Mohon tunggu...
Supriyadi
Supriyadi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis, Pendaki gunung, Relawan Small Action, Petani Hidroponik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Cak Jam, Si Penulis Batu Nisan

29 Oktober 2024   14:15 Diperbarui: 29 Oktober 2024   14:31 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bukan Penulis Sembarangan, Tapi Penulis Batu Nisan (foto:dokpri)

Sejak kejadian hari itu, setiap pergi melayat kemanapun Cak Jam selalu membawa tas selempangnya untuk membantu warga yang sedang berduka. Dan lambat laun masyarakat juga mulai mengakui keberadaan Cak Jam sebagai penulis batu nisan. Kehadirannya selalu dinantikan setiap kali ada warga yang meninggal dunia. Sesuai pengakuannya, Cak Jam sudah biasa membantu menulis batu nisan bukan hanya untuk warga di sekitar lingkungan tempat  tinggalnya saja. Tapi dia juga akan selalu hadir di wilayah lain di desanya asalkan dia mendengar pengumuman orang meninggal dunia tersebut.

Ketika saya nyeletuk bertanya apakah dia pernah mengalami kejadian aneh atau mistis ketika menjalani aktifitas sebagai penulis batu lisan. Cak Jam diam sejenak, lalu kepalanya menggeleng dan menjawab bahwa dia tidak pernah mengalami peristiwa aneh sebagai penulis nama batu nisan selama ini.

" Tapi pernah suatu ketika saya diminta menulis nama di batu nisan salah satu warga yang meninggal di RW saya. Seperti biasa saya tulis batu nisan tersebut sesuai dengan nama yang diberikan oleh keluarganya. Ternyata malam harinya dari pihak keluarga mengaku bermimpi didatangi oleh almarhum dan menyampaikan bahwa nama yang ditulis di batu nisan salah. Akhirnya keesokan harinya pihak keluarga mendatangi saya dan meminta saya untuk membetulkan penulisan nama batu nisan sesuai nama yang benar" begitu terang Cak Jam mengenang peristiwa beberapa tahun silam.

Sejak mengalami kejadian tersebut, Cak Jam tidak mau lagi menulis nama di batu nisan bila pihak keluarga tidak memberikan KTP orang yang meninggal dunia tersebut. Sebab sering kali orang di kampung itu lebih dikenal dengan nama panggilannya sehari-hari yang sering berbeda jauh dengan nama sebenarnya yang tertera di KTP.

" Sejak saat itu saya selalu minta KTP orang yang meninggal dunia sebelum mulai menulis batu nisan" begitu jelas dari Cak Jam mengakhiri perbincangan dengan saya.

Sosok orang seperti Cak Jam ini sangat langka, tak banyak orang yang dengan sukarela dan konsisten mau menjadi penulis batu nisan. Sebuah pekerjaan yang sering  dianggap remeh oleh orang lain, tapi sangat penting bagi orang yang meninggal agar makamnya bisa dengan mudah dikenali oleh keluarga dan sanak kerabatnya.

Sehat selalu Cak Jam si manusia baik. Semoga amal baikmu tersebut kelak akan menjadi pemberat timbangan amal kebaikanmu di hari akhir.

Lawang, 29 Oktober 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun