Mohon tunggu...
Suradin
Suradin Mohon Tunggu... Duta Besar - Penulis Dompu Selatan

Terus Menjadi Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Rindu Kampung di Tanah Perantauan

29 Februari 2020   20:55 Diperbarui: 1 Maret 2020   00:28 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rasa rindu yang terpendam, menggoyahkanku untuk bertahan. Dan ketika aku jatuh sakit, aku mulai merenungi kembali perjuangan ini, karena satu-satunya yang paling mengerti ketika aku punya masalah termasuk sakit seperti ini adalah ibuku.

Namun, beberapa kali hal ini kuutarakan ke ibuku, ia selalu membandingkan pekerjaanku dengan teman-temanku, baik dari sisi jabatan dalam pekerjaan maupun penghasilan. "Kalau kamu di kampung tak ada yang menghargaimu, dan gaji mereka di sini yang menjadi guru tidaklah seberapa, " Ujarnya. Ia mencoba menguatkanku untuk tetap bertahan. Bertahan dari semua yang menimpa, karena menurutnya dibalik kesulitan akan menuai kemudahan. 

Mungkin saja ini merupakan isyarat bahwa perjuangan tidak  boleh setengah hati. Seperti pepatah China, seribu langkah ke depan, ditentukan oleh satu langkah pertama". 

Ibuku memang tidak pernah menimba ilmu seperti diriku. Tidak pernah mengeyam dunia pendidikan, karena sejak kecil selalu membantu orang tuanya, sehingga tidak punya waktu menenteng tas ke sekolah. Namun, bagiku, ibuku, adalah seorang motivasi ulung. Ia selalu tampil di depan jika kami anak-anaknya di timpa suatu masalah. Lalu, memberikan pencerahan, memotivasi serta menguatkan. 

Memang jalan kedepan hanya bisa diterka, diraba, sebab tak ada yang bisa memastikan  apa yang akan terjadi. Saat ini yang bisa di lakukan adalah terus berusaha dan melajukan diri bersama waktu. Mencoba membumikan ajaran langit, agar mendapatkan kemudahan dalam setiap gerak langkah. 

Semua akan berubah, tak ada yang tetap, setiap gerak waktu akan ada moment indah. Kalau hari ini terpuruk, tersudut serta terjepit akan sebuah urusan, maka bersabarlah, semua akan indah pada waktunya. 

Mencoba untuk tersenyum, melapang hati, memaknai setiap kepingan kisah yang dilewati. Mengambil pelajaran, memetakan langkah agar tidak salah. Terus mendekap ke pangkuan ilahi, sebab di sanalah kuasa itu bersemayam. Walaupun semesta mengabaikan, jika ilahi berkehendak maka semua menunduk dan patuh.

Yakin hari esok menui hasil, dan mengibarkan bendera kemenangan. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun