Mohon tunggu...
Suratno Paramadina
Suratno Paramadina Mohon Tunggu... lainnya -

Suratno (b. 1977 in Cilacap, Central Java, Indonesia). A lecturer at Paramadina University and previously at STAI-NU Jakarta. Studied doctoral at Goethe-University Frankfurt. Former Head of Executive (Tanfidziyah) of NU branch of Germany

Selanjutnya

Tutup

Politik

Madzhab Frankfurt Undercover

17 Juni 2015   19:56 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:09 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Untuk menjamin keliberalan Universitas Frankfurt (meski awalnya didirikan sebagai universitas negeri) dan untuk mengkonter diskriminasi terhadap para ilmuwan Yahudi, pihak Pemkot Frankfurt dan para sponsor banyak mengadakan pertemuan melalui sebuah majelis  dan komitenya. Mereka ingin menginisiasi adanya kesetaraan semua denominasi dan elemen-elemen kota Frankfurt dengan tujuan agar  mereka menerima dimensi dan pandangan baru untuk di kembangkan di Prussia. Melalui Universitas Frankfurt, mereka ingin membangun kembali apa-apa yang sebelumnya telah gagal dilakukan oleh penguasa Prussia. Ketika akhirnya perang dan inflasi menggoyahkan pendanaan universitas Frankfurt, pihak Pemkot dan lalu Pemerintah Prussia juga ikut turun tangan membantu. Partai Sosial-Demokrat yang menjadi bagian dari pemerintah berhasil menangkal munculnya resistensi dan mereka lalu juga bergabung menjadi salah satu sponsor Universitas Frankfurt. Selain itu, semua sponsor bekerjasama dengan Partai Sosial-Demokrat mereka sepakat untuk membangun Akademi Pekerja sebagai tempat pendidikan bagi anggota-anggota Partai Sosial-Demokrat.

Di periode dimana ilmu kedokteran digabung dengan ilmu kimia yang lalu membuka banyak horison riset dibidang itu, Berlin Ministry of Culture mulai melihat bakat luar biasa dari seorang Paul Ehrlich yang mempunyai prospek sangat bagus di Universitas Berlin. Di tahun 1899 Institut Terapi Experimental didirikan di  Universitas Frankfurt dan Ehrlich diminta untuk mengelolanya. Untuk hal itu, pihak Pemkot Frankfurt berkontribusi dalam penyediaan tanah dan pembangunan gedung institut. Sementara itu, pemerintah negara bagian menanggung biaya operasionalnya. Untuk pembangunan gedung yang selanjutnya dan juga sejumlah biaya yang dibutuhkan Ehrlich utk riset terapi-nya, janda dari banker Yahudi, Georg Speyer, siap menjadi sponsornya. Bentuk partisipasi resmi dari pemerintah negara bagian, Pemkot dan sponsor-lokal akhirnya menjadi model bagi pendirian universitas-universitas di periode selanjutnya terkait pendanaan. Saat itu juga, Paul Ehrlich menerima penghargaan Nobel atas riset-riset yang dia kerjakan.  Ehrlich juga dikukuhkan menjadi professor dibidang terapi eksperimental  sesuai riset yang dia kembangkan.

Pakar Neurolog Ludwig Edinger, yang juga bekerja di Universitas Frankfurt sebagai praktisi umum dan spesialis neurologi, dia juga mendapat penghargaan Nobel. Edinger dianggap sukses menemukan kunci untuk memahami fungsi otak di dalam anatomi otak. Dia memberi banyak kuliah tentang pengalamannya di dalam lingkaran para dokter, dan serial kuliahnya kemudian dipublikasikan dalam sebuah buku yang memperoleh pengakuan internasional. Karena riset-risetnya, Edinger lalu ditunjuk sebagai kepala Institut Neurologi yang berada dibawah Senckenberg Stiftunh. Institut itu kemudian berinkorporasi ke dalam Universitas Frankfurt yang belum lama terbentuk. Institut itu menjadi satu dari tujuh Institut yang berinkorporasi dengan Universitas Frankfurt. Mereka melakukan itu karena ada jaminan keberlangsungan institut terkait pendanaannya dari para sponsor Universitas Frankfurt.

Pada tahun 1920-an, program-program (berideologi) liberal sebagai pijakan dasar Universitas Frankfurt lalu menarik hati para ilmuwan dari berbagai disiplin, khususnya terkait interdisipliner dan subyek-subyek baru, terutama sekali sosiologi. Tahun 1918, misalnya, dengan dana dari sebuah yayasan, Universitas Frankfurt mulai membuka jurusan Sosiologi. Selanjutnya di tahun 1919 Kementrian Kebudayaan (atas saran dari para sponsor dan bisnismen Karl Kotzenberg) menyerukan agar pihak universitas menunjuk ketua jurusan Sosiologi dari tokoh di luar kampus. Franz Oppenheimer, adalah satu dari beberapa tokoh terkemuka yang dikenal sebagai bagian dari lingkaran-awal Sosiologi-historis. Meski begitu tidak banyak yang tahu kalau dia sebenarnya seorang dokter yang datang dari keluarga baik-baik, terutama terkait sejarah ekonomi keluarganya.  Oppenheimer adalah seorang Yahudi yang punya pengalaman sukses luar biasa sebagai pengajar di Universitas Berlin. Dia lalu punya kesempatan menjadi professor-penuh, khususnya setelah dia menegaskan dirinya sebagai seorang sosialis. Padahal, dia sebenarnya seorang liberal yang radikal; yang memposisikan persaingan-bebas di atas segalanya. Oppenheimer ingin membebaskan kapitalisme dari semua larangan kepemilikan tanah dan mendukung monopoli serta berjuang bagi kebebasan di masyarakat dan kesetaraan manusia di mana semua orang memiliki akses secara bebas untuk memiliki tanah. Tidak ada ilmuwan lain saat itu kecuali murid-murid Oppenheimer, diantaranya Ludwig Erhard, yang memberi pengaruh sangat penting bagi pembangunan Republik Federal Jerman dalam reformasi keuangannya ditahun 1960-an.

Pembentukan IFS & Kontribusi Keluarga Weil

Tidak kalah pentingnya didalam pembahasan sosial-politik dan sangat berpengaruh saat itu di Jerman dan juga ditempat lainnya di dunia, adalah ditahun 1923 ketika di Universitas Frankfurt keluarga Weil mendirikan unit riset yang pertama tentang kajian Marxsisme melalui pendirian IFS (Institut Fur Sozialforschung), termasuk menunjuk ketuanya. Ide awal IFS berasal dari Felix Weil, seorang remaja kelahiran Buenos Aires, Argentina yang ayahnya (Herman Weil) adalah seorang bisnismen. Bisnis peradagangan jagung yang dikelola ayah Weil di Argentina berkembang sangat pesat. Karena alasan kesehatan, keluarga Weil sejak tahun 1912 pindah dari Buenos-Aires Argentina ke Frankfurt Jerman. Saat itu Felix Weil yang lahir pada tahun 1898 berusia 14 tahun. Dia lalu belajar di Gimnasium-Goethe di Frankfurt. Setelah lulus Gimnasium, Felix Weil lalu mulai kuliah politik-ekonomi di Universitas Frankfurt tahun 1919, tahun revolusi. Felix ‘muda’ memang sangat tertarik dengan marxisme dan sosialisme. Dia lalu mengerjakan riset doktoralnya di Universitas Tubingen. Tapi dia keluar dari universitas yang berada di negara bagian Wurttemberg itu karena agitasi revolusionernya. Tahun 1920 Weil mendapat gelar doktor bidang ilmu-politik dari Universitas Frankfurt dengan riset doktoralnya berjudul “Sosialisasi: Sebuah Upaya Dalam Fondasi Konseptual, Dengan Sebuah Kritik Pada Rencana Sosialisasi”. Bersama dengan Kurt Albert Gerlach, ekonom muda yang pada tahun 1922 ditunjuk menjadi ketua dari Universitas Aachen ke Universitas Frankfurt, dan Friedrich Pollock, teman saat Max Horkheimer muda, mereka semua mulai mengembangkan rencana pendirian IFS.

 

Pada tahun 1923, Felix Weil mensponsori acara bertajuk “Pekan Kajian-Marxis Yang Pertama/Erste Marxistische Arbeitswoche” sebuah konferensi yang diadakan di kota Ilmenau. Konferensi ini di hadiri oleh tokoh-tokoh seperti Georg Lukacs, Karl Korsch, Richard Sorge, Friedrich Pollock dan Karl August Wittfogel. Kesuksesan konferensi ini mengantarkan Weil dan Pollock untuk selanjutnya mendirikan IFS di tahun 1924.

Di awal berdirinya, riset-riset sosial yang menjadi proyek utama IFS terasa sangat bermakna dibanding ekpresi yang muncul dari implikasinya di saat sekarang. Saat itu, IFS fokus pada kajian saintifik dan juga intensi praktisnya yakni “pengetahuan dan penemuan kehidupan-sosial di dunia secara menyeluruh”. Selain itu, IFS sangat konsern dengan jaringan “interaksi antara fondasi ekonomi dan faktor-faktor politik-hukum yang diturunkan pada ramifikasi dari kehidupan intelektual di komunitas dan masyarakat” (Gesselschaft fur Sozialforschung 1952, 12). Sebagai director pertama IFS, Kurt Albert Gerlach mendeklarasikan memorandum inauguralnya  pada tahun 1922. Meski begitu, bukan hanya kerjasama interdisipliner saja  yang membuat IFS lalu makin berkembang tetapi juga ketertarikan riset utama mereka pada kajian Marxisme saintifik.

Biaya pembangunan gedung IFS berasal dari donasi Felix Weil. Uang itu merupakan warisan yang ditinggalkan ibunya (Rosa Weil). Sementara, biaya untuk menggaji para karyawan dan biaya operasional IFS secara umum berasal dari Herman Weil, ayah Felix. Pada tahun 1922 IFS memasukan ijin pendirian asosiasi. Gedung IFS yang berdiri setahun kemudian, letaknya bersebrangan dengan gedung Universitas Frankfurt yang tidak terlalu jauh yakni di Viktoria-Allee, atau yang sekarang dikenal sebagai Senckenberganlage. Gedung IFS didisain oleh seorang arsitek asal Frankfut yakni Franz Rockle dan secara keseluruhan tidak mengikuti gaya arsitektur Westend-Borjuis yang sedang trend pada saat itu.

Gaya arsitektur gedung IFS menyatukan fungsionalisme baru dengan mengikuti gaya Istana Florentina. Setelah membandingan gedung IFS dengan, misal, gedung IG-Farben yang dibangun oleh Hans Poelzig dengan mengikuti gaya fungsionalisme-baru dari kastil-kastil jaman Barok dipinggiran bagian utara perempatan-Westend di kota Frankfurt, maka Wolfgang Schivelbusch menyimpulkan bahwa memang antara gedung IFS dan gedung IG-Farben keduanya ditandai oleh gaya mereka sendiri yang tidak mengikuti dunia Borjuis abad 19 seperti bisa dilihat pada ekspresi arsitektur sebuah villa di kawasan Westend kota Frankfurt. Akan tetapi, gedung IFS menncerminkan adanya sebuah dunia baru dari monopoli kapitalisme yang menjadi satu hal penting untuk secara teoritis di amati dan di analisis. Sementara, gedung IG-Farben mencerminkan kontribusinya pada sense ekonomi secara nyata. Paralelisme-asing dari kedua gedung tersebut dan interior-interior yang terdapat didalamnya dianggap melampaui trend gaya arsitektur di Jerman periode tahun 1920-an” (Schivelbusch 1985, 13).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun