XPDC Gunung Rinjani  ( Bagian 1 )
Kamis, 12 September 2024 sekitar pukul 15.00 kami mulai berangkat dari Lawang menuju bandara Juanda Surabaya dengan menggunakan mobil Hiace. Nama driver yang menjemput kami adalah mas Putra. Dia yang akan mengantarkan kami ke bandara Juanda Surabaya. Sesuai yang tertera di tiket pesawat jadwal flight kami adalah pukul 18.15. Jadi, masih cukup waktu untuk melakukan perjalanan ke Surabaya lewat tol panjang dengan durasi waktu sekitar 1.5 jam.
Kami tiba di bandara Juanda menjelang pukul lima sore. Segera kami menurunkan 8 buah carrier dari mobil dan melakukan boarding di maskapai Super Air Jet yang akan mengangkut kami ke Lombok. Karena membawa barang lumayan banyak, sehingga waktu boarding menjadi agak lama. Setiap tas carrier di timbang satu per satu agak tidak melebihi ketentuan berat barang bawaan penumpang 20kg per orang. Rombongan XPDC Rinjani kali ini berjumlah 7 orang. 6 Orang berangkat dari Lawang yaitu Joni, Silo, Rosi, Hery, Supri, dan Fano. Dan tambahan satu personil lagi di Mataram yaitu Hengki.
Selesai boarding kami menuju ke ruang tunggu. Sambil menunggu pesawat kami manfaatkan waktu yang ada untuk ibadah sholat maghrib di mushola bandara karena sudah masuk waktunya. Selesai sholat segera kami kembali ke ruang tunggu sedikit tergesa karena rupanya penumpang tujuan Lombok sudah dipanggil untuk masuk pesawat. Kami segera berjalan mengikuti petunjuk arah ke pesawat bersama penumpang lain.
Tiba di dalam pesawat, saya langsung mengambil tempat duduk sesuai dengan nomor kursi yang tertera di tiket. Segera saya pasang sabuk pengaman, dan merapal do'a-do'a sebelum pesawat mengudara. Sesuai SOP Penerbangan, sebelum pesawat berangkat disampaikan safety briefing dan petunjuk penggunaan alat bantu keselamatan dalam kondisi darurat. Tak lupa seorang pramugari cantik turut memperagakan cara penggunaan safety aid.
Tak lama kemudian lampu pesawat mulai dipadamkan, dan pesawat bergerak menuju landasan pacu. Deru mesin pesawat terdengar keras dari dalam ruang kabin yang sunyi. Setiap jiwa berdo'a dengan keyakinan masing-masing untuk keselamatan selama penerbangan. Kami menunggu 5 menit, 10 menit, 15 menit... pesawat juga belum tinggal landas. Malah terasa hanya berputar-putar di landasan saja. Dan akhirnya berhenti, seiring dengan menyalanya kembali lampu kabin.
 " Mohon maaf, karena ada kendala tekhnis, pesawat tidak jadi mengudara. Saat ini tekhnisi kami sedang menuju kesini untuk mengecek kondisi pesawat. Harap penumpang tetap tinggal di pesawat" begitu suara pilot menyampaikan informasi tentang kondisi pesawat yang tidak jadi terbang. Sontak kondisi di dalam pesawat menjadi riuh. Beberapa penumpang mulai menelpon keluarganya mengabarkan tentang kondisi mereka yang masih dalam pesawat yang delay.
Lebih dari satu jam kami para penumpang berada dalam situasi yang tidak pasti menunggu pesawat berangkat. Dan sebagai bentuk kompensasi atas kelambatan tersebut, kru pesawat memberikan snack dan minuman air mineral kepada seluruh penumpang.
" Kendala tekhnis sudah berhasil diatasi, silahkan penumpang kembali ke tempat duduk masing-masing dan segera kencangkan sabuk pengaman. Pesawat akan segera take off." Begitu bunyi pengumuman dari kru pesawat. Tak lama kemudian,mesin pesawat mulai menderu lagi dan perlahan pesawat bergerak menuju landasan pacu. Beberapa menit kemudian pesawat sudah berhasil mengudara meninggalkan bumi pulau Jawa menuju pulau Lombok.
Jarum jam di hp saya menunjukkan angka 21.19 ketika pesawat mendarat di bandara Zainuddin Abdul Madjid Praya Lombok Tengah. Sambil berjalan keluar saya kirim pesan WA ke driver yang menjemput kami di Lombok. Namanya Mas Satimin, dia seorang perantauan yang berasal dari kabupaten Lumajang Jawa Timur. Mas Timin ini sudah merantau ke Lombok sejak tahun 1985 silam. dari layar hp saya melihat dia menjawab 'Siap' dengan mengirimkan foto mobil warna putih. Dia mengarahkan saya untuk terus berjalan ke luar menuju tempat parkir.
Dari bandara kami langsung menuju ke kota Mataram. Agendanya malam itu menikmati makan malam di warung Ayam Bakar Taliwang Senja yang terletak di depan Mataram mall. Disana sudah menunggu teman kami Hengki. Rencananya selama di Mataram nanti kami akan bermalam di rumah Hengki yang berada di kampung Jawa Karang Taruna. Hengki ini adalah teman kerja di perusahaan sebelum akhirnya dia memutuskan untuk resign dan menetap di Lombok untuk menjalankan bisnis sendiri dengan membuka Apotik 99 di Lombok Barat.
Kami tiba di rumah Hengki yang berada di Jalan Leli menjelang pukul dua belas malam. Kami diberikan tempat untuk istirahat di lantai dua di rumah yang sangat luas itu. Sebelum pergi saya berpesan ke driver mas Timin agar besuk pagi kami dijemput jam empat pagi untuk berangkat ke Sembalun. Sebab sesuai info mas Timin perjalanan dari Mataram ke Sembalun butuh waktu sekitar 3 jam. Setelah  membereskan beberapa perlengkapan mendaki, kami segera merebahkan badan untuk istirahat sejenak memejamkan mata. Berharap besuk pagi sudah bisa memulihkan tenaga untuk persiapan pendakian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H