Mohon tunggu...
Supriyadi
Supriyadi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis, Pendaki gunung, Relawan Small Action, Petani Hidroponik

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menikmati Panorama Jalur Torean

9 Oktober 2024   16:27 Diperbarui: 9 Oktober 2024   22:56 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jalur dengan kemiringan yang curam (foto:dokpri)

Saya melihat beberapa tenda berdiri di sekitar tempat ini. Mungkin disitu mereka bermalam selama tinggal di sini. Di tempat ini biasanya juga digunakan oleh pendaki untuk bermalam bila mereka akan turun ke Torean. Kolam sumber air panas di jalur Torean ini memang sering digunakan oleh penduduk lokal untuk acara ritual adat dan juga berendam untuk pengobatan.

Beberapa pendaki ada yang berhenti di tempat ini untuk beristirahat sejenak sambil bermain air. Beberapa juga terlihat mengabadikan momen pemandangan alam disitu. Saya dan team terus melangkah melanjutkan perjalanan. Setelah melewati sungai kecil jalurnya mulai menanjak. Rupanya kami harus menaiki bukit di sisi lembah yang lain. 

Kami akhirnya bertemu dengan tangga besi pertama yang berada di jalur perengan bukit. Tangga besi ini sengaja dipasang untuk memudahkan pendaki melewati jalur tanjakan ini. Jika tidak dipasang tangga tentu akan sulit untuk memanjatnya tanjakan yang tingginya sekitar 3 meter itu. Sekali lagi, kami harus rela menunggu bergantian untuk memanjat tangga karena banyaknya pendaki yang akan lewat.

Tangga besi pertama (foto:dokpri)
Tangga besi pertama (foto:dokpri)

Setelah melewati sebuah bukit, kami bertemu jalur landai yang didominasi sabana dengan rumput ilalang yang menjulang. Kami terus mengikuti jalur tersebut. Beberapa kali kami bertemu tangga besi dan harus melewatinya. Hingga akhirnya kami tiba di sebuah hamparan sungai yang cukup lebar, tapi hanya sebagian kecil saja yang ada aliran airnya. Sebagian besar sisanya berupa hamparan luas dengan bebatuan besar dengan posisi tak beraturan.

Pemandangan sungai yang berkelak-kelok (foto:dokpri)
Pemandangan sungai yang berkelak-kelok (foto:dokpri)

Banyak pendaki yang berfoto-foto disini. Pemandangan sungai yang berkelak kelok dengan warna air kehijauan dengan latar belakang perbukitan adalah panorama yang indah untuk diabadikan. Kami terus berjalan melewati batu kerikil kecil hingga akhirnya tiba di aliran sungai  deras selebar 6 meter. Kami menyeberangi sungai tersebut dengan cara melewati jembatan berupa batang kayu yang dipasang melintang diatas aliran sungai. 

Melewati jembatan kayu (foto:dokpri)
Melewati jembatan kayu (foto:dokpri)

Setelah berjalan melewati punggungan bukit akhirnya kami bertemu dengan sebuah sungai yang airnya sungguh jernih sekali. Berbeda dengan air sungai sebelumnya yang masih bau belerang karena hulunya dari sumber air panas Aik Kalak, air sungai ini benar-benar jernih dan segar. Di seberang sungai, kami bertemu tangga yang harus kami naiki lagi.

Kemudian kami menyusuri tebing sebuah bukit hingga tiba di sebuah sumber air tawar yang sangat segar. Mata air ini terus mengalir walaupun di musim kemarau. Masyarakat setempat menyebut sumber mata air ini dengan nama Sumber Urip. Saya berhenti dan mengisi botol kosong dengan sumber air yang mengalir lewat pancuran kecil dari celah bebatuan.

Jalur dengan kemiringan yang curam (foto:dokpri)
Jalur dengan kemiringan yang curam (foto:dokpri)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun