Pada pukul 17.45 rombongan tiba di parkiran masjid jami' Bangkalan. Segera peziarah turun dan langsung berjalan menuju ke arah masjid. Setelah berwudlu peziarah melaksanakan sholat maghrib berjamaah. Acara pembacaan tahlil untuk mendoakan KH Kholil baru bisa dilakukan setelah pelaksanaan sholat isyak dilakukan. Kurang lebih selama 30 menit acara pembacaan tahlil berlangsung di dalam masjid.
Syaikhona Kholil ini lahir di Kemayoran Bangkalan 25 Mei 1835 dan meninggal pada 23 April 1925 di Martajasah Bangkalan. Mbah Kholil ini adalah gurunya para Ulama besar di Indonesia. Diantara murid mbah Kholil ini adalah para Ulama besar pendiri Nadlatul Ulama. Mereka adalah K.H. Hasyim Asy’ari, K.H. Abdul Wahab Hasbullah, dan K.H. Bisri Syamsuri yang makamnya sudah dikunjungi sebelumnya.
Ziaroh makam Sunam Ampel
Dan agenda ziaroh terakhir pada hari itu adalah ke makam Kanjeng Sunan Ampel di kampung Ampel Surabaya. Rombongan peziaroh MWCNU Lawang tiba di kampung Ampel Surabaya pada pukul 20.55. Dari tempat parkir bus para peziaroh harus berjalan kaki sejauh sekitar 1km untuk tiba di lokasi makam Sunan Ampel.
Peziarah harus menyeberangi dua jalan raya dan sebuah sungai yang sudah ditutup cor dan berubah menjadi warung UMKM. Di jalan raya juga banyak anak-anak yang membantu peziaroh untuk menyeberang jalan. Setelah selesai menyeberang biasanya peziaroh akan memberi mereka uang sedekah seikhlasnya sebagai tanda ucapan terima kasih.
Setelah menyeberangi jalan, berikutnya peziaroh berjalan di sepanjang trotoar sejauh sekitar 500 meter hingga tiba di sebuah gang yang ada tulisan Masjid Agung & Makam Raden Rahmat Sunan Ampel. Di sepanjang gang ini banyak pedagang makanan dan oleh-oleh yang berjualan di kanan kiri jalan. Akibatnya, jalanan masuk menjadi padat oleh peziaroh yang akan masuk ke makam dan mereka yang akan keluar menjadi berjubel di jalanan sempit tersebut.