Salah satu warung makan yang menggunakan produk selada keriting hidroponik adalah warung  Ayam Goreng Gober yang berada di jalan Sumber Waras Lawang.  Menurut penuturan pemilik warung, bahwa selada hidroponik rasanya lebih kres dan tidak pahit, sehingga pelanggannya banyak yang suka. Berbeda jika diberi selada konvensional dari pasar, banyak pelanggannya yang tidak mau makan sayurnya. Karena alasan tersebut, maka sejak saat itu pemilik warung beralih memakai sayur selada hidroponik.
Kondisi pasar sayur hidroponik yang membaik ini tentu saja memotivasi petani untuk terus konsisten menanam. Mereka yang terus bertahan dalam kegiatan pertanian hidroponik pelan-pelan sudah mulai merasakan maanfaat langsung dari kegiatan ini. Penjualan sayur mereka ke konsumen sudah bisa menambah income keluarga.
Bahkan beberapa petani hidroponik yang konsisten menanam sayur sudah ada yang bisa meraih penghasilan jutaan rupiah. Bu Yami salah satu warga RW 15 Kalirejo yang mulai  menanam hidroponik sejak tahun 2018 mengaku sudah bisa menjual sayurnya ke beberapa pelanggan di kota Lawang. Awalnya dia menanam sayur hidroponik hanya untuk konsumsi sendiri dan dibagi-bagikan ke tetangga.
"Saya mulai menanam sayur tahun 2018. Dan berkat saran dan bimbingan dari tim CSR Otsuka, saya mulai tawarkan dan jual sayur ke beberapa teman yang mempunyai usaha makanan. Alhamdulillah sampai saat ini saya sudah mempunyai beberapa pelanggan yang setia membeli sayur saya. Pelanggan saya antara lain,  Ayam Gober  Sumber Waras, Dapur mak Cus,  mie ayam mbak Ning,  Gado - gado  Sumber Sekar, dan beberapa catering nasi kotak" ucapnya
Hj. Lilik Pudjiastuti yang seorang pensiunan Guru SMA Negeri Lawang menuturkan bahwa dia telah mengalami suka duka dalam proses menanam hidroponik . Pada waktu panen pertama belum  dia belum punya pasar, berbagai cara dia lakukan untuk mencari pasar. Termasuk dengan belajar  ke petani yang sudah sukses, " Disana saya diajari cara mencari pasar. Akhirnya saya mulai mengemas sayur saya dan menawarkan ke teman-teman saya dengan cara posting di WA."
"Syukur Alhamdulillah akhirnya saya diberikan jalan keluar. Sekarang saya memiliki total 1200 lobang tanam. Hasil panen saya dari panen pertama pada waktu pelatihan 12 kg per bulan sekarang per bulan saya bisa panen  115 kg sayur Alhamdulillah. " ucap Lilik lagi yang hingga hari ini masih konsisten menanam sayur di lantai dua rumahnya yang terletak di belakang masjid Al Muchsinin Kalirejo Lawang.
Sementara petani yang lain Meilini Herna mengungkapkan bahwa dia mulai belajar hidroponik mulai bulan Agustus 2016. Dan sampai sekarang dia masih menjalani kegiatan hidroponik dengan menanam sayur sawi, kangkung, dan selada kriting di rumahnya.
"Alhamdulillah...gak muluk-muluk sich sebenarnya, tetapi jika dilakukan dengan sabar dan telaten hidroponik ini ternyata sudah bisa menambah income saya. Saya pribadi sangat berterimakasih kepada PT. Otsuka Indonesia dan mentor dari HIMA sudah memberikan kesempatan saya untuk belajar tentang Hidroponik. Semoga barokah buat semua." Tuturnya.
Memang kegiatan hidroponik bila dilakukan dengan telaten dan konsisten, maka bukan mustahil kegiatan ini menjadi pembuka jalan pintu rejeki bagi pelakunya. Pasar akan tetap terbuka lebar bagi mereka yang bisa konsisten produksi sayuran. Memang tidak bisa dipungkiri ada masa susah menjual sayur akibat panen raya, tapi jangan lupa ada juga masa sayuran sangat diburu ketika kondisi sayuran banyak yang gagal panen. Jadi tetap berusaha keras dan diringi dengan do'a kepada Allah swt agar usaha pertanian hidroponik diberi kelancarn.