BAGIAN KEDUA
Akhirnya terbukalah tabir kecemasan itu
Pagi hari itu, Rabu 26 Nopember 2008, setelah menyelesaikan pembayaran billing hotel Bams dijemput oleh sopir kantor untuk berangkat meeting ke kantor Mr Thaksin. Sesuai rencana sopir kantor ini pula yang akan mengantarkan Bams ke airport pada siang hari.
Dalam perjalanan si sopir beberapa kali menerima panggilan telpon dan juga aktif menelpon balik ke beberapa nomor dengan memakai Bahasa Thailand yang tidak dimengerti oleh Bams. Akhirnya Bams mencoba inisiatif bertanya kepada si sopir, " Jam berapa nanti siang harus bersiap untuk ke airport seusai acara di kantor?"
 " Kita tidak bisa ke airport, karena mulai pagi ini masa demonstran PAD menutup bandara Suvarnabhumi " si sopir menjawab spontan. Dia juga menuturkan bahwa ada 2 tamu Japanese yang sudah membatalkan kunjunganya ke kantor perusahaannya . Maka buyarlah angan-angan Bams untuk segera menyelesaikan agenda pertemuan di kantor Mr Thaksin .
Hari itu para pendemo anti pemerintah di Thailand yaitu Aliansi Rakyat untuk Demokrasi atau PAD menyerbu bandara internasional utama Thailand. Ratusan pendemo menerobos pembatas polisi dan menuju terminal penumpang. Mereka memaksa pihak berwenang untuk menunda penerbangan. Para pendemo menutup bandara sampai Perdana Menteri Somchai Wongsawat mengundurkan diri.
Setibanya di depan loby kantor, Bams langsung berpapasan dengan Mr. Thaksin. Sambil  bergegas ke toilet Mr. Thaksin berkata, " Saya juga sedang menunggu 2 tamu lain yang sedang dalam perjalanan ke Bangkok, tetapi sudah tidak ada kemungkinan bisa mendarat, karena bandara sudah ditutup."
Mr Thaksin menasehati Bams sebaiknya segera membatalkan perjalanan ke airport siang itu, dan mulai memikirkan untuk mencari hotel dan siap-siap bermalam di Bangkok lagi . " Kalau kesulitan, silahkan tidur di kompleks apartemen saya, karena masih ada kamar di sana." ucapnya kepada Bams.
Tentu saja Bams tidak bisa menjawab semua tawaran itu. Yang ada di benak Bams saat itu hanya berpikir bagaimana caranya keluar dari Thailand untuk melanjutkan perjalanan ke Phillipine siang itu juga. Celakanya lagi, tidak ada satupun "travel agent" yang bisa memberikan jawaban kapan bandara akan dibuka lagi. Dan bagaimana nasib tiket terusannya yang sudah terjadwal dari Surabaya?
Jadilah siang itu Bams menghabiskan waktu menunggu dengan buka-buka e-mail sambil terus berkomunikasi dengan Mr Thaksin. Rupanya Mr Thaksin kasihan juga melihat kevakuman Bams dalam keadaan menunggu tanpa kepastian. Menjelang sore Mr Thaksin membawa Bams naik mobil keluar kota Bangkok menuju bandara lama Don Muang. Namun ternyata bandara tersebut sudah tutup sehari sebelumnya.