Mohon tunggu...
Suradin
Suradin Mohon Tunggu... Duta Besar - Penulis Dompu Selatan

Terus Menjadi Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pendidikan, Antara Nilai Angka dan Nilai Akhlak

12 Maret 2020   09:59 Diperbarui: 13 Maret 2020   08:20 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Umumnya mereka tidak mampu beradaptasi dengan baik di tempat mereka bekerja, sehingga tidak memiliki banyak relasi dan hanya mengandalkan pengetahuan yang mereka miliki. Mereka pasif, ekslusif dan monoton. Sedangkan kelas nonunggulan sangat aktif, initiative, progress dan agresif.

Dari penggalan cerita tersebut, menunjukkan bahwa, tidak ada jaminan bahwa mereka-mereka yang memiliki nilai academik  yang bagus, akan sejalan dengan apa yang ingin  mereka gapai di masa mendatang. 

Tapi bukan berarti nilai academik itu tidak penting, namun akan lebih bagus lagi jika bisa sejalan, seia, sekata dengan nilai akhlak. Karena kadang kala apa yang dipelajari di bangku sekolah tidak sepenuhnya sejalan dengan apa yang dibutuhkan dalam kehidupan sosial. Sebab, fakta sosial itu dinamis, dan fleksibel.

Kita sebenarnya bisa belajar dari ide dan gagasannya Ki Hajar Dewantara yang mengutamakan aspek kebutuhan peserta didik. Tugas seorang pendidik adalah membantu peserta didik mengetahui potensi yang mereka miliki, lalu mereka menggali potensi tersebut, mengembangkannya, membuatnya maju, meretas sang waktu, membumingkannya dan pada akhirnya memberi manfaat pada sesama.

Memilih menjadi seorang pendidik, adalah memilih jalan terjal, jalan orang-orang yang memupuk kesabaran tingkat dewa, penjaga benteng nilai untuk generasi bangsa. Nilai yang dironrong para pembual yang wara wiri dilayar kaca yang miskin akhlak. 

Mereka dihargai begitu tinggi, tapi miskin prestasi, mereka memproduksi sampah-sampah narasi, memuntahkan urusan privasi sampai urusan ranjang ke meja-meja publik. Mereka tidak mendidik, tapi bisa kaya mendadak.

Urusan nilai selalu dialamatkan kepada mereka yang bergelar guru, ustadz, dan pendeta untuk mengurus umat. Yang pada dasarnya urusan nilai adalah tanggung jawab bersama sebagai anak bangsa. Seperti orang bilang "klau tidak mampu memperbaiki, minimal jangan merusak".

Nilai angka dan nilai akhlak memang bukan dipertentangkan. Tapi bisa menjadi bahan introspeksi bagi semua pihak, agar tidak terjebak pada kubangan narasi dan sudut pandang yang sempit. 

Jika ada peserta didik yang memiliki nilai academik rendah, misalnya, tidak lantas dilabeli dengan istilah bodoh, karena bisa jadi ia tidak memahami atau mungkin tidak tertarik pada pembelajaran tertentu. Namun, memiliki minat yang tinggi terhadap pelajaran yang lain.

Oleh karena itu, nilai kehidupan adalah nilai itu sendiri. Menyerap dalam kalbu, menghiasi hari dalam sikap dan laku, memahamkan pada sesama, menghilangkan batas-batas keduniawian dan membumingkan ajaran langit untuk kedamaian sesama.

Mataram, 10/02/2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun