Mohon tunggu...
Supriyadi
Supriyadi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis, Pendaki gunung, Relawan Small Action, Petani Hidroponik

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Hikmah Sebuah Perjalanan

23 September 2024   08:47 Diperbarui: 23 September 2024   09:01 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto: dokumentasi pribadi

"Dengan Bapak, kami selalu bersikap saling percaya, saling mendukung, saling berbagi cerita, respect satu sama lain. Beda pendapat kecil -- kecil pasti ada, karena kita berangkat dari lingkungan status dan kebiasaan yang berbeda. Tapi yang harus diingat, jangan biarkan persoalan mengendap lebih dari satu hari, selesaikan dengan saling mendengar, jangan hanya minta didengar."

"Kalau tidak ada kegiatan di luar rumah, kami berkebun di belakang rumah, baca buku tentang  agama,   tentang tanaman dan lain - lain  dan berbincang ringan. Jarang sekali kami membicarakan anak -- anak yang sudah punya kehidupan sendiri -- sendiri. Kehidupan kami sudah seperti teman, saudara, atau sahabat. Kami nikmati hidup mengalir apa adanya dan lebih mempersiapkan diri menambah bekal untuk pulang kelak."

"Saya sangat bersyukur, walaupun anak -- anak jauh semua, kehidupan bersama Bapak yang seorang pensiunan PJKA yang jauh dari gelimang harta, tapi kami tetap merasakan hidup ini indah, mau kemanapun saya masih bisa sendiri, tidak bergantung pada anak atau suami dan Alhamdulillah  atas anugerah  sehat yang  diberikanNya." Saat beliau bercerita seperti itu, saya hanya mendengarkan dengan rasa kagum, Subhanallah !

Satu demi satu teman -- teman beliau mulai berdatangan, " Maaf Jeng .., saya tinggal dulu ya .... " kata beliau sambil beranjak pergi.

 "Terima kasih Ibu, selamat jalan mudah -- mudahan perjalanan dan acaranya lancar dan semoga Allah memberikan  kesempatan ketemu lagi  di lain waktu"  kata saya sambil memandangi beliau pergi bersama para sahabatnya.

Dari jauh saya amati mereka, umumnya mereka datang sendiri -- sendiri, hanya satu dua orang yang diantar anak cucunya. Saya tersenyum melihat cengkerama  mereka  seolah -- olah kembali kemasa -- masa sekolahnya dulu, terpancar kebahagiaan yang tidak ternilai .

Tidak ada sesuatu terjadi secara kebetulan dan sia -- sia, semuanya sudah diatur oleh Yang Maha Pengatur. Sebagai rasa syukur atas karunia  tersebut, saya tulis semuanya dengan harapan kita bisa meneladani kisah Ibu yang bijak itu, dimulai  dari diri kita sendiri -  dari hal yang kecil dan mulai saat ini. InsyaAllah !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun