Mohon tunggu...
Su Rahman
Su Rahman Mohon Tunggu... -

Hanya manusia biasa yang sedang mencari jalan untuk pulang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Satu Ikat Cinta yang Membungkus Kebersamaan pada Suatu Siang di Yogyakarta

4 September 2013   05:14 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:23 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1185249_10151698842593611_2047269872_n

“Hai manusia,

Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki

dan seorang perempuan

dan menjadikan kamu berbangsa – bangsa

dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. . .”

Al-Hujuraat:13

One Earth One Sky One Humankind adalah visi yang diusung oleh Anand Krishna, meski diakui oleh dirinya sendiri bahwa visinya tersebut bukanlah merupakan sesuatu yang baru. Namun menurut saya visi tersebut menjadi sesuatu yang amat dibutuhkan oleh masyarakat dunia saat ini, dimana begitu banyak tembok yang memisahkan antara satu manusia dengan manusia lainnya berdasarkan suku, ras, agama dan dan tradisi budaya yang berbeda-beda.

Begitu banyak dinding yang memisahkan manusia dari manusia lainnya, bahkan memisahkan manusia dari kemanusiaannya sendiri. Seolah-olah hamparan luas bumi ini menjadi begitu sempit oleh  kotak-kotak  yang memenjarakan jiwa, mengebirikan nilai-nilai kemanusiaan sehingga tidak lagi dapat melihat keberagaman sebagai sebuah anugerah dari sang pencipta. One Earth One Sky One Humankind adalah sebuah keniscayaan yang diperlukan adalah kesadaran untuk melihat bahwasanya perbedaan yang ada bukanlah untuk memisahkan manusia satu dengan lainnya, perbedaan yang ada adalah untuk saling melengkapi, saling mengenal dan saling berkerjasama untuk menghias wajah kehidupan menjadi sesuatu yang indah. Hari Bhakti Bagi Ibu Pertiwi

Hampir separuh dari usianya yang pada tanggal 1 September 2013 ini memasuki 57 tahun, Anand telah berbagi pemahaman holistiknya kepada masyarakat Indonesia dan dunia melalui ceramah dan tulisan-tulisannya.

Pada tahun 2004 Menteri Pertahanan RI, Joewono Soedarsono,  mencanangkan hari 1 September sebagai hari Bhakti Bagi Ibu Pertiwi. Pencanangan ini dimaksudkan sebagai upaya untuk menumbuhkan kembali semangat persatuan dan cinta kepada Ibu Pertiwi, yang mengalami kemerosotan akibat fanatisme, dan lebih dari itu ditujukan untuk membangkitkan kembali kejayaan Bangsa Indonesia dalam peradaban dunia. Sebuah Upaya Untuk Melihat Dan Merasakan Indahnya Keberagaman

9 tahun bergulir sudah sejak dicanangkannya 1 September sebagai hari Bhakti Bagi Ibu Pertiwi, namun semangat persatuan dan kebangsaan tetap bergelora. Yayasan Anand Ashram (berafiliasi dengan PBB) menyelenggarakan pawai kebersamaan untuk memperingati hari Bhati Bagi Ibu Pertiwi yang ke 9 dengan tema “Kasih Bunda Pertiwi Tak Kenal Henti.“

Tujuan dari pawai tersebut bukan untuk berfoya-foya, bukan juga untuk berhura-hura ria. Melainkan untuk memperbaharui komitmen bersama lewat “Inner Peace, Communal Love and Global Harmony” bagi terwujudnya suatu masyarakan berkesadaran yang tidak lagi mempersoalkan latar belakang suku, ras,  agama, dan tradisi budaya yang berbeda-beda. Satu Ikatan Cinta Yang Membungkus Perayaan

Pawai Perayaan Hari Bhakti 2013 ini dipusatkan di Yogyakarta yang dikuti sekitar 1.500 peserta dari berbagai latar belakang baik dari DIY, Solo, Magelang dan Semarang tersebut diadakan dengan mengambil rute mulai dari Alun-alun Utara-Jalan Panembahan Senopati-Jalan Sultan Agung-Pakualaman.

Para perserta berpakaian dengan ciri khasnya masing-masing berjalan berarakan sambil bernyanyi, menari dan memainkan alat musik. Pawai ini mengundang perhatian dari masyrakat sekitar yang dengan antusias mereka turut pula mengikuti jalannya perayaan. Baik peserta dan masyarakat larut di dalam keberagaman untuk merayakan keberagaman. Cinta Adalah Satu-Satunya Solusi Ada kegembiraan yang menyeruak ke udara panas siang itu, bahwasanya cinta adalah memang satu-satunya solusi untuk dapat membuat kita hidup rukun dalam kebera

gaman.

Ada satu ikatan getar cinta yang membukus perayaan tersebut, ada satu ikatan getar cinta yang mempersatukan semua yang ada pada hari itu untuk ikut larut bergembira di dalam keberagaman. Para peserta pawai, panitia, pedagang, tukang becak, tukang andong, turis, amsyarakat sekitar semua larut di dalam keberagaman dalam ikatan cinta di siang terik jogja hari itu.

Merasakan energi cinta yang membungkus itu, saya memimpikan bahwa upaya seperti ini juga di gagas di setiap kabupaten, di setiap provinsi sebagai sebuah upaya untuk mengingatkan diri bahwasanya keberagaman adalah sesuatu yang indah.

Semoga Anda juga sedang memimpikan, mimpi yang saya impikan itu agar kita semua dapat bangkit “keindonesiaan-nya”. . .

“Karena,

Hanya Kebangkitan-“mu” yang dapat menyelamatkan negara ini . . .

Kebangkitan-“mu”,

Wahai pejalan kaki yang tak pernah mengenal lelah . . .

Kebangkitan-“mu”,

Wahai petani yang penuh peluh di sawah . . .

Kebangkitan-“mu”,

Wahai wong cilik dan wong gede . . .

Kebangkitan si  kaya dan si miskin, kebangkitan seluruh Bangsa Indonesia . . .

Kebangkitan “keindonesiaanmu”!

Anand Krishna

= = Jakarta, 04 September 2013. Photo Oleh: Prabu Dennaga

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun