Mohon tunggu...
Suradin
Suradin Mohon Tunggu... Duta Besar - Penulis Dompu Selatan

Terus Menjadi Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memungut Rumput Laut Demi Ekonomi Keluarga

22 Oktober 2020   12:03 Diperbarui: 23 Oktober 2020   17:56 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri. Bersama Suratman di gubuknya, 

Pasalnya, ketika musim hujan tiba, ia akan memutuskan  bertani dan berladang. Bahkan sesekali meninggalkan gubuk ketika ingin mengambil sesuatu di rumahnya di desa Marada, Kecamatan Hu'u, Kabupaten Dompu-NTB.

Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Suratman membangun gubuk sederhana sebagai tempatnya berteduh. Rumput laut yang diambilnya kemudian di kumpulkan dan disimpan tak jauh dari gubuknya. 

Setelah terkumpul banyak, diapun akan memasukannya ke dalam karung dan menjualnya ke pengepul. Mobil pengangkut akan langsung datang ke lokasi untuk membawa rumput laut ke luar daerah. Dari hasil memungut rumput laut dirinya bisa menafkahi keluarganya.

"Alhamdulillah hasilnya bisa dapat satu juta lebih, dan itu tergantung sedikit banyak rumput laut yang kita dapatkan" Ucapnya sambil mengisap rokok yang terjepit di kedua ujung jarinya.

"Ya dari pada kita diam di rumah, lebih baik kita mengambil rumput laut. Minimal untuk belanja anak-anak di rumah" Ujar salah seorang perempuan.

Saya begitu takjub dengan penuturan mereka. Mereka tidak mau berpangku tangan dan berdiam diri di rumah. Bagi mereka hidup adalah suatu perjuangan, sambil menikmati apa yang sedang di jalani. 

Kadang mengambil rumput tidak hanya di pesisir pantai, tetapi juga harus menyelam di tengah gemuruhnya ombak yang sesekali menghempas badan mereka yang bebannya tidak seberapa.

Lelaki dan kedua perempuan itu, merupakan manusia-manusia hebat yang ingin mengatakan kepada semesta, bahwa pekerjaan apa pun sepanjang itu halal, harus dijalani.

Dokpri
Dokpri
Kepada lelaki dan kedua perempuan itu, saya mendapatkan pelajaran hidup yang cukup penting. Bahwa hidup tidak perlu mengeluh, hidup harus dijalani dan dinikmati sambil mensyukuri pemberian tuhan. Senyum di wajah mereka pada saat sisi foto bersama, seolah menampar wajah saya yang kurang bersyukur segala pemberian tuhan yang maha kaya.

Mereka seolah meneteskan embun yang membasahi relung hati saya yang kering kerontang dengan rasa angkuh yang sesekali menjalar. Kerja keras mereka menafkahi keluarganya dengan memungut rumput laut, memberikan nutrisi yang berarti bagi saya, bahwa hidup tidak perlu diratapi tapi harus dijalani dengan kerja-kerja ikhlas agar Tuhan tetap bisa bermurah hati kepada hambanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun