Mohon tunggu...
Suradin
Suradin Mohon Tunggu... Duta Besar - Penulis Dompu Selatan

Terus Menjadi Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Nurhidayah, Memilih Menjadi Petani Organik

9 April 2020   18:06 Diperbarui: 10 April 2020   04:46 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

NURHIDAYAH, perempuan paru baya ini bersama suaminya Nasarudin, beberapa tahun yang lalu memutuskan untuk menjadi petani sayur organik.

Di tanahnya seluas 2 are diputuskan untuk tidak ditanami dengan tanaman yang lain. Bersama suaminya, ia menanam sayur-sayuran yang tidak menggunakan obat-obat berbahan kimia. Semua serba alami.

Hal ini berawal dari pelatihan yang diikuti suaminya, yang diselenggarakan oleh sebuah perusahaan ternama di kecamatan. Untuk memenuhi kebutuhan sayuran,  perusahaan tersebut menyelenggarakan pelatihan selama 10 hari di kantor pertanian di kecamatan, yang melibatkan para warga yang berminat untuk mendalami ilmu pertanian organik.

Berbekal ilmu dari pelatihan tersebut, Nurhidayah mengajak suaminya untuk mempraktekan ilmunya di lahan miliknya di jalan lintas Lakey yang berhadapan dengan SMKN 1 Hu'u.

Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Kemudian  untuk mewujudkan pertanian organik, Nurhidayah harus merogoh kantong lebih dalam untuk memenuhi segala kebutuhan dalam memulai pertanian organik, mulai dari biaya menggali sumur, memasang listrik, membajak lahan, membangun bale sebagai tempat duduk sampai membeli bibit yang diimpor langsung dari pulau Jawa.

Menurutnya, sedari awal hingga berjalan  sampai sekarang pertanian organik yang dirawatnya tidak memiliki banyak kendala. Sebab, segala kebutuhan yang diinginkan sudah disiapkan sedari awal. 

Misalnya, kekhawatiran tidak bisa menanam dan memanen di musim kemarau, air sudah tersedia dengan adanya sumur galian yang sudah disiapkan jauh-jauh hari.

Lahan satu petak sawah ini, ditanami dengan segala jenis sayuran diantaranya, tomat, gambas, sawi kangkung, cabe, labuh putih, selada, kemanyi, lengkuas, kunyit, pacoi, pepaya, ubi kayu dan singkong.

"Kalau kangkung baru bisa dipanen satu bulan kemudian, sedangkan sawi biasanya satu bulan lebih, tapi tergantung baik-buruknya tanaman tersebut," Ujar Nurhidayah.

Sayur-sayuran yang dipanen umumnya didistribusikan ke perusahaan, dan juga ke hotel yang ada di Pantai Lakey. Selebihnya, untuk kebutuhan sendiri, juga dijual kepada warga yang ada di desa Daha, kecamatan Hu'u, Kabupaten Dompu Nusa Tenggara Barat.

Tapi perusahaan biasanya akan langsung datang ke lokasi, mereka menentukan sendiri sayur apa saja yang dibutuhkan pada saat tertentu. Sayur organik sangat dihargai sangat mahal oleh perusahaan jika dibandingkan dengan sayur pada umumnya yang dijual di pasar-pasar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun