Mohon tunggu...
Supriyadi
Supriyadi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis, Pendaki gunung, Relawan Small Action, Petani Hidroponik

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Jalur Baru Bernama Torean

4 Oktober 2024   16:34 Diperbarui: 4 Oktober 2024   16:38 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kekompakan dan kebersamaan adalah yang utama (foto:dokpri)

XPDC Gunung Rinjani  (Bagian 8)

Pagi itu dengan berat hati kami harus ucapkan 'Selamat Tinggal' kepada danau Segara Anak yang telah memberikan kenangan indah untuk kami para pendaki. Selama dua hari kami singgah dan bermalam disini, kami disambut dengan panorama alam yang begitu menakjubkan. Hamparan danau dengan air bening menyejukkan telah menemani hari -- hari kami disini. Sungguh sebuah kenangan indah yang tak bakal bisa dilupa menikmati senja di tepi danau di ketinggian 2000mdpl ini.

Terus terang kalau ditanya, tentu saja kami akan menjawab masih betah tinggal di tempat yang indah ini. Kami masih ingin berlama-lama disini untuk memuaskan mata dan hati. Waktu dua hari sangatlah kurang bagi kami untuk menikmati indahnya panorama alam di tempat ini. Terlalu banyak landskap alam yang begitu mengagumkan untuk dieksplore. Sudut-sudut keindahan alam di sekitaran danau yang akan membuat kita tak akan pernah bosan untuk mengaguminya.

Perjalanan turun menuju Torean dimulai (foto:dokpri)
Perjalanan turun menuju Torean dimulai (foto:dokpri)

Tapi, kami harus menyesuaikan dengan agenda yang ada bahwa jadwal pendakian kami hari itu adalah waktunya untuk turun. Setelah selesai berkemas, kami segera membentuk sebuah lingkaran kecil. Kami memanjatkan do'a kepada Allah swt agar dalam perjalanan turun nanti diberi perlindungan dan keselamatan. Selain berdo'a, diperlukan juga kekompakan dan kebersamaan dalam sebuah pendakian bersama. Saling menjaga satu sama lain juga menjadi faktor penting dalam melakukan pendakian bersama dalam sebuah team XPDC.

Selain team kami, hari itu juga banyak kelompok pendakian lain yang akan turun via jalur Torean. Jadi pagi itu suasana di sekitar Segara Anak cukup ramai oleh pendaki yang sedang bersiap melakukan perjalanan turun. Selesai berdo'a kami mulai berjalan satu per satu meninggalkan danau Segara Anak. Seakan tak pernah puas, saya kembali mengambil dokumentasi video sekitaran danau sebelum benar-benar melangkah pergi.

Harus tetap menjaga semangat (foto:dokpri)
Harus tetap menjaga semangat (foto:dokpri)

Saya sedikit tertinggal oleh teman-teman yang lebih dulu berangkat, akhirnya dengan langkah yang sedikit cepat saya berusaha mengejar mereka. Maklum saja jalur Torean ini relative masih asing bagi saya, karena ini adalah untuk pertama kalinya saya lewat jalur ini. Jadi saya benar-benar masih blank dengan jalur baru ini. Pendakian sebelumnya kami turun lewat jalur Senaru.

Jika dibandingkan dengan jalur Senaru, jalur Torean ini lebih landai karena jalurnya menyusuri sungai dan hutan tropis. Walaupun tetap ada turunan dan tanjakan di sepanjang jalurnya. Sedangkan jika lewat Senaru maka harus mendaki lagi menuju Plawangan Senaru yang tingginya kurang lebih sama dengan Plawangan Sembalun jika ditempuh dari danau.

Jalur Torean ini termasuk jalur baru. Jalur ini dibuka secara resmi pada tanggal 1 April 2021 oleh Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR). Sejak saat itu jalur Torean ini langsung menjadi jalur favorit para pendaki. Sebenarnya jalur Torean ini sudah lama ada dan biasa dipakai oleh warga lokal untuk menuju Danau Segara Anak. Lebih tepatnya jalur ini dulunya digunakan sebagai perjalanan ritual penduduk lokal.

Saling suport satu sama lain itu penting banget dalam pendakian (foto:dokpri)
Saling suport satu sama lain itu penting banget dalam pendakian (foto:dokpri)

Sebelumnya jalur Torean ini memang tidak dijadikan jalur resmi sebab ada bagian medan jalur yang sangat berbahaya karena lokasinya memang ada di bibir jurang. Bahkan saking bahaya nya titik rawan tersebut digambarkan sebagai jalur neraka. Itulah alasannya mengapa dulunya jalur ini tidak dibuka untuk para pendaki. Tapi sekarang titik yang rawan tersebut sudah dilengkapi dengan tali pengaman sebagai pegangan. Dan bahkan beberapa jalur berupa lembah atau tebing yang terputus jalurnya sudah dipasangi tangga besi untuk membantu pendaki menuruni atau menaiki jalur tersebut.  Saya menghitung ada sekitar 8 tangga besi yang terpasang di sepanjang jalur Torean ini.

Torean sendiri adalah nama sebuah dusun di Desa Loloan, Kecamatan Bayan, kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat. Dusun Torean ini berada pada ketinggian sekitar 600 meter di atas permukaan laut (mdpl). Dengan dibukanya jalur baru Torean ini menjadikan ekonomi masyarakat Torean ikut terangkat. Peluang pekerjaan baru bagi penduduk desa Torean bermunculan dengan banyaknya para pendaki gunung yang datang ke dusun mereka. Penduduk desa yang sebagian besar adalah petani, pada musim pendakian bisa bekerja sebagai guide, porter, ojek gunung, dan sebagainya.

Dengan kondisi jalur Torean yang masih asri dan eksotis, jalur ini menjadi digemari oleh para para pendaki. Sehingga ketika melakukan pendaftaran online di aplikasi eRinjani, pendaki banyak yang memilih masuk lewat Sembalun dan turun lewat Torean. Sebab cerita keindahan jalur Torean ini sudah menyebar luas di media social dengan primadona utamanya view air terjun Panimbungan. Ini yang menjadikan banyak pendaki penasaran untuk melewati jalur Torean ini.

Jalur Torean ini menyajikan hamparan sabana, air terjun, hutan tropis, aliran sungai, air panas, hamparan pasir, lanskap tebing batuan yang merupakan sebagian dari banyaknya fenomena serta atraksi alam yang dimiliki Taman Nasional Gunung Rinjani. Dan yang paling penting di sepanjang jalur ini tersedia sumber air bersih yang berupa aliran sungai dan juga sumber air yang bisa dengan mudah didapatkan oleh pendaki. Sehingga pendaki tak perlu kuatir kehabisan air selama mendaki melalui jalur ini.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun