Assalamu'alaikum wr. Wb.
Perkenalkan nama saya Supriyono, S.Pd. Calon Guru Pengerak Angkatan ke 7 dari SMK Pelita Nusantara 2 Semarang. Pada kesempatan ini saya akan menyampaikan kesimpulan dan refleksi terhadap materi modul 1.1 tentang pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara.
Ki Hajar Dewantara adalah Bapak Pendidikan Nasional, pemikirannya sangat menginspirasi sistem Pendidikan Indonesia, saat mendirikan Taman Siswa beliau membuat tiga semboyan "Ing ngarsa sung tuladha, Ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani" yang sampai saat ini masih dipergunakan sebagai simbul Pendidikan dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia dan digunakan oleh Guru sebagai pedoman saat membimbing anak didiknya, dan sangat berpengaruh terhadap kepribadian seorang Guru dalam berperilaku sehari-hari.
1. Apa yang anda percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum Anda mempelajari modul 1.1 ?
Sebelum saya mempelajari tentang Filosofi Pemikiran Kihajar Dewanatara saya mempunyai keyakinan bahwa :
- Peserta didik yang belajar belum mengerti banyak hal (sebagaimana botol kosong yang harus di isi)
- Guru memegang peranan sangat dominan untuk mentransfer kompetensi ke peserta didik.
- Peserta didik tidak akan faham sebelum diterangkan oleh guru, terkait mata pelajaran di kelas, sehingga guru harus menyiapkan materi yang akan dipresentasikan.
- Peserta didik dikatakan berhasil jika dapat mengerjakan soal atau praktek sesuai kompetensi dasar dan mendapatkan nilai mencapai KKM.
- Belajar harus secara klasikal di kelas atau ruang bengkel.
- Peserta didik yang tidak tidak mentaati peraturan di berikan sanksi hukuman untuk menertibkan.
- Materi dan evaluasi diberikan seragam untuk satu kelas.
- Materi di sampaikan dengan model ceramah, diskusi, praktek
- Guru kurang memahami latar belakang karakter peserta didik
2. Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku Anda setelah mempelajari modul ini ?
Setelah mempelajari modul tentang Filosofi Pemikiran Ki Hajar Dewantara maka terjadi perubahan pada diri saya :
- Peserta didik bukanlah botol kosong, setiap peserta didik (manusia) adalah unik, telah membawa kodratnya masing-masing. Tugas Guru adalah menuntun kodrat, menebalkan laku baik yang telah dimilki sesuai kekuatan konteks diri dan sosio kutur/budaya untuk menutup laku buruknya. Menuntun sesuai dengan kodrat alam (tempat, gaya belajar, latar belakang sosial budaya) dan kodrat zaman (kita hidup pada zaman/masa yang berbeda dengan peserta didik, maka Pendidikan harus menyesuaikan zaman / masa / waktu )
- Guru bukanlah satu-satunya sumber belajar, tetapi guru hendaklah mampu menjadi fasilitator, motivator sekaligus sebagai inspirtor bagi peserta didik, untuk menumbuhkan habit peserta didik menjadi pembelajar sejati/ pembelajar sepanjang hayat, selalu ingin tahu terhadap informasi.
- Merencanakan proses pembelajaran yang menyenangkan, inovatif, menghamba pada peserta didik, Student Centre sehingga mampu menuntun kekuatan kodrat yang ada pada anak untuk mencapai kemerdekaan, keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Guru dan murid berkolaborasi untuk menginisiasi / menciptakan kedalaman (rasa takjub dan kasmaran) spiritual, intelektual dan sosial untuk mencapai selamat dan Bahagia sebagai manusia.
- Merencanakan model pembelajaran berdeferiansiasi untuk mengakomodir keunikan peserta didik, Pembelajaran yang menyenangkan, tidak hanya berorientasi pada kompetensi dasar tetapi lebih menuntun pada pengalaman yang mendalam yaitu pembelajaran yang mengakomodir kebutuhan peserta didik, sekaligus mempertimbangkan tahap perkembangan peserta didik secara holistik/menyeluruh. KKM bukan satu-satunya ukuran ketercapaian keberhasilan pendidikan.
3. Apa yang dapat segera Anda terapkan lebih baik agar kelas Anda mencerminkan pemikiran Ki hajar Dewantara ?
Hal baik yang akan saya terapkan agar kelas mencerminkan pemikiran Ki Hajar Dewantara adalah :
Pertama merubah maindset bahwa peserta didik sebagai mana botol kosong yang siap di isi menjadi maindset bahwa peserta didik adalah manusia yang unik, peserta didik memiliki kodrat keadaan, kodrat alam dan kodrat zamannya masing-masing. Tugas Guru adalah menuntun, menebalkan laku anak dengan kekuatan konteks diri anak dan sosio kultur/budayanya. Menuntun (=Jawa) artinya menggandeng; mengarahkan, memotivasi, memfasilitasi kekuatan kodrat yang ada pada anak tumbuh dan hidup sehingga dapat memperbaiki lakunya untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
Kedua merancang pembelajaran yang berdeferensiasi yang mampu mengakomodir kebutuhan anak, mampu menuntun kekuatan kodrat anak secara holistik. Pembelajaran yang menyenangkan yang mampu menuntun kodrat anak yang senang bermain, mengemas permainan menjadi ice breaking yang mampu mancairkan kejenuhan anak, saat pembelajaran.
Ketiga merancang pembelajaran yang berpusat pada anak, menghamba pada anak, berusaha dengan ikhlas dan suci hati untuk mendekati anak, sebagaimana kasih sayang Ibu pada anaknya. Berusaha mengetahui / empati pada kondisi anak.
Keempat saya berusaha mengaktualisasi pemikiran Ki Hajar Dewantara "Ing ngasa sung tuladha" di depan dapat menjadi contoh untuk peserta didik, "Ing madya mangun karsa" di tengah dapat memberi semangat, motifasi, "Tut wuri handayani" di belakang hendaknya dapat memberi semangat pada peserta didik untuk menjadi pembelajar sejati / pembelajar sepanjang hayat.
Semangat "Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan"
Wassalamu'alaikum wr.wb.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H