Mohon tunggu...
Supriyadi
Supriyadi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis, Pendaki gunung, Relawan Small Action, Petani Hidroponik

Selanjutnya

Tutup

Diary

Sawaddee Krab ( bagian 2 )

17 Januari 2025   16:30 Diperbarui: 19 Januari 2025   06:36 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

BAGIAN KEDUA

Akhirnya terbukalah tabir kecemasan itu

Pagi hari itu, Rabu 26 Nopember 2008, setelah menyelesaikan pembayaran billing hotel Bams dijemput oleh sopir kantor untuk berangkat meeting ke kantor Mr Thaksin. Sesuai rencana sopir kantor ini pula yang akan mengantarkan Bams ke airport pada siang hari.

Dalam perjalanan si sopir beberapa kali menerima panggilan telpon dan juga aktif menelpon balik ke beberapa nomor dengan memakai Bahasa Thailand yang tidak dimengerti oleh Bams. Akhirnya Bams mencoba inisiatif bertanya kepada si sopir, " Jam berapa nanti siang harus bersiap untuk ke airport seusai acara di kantor?"

 " Kita tidak bisa ke airport, karena mulai pagi ini masa demonstran PAD menutup bandara Suvarnabhumi " si sopir menjawab spontan. Dia juga menuturkan bahwa ada 2 tamu Japanese yang sudah membatalkan kunjunganya ke kantor perusahaannya . Maka buyarlah angan-angan Bams untuk segera menyelesaikan agenda pertemuan di kantor Mr Thaksin .

Hari itu para pendemo anti pemerintah di Thailand yaitu Aliansi Rakyat untuk Demokrasi atau PAD menyerbu bandara internasional utama Thailand. Ratusan pendemo menerobos pembatas polisi dan menuju terminal penumpang. Mereka memaksa pihak berwenang untuk menunda penerbangan. Para pendemo menutup bandara sampai Perdana Menteri Somchai Wongsawat mengundurkan diri.

Setibanya di depan loby kantor, Bams langsung berpapasan dengan Mr. Thaksin. Sambil  bergegas ke toilet Mr. Thaksin berkata, " Saya juga sedang menunggu 2 tamu lain yang sedang dalam perjalanan ke Bangkok, tetapi sudah tidak ada kemungkinan bisa mendarat, karena bandara sudah ditutup."

Mr Thaksin menasehati Bams sebaiknya segera membatalkan perjalanan ke airport siang itu, dan mulai memikirkan untuk mencari hotel dan siap-siap bermalam di Bangkok lagi . " Kalau kesulitan, silahkan tidur di kompleks apartemen saya, karena masih ada kamar di sana." ucapnya kepada Bams.

Tentu saja Bams tidak bisa menjawab semua tawaran itu. Yang ada di benak Bams saat itu hanya berpikir bagaimana caranya keluar dari Thailand untuk melanjutkan perjalanan ke Phillipine siang itu juga. Celakanya lagi, tidak ada satupun "travel agent" yang bisa memberikan jawaban kapan bandara akan dibuka lagi. Dan bagaimana nasib tiket terusannya yang sudah terjadwal dari Surabaya?

Jadilah siang itu Bams menghabiskan waktu menunggu dengan buka-buka e-mail sambil terus berkomunikasi dengan Mr Thaksin. Rupanya Mr Thaksin kasihan juga melihat kevakuman Bams dalam keadaan menunggu tanpa kepastian. Menjelang sore Mr Thaksin membawa Bams naik mobil keluar kota Bangkok menuju bandara lama Don Muang. Namun ternyata bandara tersebut sudah tutup sehari sebelumnya.

Maka pupuslah harapan Bams untuk mencoba keluar dari Thailand melalui bandara Domestik Don Muang.  Dengan terpaksa akhirnya Bams kembali ke hotel tempat dia sebelumnya menginap selama dua malam. Sore itu akhirnya Bams putuskan untuk sedikit berolah raga sambil melupakan kepenatan, dan makan malam lagi dengan Thai food.

Setelah tiba di hotel, Bams terkejut melihat suasana hotel yang terlihat agak berbeda. Di lobi hotel yang cukup luas penuh turis manca negara. Padahal jarum jam sudah menunjuk angka 11 malam. Rupanya mereka senasib dengan Bams yang terpaksa balik kucing ke hotel karena tidak bisa terbang ke luar Thailand.

Lebih heran lagi setelah Bams tahu alasan mereka sengaja tidak tidur di dalam kamar masing-masing karena sedang menunggu giliran kabar evakuasi dari kedutaan masing-masing. Bams menghampiri internet room untuk mencari tahu lebih banyak situasi perkembangan terkini kota Bangkok dan bandara. Sepanjang jalan tadi Bams cuma mendengar berita-berita dengan bahasa lokal yang tidak dimengerti maksudnya.

foto: dok Ucik
foto: dok Ucik

Niatan untuk mengakses internet akhirnya harus dibatalkan Bams karena dia mesti ikut antrian untuk bisa menggunakan internet hotel. Apalagi ketika mendaftar antrian Bams mendapat giliran no. 45. Setiap orang hanya dibolehkan menggunakan internet selama 15 menit saja. Akhirnya Bams memutuskan untuk meninggalkan antrian panjang dan pergi ke kamarnya.

Setelah meletakkan tas kerja di kamar, pikiran Bams terus tergoda untuk kembali ke loby hotel. Dia ingin menghabiskan sepertiga malam bersama teman-teman dadakan yang senasib. Dan dini hari itu tidak ada obrolan yang lebih menarik, selain mencari cara untuk segera keluar dari Thailand.  Dalam hati Bams bertekad besuk pagi harus bisa keluar Thailand " Saya harus bisa keluar esok hari, entah bagaimana caranya" begitu gumamnya.

Walaupun dia sebenarnya juga sudah dinasehati Mr Thaksin bahwa Bams tidak perlu khawatir dengan kondisi yang sedang terjadi. "Enjoi saja Mr Bams, you bisa tinggal satu -- dua malam lagi di Bangkok. Semuanya pasti akan segera berakhir " kata Mr Thaksin menghibur. Bams yang sudah sangat kelelahan akhirnya tertidur di kamarnya.

BERSAMBUNG

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun