Mohon tunggu...
ANDREAS SURANTO
ANDREAS SURANTO Mohon Tunggu... Administrasi - -

Mahasiswa S1 Program Studi Ekonomi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sejarah Tak Pernah Lupa

10 Juni 2018   22:19 Diperbarui: 10 Juni 2018   22:43 1186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hebatnya, dalam latihan selama dua hari itu, para ibu-ibu yang sudah bercucu itu dengan anggun dan luwesnya menari bak penari profesional. Para Hanoman dan Gatotkaca juga memberanikan diri menari di depan para juri. Tak mau kalah, srikandi-srikandi kecil dan Gatotkaca-gatotkaca juniorpun ikut-ikutan menari laksana puteri dan berbaris rapi diselimuti rasa malu sebagai sikap anak kecil jikalau tampil di depan umum. 

Akhirnya barisan pawaii karnaval dusun Merapisari sudah selesai melewati panggung juri. Melanjutkan perjalanan menuju lapangan. Sesampainya di lapangan, disambut hangat dengan ibu-ibu pembawa air mineral dan juga makan siang.

Selanjutnya sembari menunggu pawaii karnaval dari dusun lainnya, para peserta pawaii dari dusun Merapisari mengambil momet-moment bahagia ini dengan berfoto-foto. Ada yang berfoto dengan ogoh-ogoh, penunggang kuda Majapahit, para penari Warok, Jatilan, Topeng Ireng dan yang lainnya.

Waktu yang ditunggu pun tiba, pengumuman pemenang Lomba Karnaval. Seantero peserta dengan sikap dag dig dug pun menunggu. Sahut speaker TOA dengan lantang memberitahukan bahwa Dusun Lain sebagai juara, membuat bunggah dusun tersebut, tetapi sambungnya sebagai Juara ketiga. Sotak saya dan beberapa orang tertawa lucu menikmati kejadian Baper tersebut. Sebagai juara kedua diperoleh dusun tetangga. 

Nah dag dig dug, sebagai juara pertama inilah, para peserta pawaii karnaval tidak muda dan tua ini dirasakan. Saya sembari berteriak "Merapisari!" berulang kali dengan pedenya. Dari TOA disana itulah, diperoleh skor dengan nilai paling tinggi, sekitar 3400 an. Disebut nama 'MERAPISARI'. Sontak bagai kejatuhan durian runtuh, warga dusun Merapisari berlari kegirangan menyambut kemenangan. 

Seperti gerombolan semut mendapatkan gula, begitulah sontak kemenangan yang dialami. Piala Kemenangan Juara I Karnaval antar dusun se kecamatan Ngablak, dipegang, rasa haru dan bangga pun menyelimputi warga dusun Merapisari. Sebagai ungkapan syukur atas kemenangan di lapangan, para ibu-ibu penari Kesenian Topeng Ireng mempersembahkan tariannya didepan masyarakat sekecamatan Ngablak disusul dengan tarian Kesenian Jatilan. Hebattt!!

Begitulah dimana kebudayaan akan terus dilestarikan mana kala jaman sudah menuju kepada era digilalisasi dan modernisasi. Dimana keberagaman akan terus dijunjung tinggi dan semangat akan Kemerdekaan Republik Indonesia menjadi landasan penting dalam menjalankan amanat Undang-undang 1945 dan Dasar Pancasila.

Karena pada dasarnya adalah cinta tanah air membuat Budaya Lokal bertahan.

Selamat Menikmati Kemerdekaan Indonesia. Jayalah Negeriku, Jayalah Bangsaku.

Salam dari Anak Gunung, Dusun Merapisari, Kec. Ngablak, Kab. Magelang.

Dusun yang strategis untuk berinvestasi ternak sapi bagi pembisnis, sebagai tempat live in bagi anak perkotaan, KKN bagi mahasiswa pertanian, peternakan dan dokter hewan. Dusun yang cocok untuk melepaskan lelah atas panasnya hawa perkotaan. Dan masih banyak hal-hal yang menonjol yang belum tergali sedalam mungkin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun