BANJIR bandang menghantam pemukiman masyarakat di dua kabupaten sekaligus, Bima dan Dompu, Nusa Tenggara Barat, Jumat, 2 April 2021. Di Bima, puluhan rumah di beberapa desa dihantam banjir bandang yang disinyalir luapan air dari Bendungan PelaParado.Â
Selain itu, sekian hektar persawahan, ladang warga ikut direndam banjir bandang. Fasilitas seperti kantor pemerintahan, desa, camat, pasar, bahkan jembatan penghubung desa putus karena dihantam banjir. Kerugian material diperkirakan mencapai angka miliaran rupiah.
Perhari ini, Senin, 5 April 2021, banjir masih menggenangi beberapa Desa di Kabupaten Bima. Sementara di beberapa desa yang lain puluhan rumah masih menyisakan lumpur serta tumpukan kayu dan sampah-sampah dampak arus banjir yang menerjang. Setelah air mulai surut, warga mulai panik.Â
Gelisah. Mereka membutuhkan asupan bantuan untuk memenuhi kebutuhannya. Dan yang paling mendasar adalah nasi dan air bersih. Pasalnya, sejak banjir datang, semua isi rumah warga tergenang air.Â
Lumpur telah mengotori sumur dan sumber air bagi warga sekitar. Sehingga sangat dibutuhkan gerakan kemanusiaan untuk memenuhi kebutuhan dasar ini.
Pemerintah bergerak cepat. Mulai dari Gubernur hingga Bupati Bima sejak mengetahui informasi banjir, langsung turun di beberapa desa untuk membantu warganya.Â
Bahkan di salah satu media online, Gubernur tidak mengenakan alas kaki demi bersalaman dan menyalurkan bantuan. Dengan kewenangannya, gubernur memaksimalkan upaya untuk tanggap darurat bencana.
Hampir semua perangkat daerah bergerak cepat untuk membantu warga yang terdampak. Mulai dari BPBD, beberapa anggota DPRD hingga istri wakil wali kota Bima ikut turun membawa bantuan. Respon cepat mereka perlu diapresiasi terlepas sudut pandang beberapa pihak yang menyebutnya pencitraan.
Tapi, kehadiran pemerintah di tengah warganya yang terkena musibah adalah suatu keharusan. Patut di syukuri walaupun itu memang kewajibannya. Minimal mereka tidak berleha-leha dengan AC di kantornya.Â
Lalu menyaksikan korban banjir di layar kaca dan handphonenya. Kehadiran pejabat, selain melihat dampak banjir dari dekat, juga bisa menjadi referensi untuk merumuskan paket kebijakan di pemerintahan demi membantu korban banjir bandang.
Selain itu, perhatian media, terlebih median online telah membantu memberikan asupan informasi ke publik. Berita tentang banjir di Bima berseliweran di kanal Facebook, YouTube dan via WA.Â
Publik dari pulau seberang, bahkan warga +62 di seluruh tanah air ikut bersimpati atas korban banjir yang ada di wilayah ujung pulau Sumbawa ini.Â
Postingan di kanal media sosial sangat membantu warga lain untuk mengetahui kondisi terkini masyarakat yang terdampak banjir. Terlebih berbagai kebutuhan mendesak yang dibutuhkan.
Bantuan mulai berdatangan, jejaring kemanusiaan menyapa banyak kalangan. Mulai dari organisasi kepemudaan tingkat desa, hingga organisasi mahasiswa di dunia kampus, bergerak menyalurkan bantuan.Â
Bencana yang menimpa masyarakat Bima adalah duka kemanusiaan yang membuat banyak hati dipertautkan untuk mengulurkan bantuan. Walau belum merata di semua desa, tapi kepedulian ini merupakan upaya meringankan beban masyarakat yang terdampak banjir.Â
Semua menaruh perhatian, sebab mereka korban banjir adalah saudara kita yang kapan hari kita tidak tahu bencana bisa menimpa siapa saja.
Uluran bantuan adalah suatu keharusan sebagai wujud kepedulian terhadap sesama. Banjir telah merenggut senyum mereka. Kehadiran pihak lain dengan segala bantuannya diharapkan bisa mengembalikan senyum mereka dalam menatap hari.Â
Bencana ini bisa saja membuat mereka panik. Tapi, harapan hidup untuk menatap masa depan tidak boleh pupus. Akan ada hikmah di setiap cobaan.Â
Ada senyum merekah kala mentari mulai menyapa semesta. Cinta dan welas asih akan terlihat kala bencana menimpa sesama. Saatnya berbuat, tanpa saling menyalahkan satu sama lain.Â
Karena korban banjir, tidak membutuhkan retorika apik yang membahana di udara, tapi tindakan nyata sekecil apa pun itu sangat berarti buat mereka saat ini.
Bima tidak sendiri. Kabupaten Dompu yang tetanggaan dengannya pun, kembali diterjang banjir yang meliputi beberapa kecamatan dan desa. Bupati bereaksi cepat menyambangi warganya yang terdampak.Â
Dengan baju kaos sederhana yang di dampingi beberapa ajudannya, bupati yang dikenal murah senyum ini melihat langsung kondisi warganya.
Ia di sambut bak pahlawan, walaupun dalam suasana bencana. Seolah warga tidak menyadari mereka adalah korban banjir. Tapi kehadiran orang nomor satu di Bumi Nggahi Rawi Pahu ini, seolah menjawab kegelisahan mereka yang terdampak banjir.Â
Bupati ingin memastikan kondisi serta dampak yang disebabkan oleh banjir bandang. Banyak warga yang merasa beruntung memiliki pemimpin yang punya sisi kepedulian terhadap masyarakatnya ini.
Diketahui sebelumnya, Bupati Kader Jaelani tidak lama dilantik langsung disuguhkan dengan bencana Banjir bandang yang menerjang beberapa desa di kecamatan Hu'u, Minggu (28/2/2021) dan Selasa, (9/3/2021).Â
Ia langsung turun ke lokasi, menginstruksikan semua perangkatnya untuk bergerak dan memberikan pelayanan kepada masyarakat yang terdampak.
Kini dirinya kembali diperhadapkan dengan hal yang sama. Banjir. Tapi, dengan segala kewenangannya ia berusaha semaksimal mungkin menghadirkan senyum merekah di wajah rakyatnya.Â
Berbagai paket kebijakan di telurkan. Ekskavator turun kelapangan. Puluhan pekerja memasang bronjong di bantaran sungai. Dan rumah-rumah warga yang rusak dan terbawa arus dijanjikan untuk diganti.Â
Sebagai bentuk keseriusannya, bupati yang disingkat AKJ ini bahkan menemui Ketua BPBD pusat untuk meminta bantuan. Harapan bersambut. Pemerintah pusat menaruh perhatian walau pun bantuan akan disalurkan dengan proses birokrasi yang ribet.
Bencana banjir bandang sedang menguji sisi kemanusiaan kita. Baik  korban, maupun mereka yang melihat dan mengetahui bencana banjir ini. Sabar kah korban akan musibah ini? Perduli kah kita?Â
Atau jangan-jangan kita sibuk menyalahkan pihak tertentu atas kejadian ini. Memaki. Menghina pemerintah. Bahkan menuduh sebagian di antara kita yang membabat hutan di gunung.Â
Sementara pada saat yang bersamaan kita hanya asik di kantor atau di rumah tanpa berbuat apa-apa. Sedangkan korban banjir tidak butuh analisis sampah yang kita kemukakan. Mereka butuh uluran bantuan yang nyata agar beban yang mereka alami dapat diringankan.
Sudahkah kita berbuat untuk saudara-saudara kita yang terdampak banjir bandang di Kabupaten Bima dan Dompu?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H