Mohon tunggu...
Suradin
Suradin Mohon Tunggu... Duta Besar - Penulis Dompu Selatan

Terus Menjadi Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengawetkan Persahabatan Lewati Jalan Silaturahmi

23 Oktober 2020   23:12 Diperbarui: 23 Oktober 2020   23:16 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri. Bersama Kanda Ali di teras rumahnya, Kabupaten Dompu-NTB, 

Kami sama-sama menghargai perbedaan pendapat dan pandangan ketika menyoroti suatu persoalan. Saya pun bisa mengetahui sudut pandang yang berbeda dari Kanda Ali. Begitu pun sebaliknya. Apa lagi di musim pilkada saat ini.

Beragam pandangan merupakan sesuatu yang lumrah. Kami pun tidak ketinggalan mengikuti segala  perkembangan yang ada. Baik di alam nyata, terlebih di linimasa dunia maya, tapi bukan rumah tangga luna maya.

Malam ini terlihat nampak sepi. Rumah-rumah warga sekitar hanya terlihat cahaya lampu yang menerangi. Jalanan tidak terdengar suara bising kendaraan. Tapi branda facebook saya malah suara gemuruh pemberitaan mengenai pilkada justru lebih nyaring.

Malam semakin meninggi. Kopi hitam sudah terlihat melantai di teras gelas. Hanya menyisakan kampasnya saja. Walaupun bukan pencinta kopi kelas berat, tapi saya merasa hambar ketika suatu pertemuan tidak ditemani kopi hitam. Seperti merasa hampa ketika jauh dari pasangan.

Walaupun tidak mengetahui lebih dalam mengenai perjalanan hidupnya Kanda Ali. Saya melihat Kanda Ali seorang pekerja keras. Hal ini dibuktikan dengan rumahnya yang nan megah, usahanya yang mulai menggurita. Dan dalam banyak kesempatan, saya belum pernah mendengar penuturan tentang kisah perjalanan hidupnya.

Saya cukup bergairah ingin mendengarkan jika Kanda Ali suatu saat berkenaan menceritakannya. Paling tidak kisah perjalanan seorang yang pernah melalang buana di pulau Borneo ini bisa menginspirasi banyak anak muda, termasuk saya.

Jika kelak bertemu lagi, saya akan mengumpulkan keberanian untuk memintanya untuk bercerita. Karena malam semakin meninggi, saya pun meminta pamit untuk pulang.

Kami berpisah sambil berharap kembali menyeruput kopi hitam lagi. Karena dengan semangat egalitarian kami bisa menyatu di atas perbedaan. Karena berbeda itu indah dan tidak perlu mengutuk dan menghujat apa lagi melaporkannya ke pihak yang berwajib. 

Jika ada yang melakukannya. Maka benarlah ungkapan bang Haji Roma Irama dalam lirik lagunya. Sunguuuhhh terrrlaluuu...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun