah parno banget.. daftar tunggu haji 5 tahun itu untuk haji plus, kalau  haji reguler ya tetap aja 30 tahun yah” sahut Ibu Syukron. Pak Syukron langsung membathin “ Enak ya jadi orang kaya, bisa mengubah daftar tunggu dari 30 tahun menjadi 5 tahun”

Di hari ketiga sejak pembelian motor, Pak Syukron lebih bersemangat. Setelah sholat subuh, segera berkemas menuju pasar dan beliau mencoba jalan baru yang belum pernah dilalui. Sebelum tiba di pasar, Pak Syukron menghentikan sepeda motornya dan berujar, “Ya Allah! Ada kerumunan apa ya, apakah ada kecelakaan”. Selanjutnya Pak Syukron mendekati salah satu bapak, “Permisi bapak,  mengapa banyak orang yang berkerumun?, ada apa ya pak”. tanya Pak Syukron. "Ohh ini Pak,, ada jum’at berkah. Pak Sholeh setiap jumat pagi bagi bagi sembako pak, sekiranya bapak mau, bapak juga boleh antri”. jawab salah satu orang yang berkerumun. Pikiran Pak Syukron langsung menerawang, “Enak ya jadi orang kaya, bisa sedekah dan buat kebaikan. Saya diminta ikutan antri?, Huuhh enak aja saya diminta ikut antri, sorry ya,, saya akan ikuti jejak Pak Abduh dan Pak Sholeh!”. Pak Syukron melanjutkan perjalanan dengan sepeda motornya menuju pasar, tapi masih berjalan 30 meter, beliau menghentikan sepeda motor nya dan kembali berbelok. “ Nggak apa apa kali ini saya ikutan antri sembakonya Pak Sholeh”.

Orang kaya itu bebas, bisa melakukan apa saja, piknik ke mana saja yang dia suka, sedekah, berhaji, umroh, makan di restoran mewah, belanja apa saja dan bahkan bisa beli hukum dan mengubah aturan. Orang kaya akan selalu mendapat perlakuan yang berbeda, hitam putihnya harta yang dimiliki dan yang akan dikeluarkan, bergantung kepada orang itu sendiri.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun