Mohon tunggu...
Suradin
Suradin Mohon Tunggu... Duta Besar - Penulis Dompu Selatan

Terus Menjadi Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pendidikan, Antara Nilai Angka dan Nilai Akhlak

12 Maret 2020   09:59 Diperbarui: 13 Maret 2020   08:20 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam dunia pendidikan, peserta didik tidak hanya dibekali dengan ilmu pengetahuan, namun diberikan pencerahan tentang bagaimana akhlak sebagai orang terdidik tetap terjaga. 

Memang bukan hal yang mudah bagi pendidik, karena peserta didik memiliki latar belakang yang beragam satu sama lain. Tapi berkaca pada realitas, tidak sedikit peserta didik yang di labeli dengan nakal waktu sekolah justru menjadi 'sukses' di luar sana. 

Mereka bisa survive dengan situasi sosial, mampu membaca peluang, melesat dalam senyap, melejit dalam diam dan kemudian menggapai impiannya. Kadang mereka pandai menempatkan diri dalam keadaan apapun, memahami yang dirasakan, belajar pada pengalaman, mengambil intisari kehidupan, lalu ketika selesai sekolah mereka sudah bisa menentukan dimana arah yang dituju. 

Setelah mengumpulkan energi, menyebarkan sayap, menekan tombol-tombol persahabatan, lalu menembus batas-batas keraguan orang terhadap jalannya.

Penulis teringat tulisan Les Gibling dalam bukunya cara mempengaruhi dan meyakinkan orang lain dalam semua urusan. Dalam tulisannya Les Gibling, menceritakan ada salah satu kampus ternama di Eropa yang membedakan kelas mahasiswanya. 

Ada kelas unggulan dan ada kelas nonunggulan. Dalam kelas unggulan tentu jumlahnya sangat minoritas, sebab di kelas tersebut di kelompokkan berdasarkan standard nilai yang telah ditentukan oleh pihak kampus. 

Begitu juga dengan  kelas nonunggulan, mereka ditentukan berdasarkan nilai  yang mereka miliki. Tapi, jumlah kelas nonunggulan tentu jauh lebih banyak.

Setelah beberapa tahun kelas ini selesai dari kampus tersebut, maka pihak kampus memutuskan untuk melakukan riset sederhana terhadap alumninnya. Dengan tujuan kelas yang mana paling sukses, dengan indikator; pekerjaan, relasi, rumah dan berapa banyak materi yang dimiliki. Hipotesis awal team kampus yang paling sukses tentu mereka yang kelas unggulan.

 Tentu hal ini sangat beralasan berdasarkan nilai yang mereka dapat sejak berlabel mahasiswa. Namun, setelah dilakukan riset dengan metode interview dan observasi, hasilnya pun mencengankan pihak kampus. Bahwa mayoritas yang sukses dengan indikator yang telah ditentukan, adalah mereka-mereka yang tamat dari kelas nonunggulan.

Pihak riset kampus melakukan interview lebih dalam lagi kepada beberapa responden, agar mengetahui lebih menyeluruh tentang kenapa faktanya demikian. 

Ternyata kesuksesan mereka yang dari kelas nonunggulan umumnya bukan dari jurusan yang mereka ambil ketika waktu kuliah, tapi karena mereka memiliki kecakapan dalam urusan hubungan antar manusia. Sedangkan kelas unggulan hanya sekian porsen yang sukses dibidangnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun