Mohon tunggu...
Supriyadi
Supriyadi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis, Pendaki gunung, Relawan Small Action, Petani Hidroponik

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Memasarkan Produk Sayur Hidroponik

20 Desember 2024   17:09 Diperbarui: 20 Desember 2024   17:09 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu cara memasarkan sayur adalah dengan memberikan edukasi kepada masyarakat tentang sayuran hidroponik yang sehat dan bersih (foto:dokpri)

Ada bagian paling penting dalam kegiatan hidroponik yaitu menjual hasil panenan sayur. Sesuai dengan tujuan awal kegiatan hidroponik adalah untuk mencukupi kebutuhan sayur keluarga dengan menanam sayur sendiri di rumah. Dan setelah kebutuhan keluarga terpenuhi, maka langkah selanjutnya adalah memasarkan dan menjual sayur ke konsumen.

Apabila sudah mampu memproduksi sayur dengan baik dan sudah bisa menjual sayur ke konsumen, maka ini akan menjadi poin penting untuk menjadikan kegiatan hidroponik akan terus berlangsung. Khususnya untuk kegiatan hidroponik yang berbasis masyarakat, maka salah satu yang bisa menjadi tolok ukur keberhasilan adalah penjualan produk sayur hidroponik.

Sebab jika tidak ada serapan pasar pada saat panen sayur, maka tentu saja masyarakat yang bertani hidroponik akan merasa enggan untuk melanjutkan kegiatan hidroponik di lingkungannya. Karena tidak ada hasil nyata berupa tambahan pendapatan yang mereka peroleh dari aktifitas bertani hidroponik.

Awal mula merintis pasar sayur hidroponik di Lawang (foto:dokpri)
Awal mula merintis pasar sayur hidroponik di Lawang (foto:dokpri)

Menyadari kondisi tersebut, maka untuk masyarakat kelurahan Kalirejo Lawang yang pernah mengikuti kegiatan pelatihan hidroponik di PT Otsuka Indonesia (PTOI) mendapat support pendampingan dari tim CSR PTOI untuk mencarikan pasar sayurnya. Terutama pada saat awal kegiatan hidroponik dijalankan, tentu bukanlah perkara mudah untuk bisa memasarkan sayur hidroponik di masyarakat.

Tim CSR PTOI membantu mencarikan pasar sayur bagi petani binaan dengan menawarkan sayur hidroponik kepada konsumen karyawan PTOI. Petani akan memberitahukan kepada tim CSR PTOI bahwa mereka punya sayur yang siap dipanen. Selanjutnya  tim akan menawarkan sayuran ini kepada karyawan. Dan ketika ada pesanan sayur, maka petani akan mengirim sayur ke koperasi karyawan yang ada di depan kantor perusahaan. Cara penjualan sayur petani by order seperti ini ternyata cukup efektif untuk membantu serapan sayur petani.

Jualan sayur hidroponik langsung dipajang di instalasinya (foto:dokpri)
Jualan sayur hidroponik langsung dipajang di instalasinya (foto:dokpri)

Selain menjual sayur ke karyawan, Tim CSR PTOI juga memasarkan sayur ke masyarakat umum dan warung makanan. Untuk warung makan umumnya sayur selada keriting yang banyak diminati. Warung makan yang membutuhkan slada keriting diantaranya adalah warung lalapan, tahu campur, gado -- gado, kebab, burger dan lain -- lain.

Tentu saja ini sangat sejalan dengan pelatihan hidroponik yang diberikan oleh PTOI. Dimana petani diajari menanam sayur slada keriting secara benar melalui lomba antar kelompok. Keahlian menanam selada ini ternyata terbukti sangat bermanfaat bagi petani di kemudian hari. Serapan selada keriting untuk warung makan ini jumlahnya lumayan banyak.

Di kota Lawang banyak warung makan yang sudah memakai sayur hidroponik untuk menu makanannya. Alasan yang mereka sampaikan sayur hidroponik lebih bersih, segar, kres, dan tidak pahit. Dan sayur hidroponik juga lebih awet dalam penyimpanannya karena sayur dipanen dengan masih menyisakan akarnya, sehingga tidak mudah layu. Jadi untuk warung makan lebih cocok menggunakan sayur hidroponik untuk menu hidangannya.

Sayurnya hijau segar (foto:dokpri)
Sayurnya hijau segar (foto:dokpri)

Salah satu warung makan yang menggunakan produk selada keriting hidroponik adalah warung  Ayam Goreng Gober yang berada di jalan Sumber Waras Lawang.  Menurut penuturan pemilik warung, bahwa selada hidroponik rasanya lebih kres dan tidak pahit, sehingga pelanggannya banyak yang suka. Berbeda jika diberi selada konvensional dari pasar, banyak pelanggannya yang tidak mau makan sayurnya. Karena alasan tersebut, maka sejak saat itu pemilik warung beralih memakai sayur selada hidroponik.

Kondisi pasar sayur hidroponik yang membaik ini tentu saja memotivasi petani untuk terus konsisten menanam. Mereka yang terus bertahan dalam kegiatan pertanian hidroponik pelan-pelan sudah mulai merasakan maanfaat langsung dari kegiatan ini. Penjualan sayur mereka ke konsumen sudah bisa menambah income keluarga.

Bahkan beberapa petani hidroponik yang konsisten menanam sayur sudah ada yang bisa meraih penghasilan jutaan rupiah. Bu Yami salah satu warga RW 15 Kalirejo yang mulai  menanam hidroponik sejak tahun 2018 mengaku sudah bisa menjual sayurnya ke beberapa pelanggan di kota Lawang. Awalnya dia menanam sayur hidroponik hanya untuk konsumsi sendiri dan dibagi-bagikan ke tetangga.

"Saya mulai menanam sayur tahun 2018. Dan berkat saran dan bimbingan dari tim CSR Otsuka, saya mulai tawarkan dan jual sayur ke beberapa teman yang mempunyai usaha makanan. Alhamdulillah sampai saat ini saya sudah mempunyai beberapa pelanggan yang setia membeli sayur saya. Pelanggan saya antara lain,  Ayam Gober  Sumber Waras, Dapur mak Cus,  mie ayam mbak Ning,  Gado - gado  Sumber Sekar, dan beberapa catering nasi kotak" ucapnya

foto:dokpri
foto:dokpri

Hj. Lilik Pudjiastuti yang seorang pensiunan Guru SMA Negeri Lawang menuturkan bahwa dia telah mengalami suka duka dalam proses menanam hidroponik . Pada waktu panen pertama belum  dia belum punya pasar, berbagai cara dia lakukan untuk mencari pasar. Termasuk dengan belajar  ke petani yang sudah sukses, " Disana saya diajari cara mencari pasar. Akhirnya saya mulai mengemas sayur saya dan menawarkan ke teman-teman saya dengan cara posting di WA."

"Syukur Alhamdulillah akhirnya saya diberikan jalan keluar. Sekarang saya memiliki total 1200 lobang tanam. Hasil panen saya dari panen pertama pada waktu pelatihan 12 kg per bulan sekarang per bulan saya bisa panen  115 kg sayur Alhamdulillah. " ucap Lilik lagi yang hingga hari ini masih konsisten menanam sayur di lantai dua rumahnya yang terletak di belakang masjid Al Muchsinin Kalirejo Lawang.

Sementara petani yang lain Meilini Herna mengungkapkan bahwa dia mulai belajar hidroponik mulai bulan Agustus 2016. Dan sampai sekarang dia masih menjalani kegiatan hidroponik dengan menanam sayur sawi, kangkung, dan selada kriting di rumahnya.

"Alhamdulillah...gak muluk-muluk sich sebenarnya, tetapi jika dilakukan dengan sabar dan telaten hidroponik ini ternyata sudah bisa menambah income saya. Saya pribadi sangat berterimakasih kepada PT. Otsuka Indonesia dan mentor dari HIMA sudah memberikan kesempatan saya untuk belajar tentang Hidroponik. Semoga barokah buat semua." Tuturnya.

Memang kegiatan hidroponik bila dilakukan dengan telaten dan konsisten, maka bukan mustahil kegiatan ini menjadi pembuka jalan pintu rejeki bagi pelakunya. Pasar akan tetap terbuka lebar bagi mereka yang bisa konsisten produksi sayuran. Memang tidak bisa dipungkiri ada masa susah menjual sayur akibat panen raya, tapi jangan lupa ada juga masa sayuran sangat diburu ketika kondisi sayuran banyak yang gagal panen. Jadi tetap berusaha keras dan diringi dengan do'a kepada Allah swt agar usaha pertanian hidroponik diberi kelancarn.

Lawang, 20 Desember 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun