Kemudian untuk mengelola pupuk organik, di siapkan lahan yang dipagari yang tak jauh dari lahan yang dikelola untuk sayur-sayuran. Bahan-bahan untuk pupuk organik, mulai dari air cuci beras, air kelapa, kotoran hewan, jerami, serbuk kayu serta bahan-bahan alami lainnya selalu tersedia  di lahan. Sehingga ketika musim tanam tiba, langsung dipergunakan sesuai kebutuhan tanaman.
Salah satu sayur yang banyak diminati oleh hotel-hotel yang datang membeli, adalah Selada. Hal ini biasanya dikonsumsi oleh para turis asing yang datang berwisata di Pantai Lakey, dan di hargai satu batangnya kisaran Rp. 10.000,-.
Nurhidayah menuturkan untuk penghasilan setiap bulannya memang tidak menentu sangat bergantung pada kebutuhan perusahaan dan hotel yang menjadi konsumen tetap. Tapi sejauh ini berdasarkan hitungannya bahwa paling minimal keuntungan yang bisa didapat dari menjual sayur sekitar 3 jutaan.
Bahkan jika dibandingkan dengan gaji yang ia dapatkan menjadi seorang pendidik, tentu sangat jauh berbeda.
"Ya, sejauh ini dari hasil menjual sayur, cukuplah untuk kebutuhan keluarga," Ujarnya sambil tersenyum.
Namun demikian, jika ada pihak yang berminat mempelajari tentang bagaimana menanam sayur-sayuran dengan bahan-bahan organik, bisa langsung saja datang ke lahannya.Â
Bisa di pagi hari, bisa juga datang di sore hari, karena baginya ilmu pertanian yang organik harus dibumingkan ke para petani atau orang-orang tertarik menjadi petani.Â
Karena pada umumnya masyarakat masih bergantung pada obat-obatan yang berbahan kimia untuk tanamannya, yang sebenarnya sangat tidak baik untuk kesehatan.Â
Tentu harapannya semoga banyak para petani yang tertarik mengembangkan pertanian organik untuk kemajuan serta kesejateraan petani di masa mendatang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H