Karnaval dalam Rangka Mempetingati HUT Republik Indonesia ke 72 Tahun ini, Dusun Merapisari, kampung imigran lokal dari tragedi letusan Gunung Merapi pada tahun 1954 lalu, yang sekarang terletak persis berbatasan dengan Kabupaten Semarang dan berada di wilayah Kabupaten Magelang, dengan Kecamatan Ngablak.Â
Dusun Merapisari sendiri dalam memperingati HUT RI, mendapatkan undian karnaval dengan tema 'Kebudayaan' seperti halnya dengan kampung-kampung lainnya di Kecamatan Ngablak yang juga mendapatkan undian dengan tema masing-masing.
Satu hal yang menjadi kebanggaan Dusun ini adalah keikutsertaan hampir seluruh masyarakatnya dalam memeriahkan karnaval dengan tema kebudayaan itu sendiri. Dari anak-anak kecil sampai ibu-ibu yang sudah bisa dikategorikan sebagai mbah-mbah inilah antusias yang sangat tinggi. Bagi remaja dan dewasa sediri membuat ide mereka menjadi bentuk 3 dimensi. Seperti halnya, membuat Ogoh-ogoh.Â
Pembuatan ini juga dilalukan sangat cepat, hanya butuh beberapa hari saja dengan dikerjakan oleh beberapa Pemuda Karangtaruna. Tinggi Ogoh-ogoh ini diperkirakan sekitar 3,5 meter dengan bahan-bahan yang mudah didapatkan, jikalau kerangka Ogoh-ogoh dari Bali dibuat dari Kayu Rotan, Ogoh-ogoh disini dibuat dengan Bamboo bilah. Sedangkan untuk rambutnya sediri dibuat dari Mbang Pring (Bunga Bamboo) yang dicat dengan warna yang sepadan. Betapa hebatnya karya ogoh-ogoh itu.
Hari H pun datang, anak-anak kecil sendiri dari aneka umur. Dari TK sampai SD kelas enam dijamu dengan seragam ala ksatria dan dewi-dewi. Ksatria kecil ini disimbolkan dengan Gagahnya Ksatria Gatotkaca dengan jubah yang terbuat dari Kardus bekas dengan dilapisi kertas emasnya. Dewi-dewi kecilnya pun tak mau kalah, mereka berpakaian bak Srikandi.
Lainhalnya dengan remaja yang cantik-cantik, mereka berpakaian laksana puteri kerajaan jaman dahulu. Ada Pakaian dari Sendratari dan Puteri Jawa.
Untuk Remaja Puteranya, mereka berkostum ala Buto, Hanoman, Gatotkaca dan Simon. Sedangkan saya sendiri masuk dalam Pakaian Kesenian Majapahit yang mengiringi dua Pangeran berkuda.
Rute yang dilalui ini juga lumayan panjang, sekitar 2 kilo dengan rute jalan kaki. Adapun dari Lapangan kembali ke lapangan. Tetapi sebelum sampai di lapangan para peserta karnaval harus melalui panggung juri yang berada di depan balai desa Ngablak. Barisan dari dusun Merapisari sendiri diatur oleh kepala dusun Merapisari, seperti halnya kepala pleton pada setiap upacara bendera.Â
Dalam perjalanan tersebut tak luput juga bantuan dari beberapa warga dusun Merapisari yang bertugas membawakan air mineral bagi peserta pawaii karnaval yang dahaga. Sesampainya di depan panggung juri, disambutlah barisan pawaii dusun Merapisari ini oleh para juri dengan tepuk tangan dilanjutkan dengan sikap berdiri. Tak luput juga disana ada Ibu Lurah Ngablak yang sumringah meihat pawaii dusun Merapisari melewatinya. Tarian Topeng Ireng, Jatilan dan Warok menampilkan kesenian khas masing-masing.Â