Di kebun, ternyata suasananya cukup adem. Hamparan persawahan membentang luas, bentangan teluk Cempi memanjakan mata dengan lautnya yang biru.Â
Gunung berundak terlihat meninggi di timur kebun. Di bawah pohon yang menjulang tinggi dengan mata air di beberapa titik semuanya seolah menyatu memberi kedamaian bagi kami.
Sebelum menanam, kami memutuskan memasak mie instan yang di bawah oleh bang Syarif. Dengan campuran terong, cabe, yang diambil dari kebun setempat membuat masakan terasa nikmat.Â
Kami hanya makan bertiga sambil menyulam kisah. Sesekali kami terkekeh karena cerita. Walau tidak cukup piring, penutup wajan menjadi solusi sebagai wadah.Â
Tak masalah, karena bukan bagaimana bagusnya wajan dan piring, tapi bagaimana kami memaknai pertemuan dengan cinta dengan alam.
"Tindakan ini merupakan bagian dari upaya kami dalam mendukung program NTB Hijau yang digagas gubernur NTB, Dr. Zulkieflimansyah," kata bang Syarif.
Kami menaruh harap agar langkah kecil ini selain bernilai ibadah di sisi tuhan juga bisa mendorong masyarakat banyak untuk peduli terhadap alam sekitar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H