BEBERAPAÂ hari di Desa Tenga, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, saya berkesempatan menyaksikan kecamatan Woha dari atas gunung di sisi selatan.Â
Di atas gunung di belakang Desa Tenga, mata menyapu semesta. Hampir semua kampung bisa dilihat dengan jelas. Beberapa rumah warga yang begitu tertatap tapi sangat terlihat jelas dari kejauhan.Â
Masih di atas gunung, saya begitu menikmati  pemandangan. Viewnya sangat indah, angin sepoi-poi menyapa dan seakan membisikan bahwa mendaki gunung semua akan terasa damai.Â
Namun demikian, nampaknya pendakian saya kali ini tidak mendapat restu dari semesta. Awan hitam yang menggantung di ufuk barat, lalu sejalan kemudian mengencingi semesta dengan sombongnya. Lalu sesaat kemudian saya harus segera kembali. Dengan cuaca yang tidak bersahabat membuat saya tidak bisa berlama-lama di atas gunung.Â
Saya tidak  membawa persiapan apa pun, jangankan jas hujan, payungpun tidak sempat terlintas sebelum mendaki. Gunung yang gundul ini, tidak ada tempat untuk berlindung, agar tidak basah, sayapun bergegas untuk turun.
Sebelum benar-benar turun, saya memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan untuk memotret pemandangan. Dengan camera handphone di tangan, beberapa gambar berhasil tertangkap.Â
Di bagian barat  dan utara, sawah warga terbentang cukup luas. Begitu juga dengan bagian timur dan selatan. Gunung-gunung yang menjulang tinggi di pinggir kampung, seolah sedang memangku rumah-rumah warga di bawahnya.Â
Sawah yang membentang luas di tanami dengan padi dan bawang merah. Sebagai masyarakat agraris, beberapa daerah di Kabupaten Bima pertaniannya di dominasi oleh dua komoditi tersebut, terlebih bawang merah.Â
Bawang merah yang dihasilkan dari pertanian masyarakat Bima sangat familiar di beberapa tempat di Indonesia. Di kota-kota pelabuhan seperti Makassar, Banjarmasin, Sorong, Fak-fak di Papua merupakan tempat dibongkarnya bawang merah dari Bima.Â
Pasar-pasar di pulau Lombok dan Bali sangat mudah untuk mendapatkan bawang merah yang berasal dari Bima. Hampir setiap malam truk kontainer mengangkut dan membawa puluhan ton bawang merah untuk dipasarkan di bagian barat Indonesia.Â
Apa yang menarik dengan bawang merah dari Bima? Waktu saya di Bali, tepatnya di pasar Klungkung, seorang pembeli dari Singaraja menuturkan bahwa bawang merah dari Bima memiliki rasa yang berbeda dibandingkan bawang merah dari daerah lain.Â