Sudahlah, tapi saya hanya membawa keyakinan setelah keluar dari tokonya, bahwa ibu itu bukan lokal. Tapi saya perlu belajar padanya jika ingin sukses seperti dirinya.
Kami pun mengelilingi kota, duduk santai di kedai kopi, menikmati munajat kepada ilahi di mesjid besar kota, menyantap makanan di warung yang menyajikan menu tradisional. Sungguh perjalanan yang berkesan, setelah lama tidak berkunjung ke kota Bima.
Kota yang terus berbenah dengan polesan modernnya. Semoga saja warga kotanya merasakan dampak yang baik atas perubahan yang terjadi. Kemiskinan berkurang. Â Kesejahteraannya berbanding lurus dengan janji para pemangku kebijakan yang memegang kendali aturan kota.
Dalam laju mobil yang menjauh dari jalanan kota dan mega-mega yang memancar di ujung hari, kami hanya memendam harap, semoga saja waktu masih menyisakan kesempatan bagi kami untuk kembali ke kota Bima. Agar kelak kami bisa bercerita pada semesta, bahwa kami pernah di sini dan menjadi saksi bagi perkembangan kota di ujung timur pulau Sumbawa ini.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI