Siang itu saya dan keluarga berkunjung ke rumah seorang teman SPG yang sudah lama berpisah selama puluhan tahun. Namanya Heri Purwanto. Seorang guru SD di kecamatan Ranuyoso Lumajang. Isterinya kebetulan juga seorang guru SD. Teman kuliahnya waktu  masih sama-sama mengambil jurusan pendidikan guru di PGSD Malang. Mereka pun saling jatuh cinta, lalu pacaran dan kemudian menikah.
Karena lama tidak saling bertemu, kami langsung terlibat dalam obrolan seru mengenang masa - masa muda ketika masih berseragam putih abu - abu dulu. Gelak tawa kami berdua terdengar keras mengisi ruang tamu tatkala mengingat kekonyolan di masa sekolah dulu.
Obrolan pun berlanjut di ruang makan ketika kami diajak makan rujak uleg khas Lumajang yang rasanya sungguh lezat. Rujak di daerah Lumajang umumnya memakai petis hitam yang dipadu dengan pisang kluthuk yang sungguh maknyus sekali rasanya. Maklum sudah lama tidak makan rujak seperti ini.
Sambil menemani kami makan, Heri pun melanjutkan cerita masa lalunya setelah lulus sekolah hingga melanjutkan kuliah PGSD di Malang. Pada saat kuliah inilah Heri bertemu dengan gadis pujaan hatinya yang berasal dari kota gudeg Yogja. Dan sang pujaan hati ini pada akhirnya menjadi isteri pendamping hidupnya.
Nah pada suatu ketika, Heri pergi ke Yogja untuk mengantar pacarnya pulang naik kereta api dari stasiun kota Malang. Heri ingin bertemu muka dan berkenalan langsung dengan orang tua pujaan hatinya di Yogja. Sore itu sepulang dari kampus mereka berdua berangkat ke Yogja naik kereta api. Mereka tidak sendiri, di dalam kereta juga banyak anak mahasiswa lain asal Yogja yang juga sedang mudik akhir pekan.
Setibanya di stasiun Yogja, mereka turun dari kereta dan berjalan keluar peron stasiun. Ternyata di luar stasiun sudah ada  ayah sang gadis yang datang menjemput. Mereka bertiga pun segera berlalu dari stasiun dan meneruskan perjalanan menuju rumah sang pacar .
Tiba di rumah pacarnya, hari sudah malam. Heri dipersilahkan masuk dan duduk di ruang tamu. Sementara pacarnya masuk ke dapur untuk membuatkan minuman dan menyiapkan makan malam. Di ruang tamu tinggal Heri berdua dengan bapak sang pacar.
Sejurus kemudian mulailah sang Bapak membuka omongan dengan menggunakan bahasa jawa halus khas orang Yogja.
" Kang putro paring asmo sinten?" tanya sang bapak santun.
Mendengar pertanyaan seperti itu, Heri sedikit kaget dan berkata dalam hati  'Loh saya ini masih bujangan, kok dikira sudah punya putro/anak'.gumamnya dalam hati.
Dengan nada suara yang mantap Heri menjawab. " Kulo tasih dereng nggadah putro".
Mendengar jawaban Heri, sang bapak cuma tersenyum. Dan dia juga tidak berusaha memperjelas maksud pertanyaannya. Setelah diam beberapa saat, kembali sang bapak mengulangi pertanyaannya.
 " Kang putro paring asmo sinten?"
Mendengar pertanyaan sama dilontarkan kembali, Heri mulai sedikit agak gusar. 'Loh sudah dibilang saya tidak punya anak, kok masih tidak percaya saja. Apa tidak dengar ya ' gerutu Heri dalam hati.
Heri pun memberikan jawaban yang sama dan kali ini dengan suara agak meninggi. Barangkali jawaban pertama tadi sang bapak tidak mendengar. Begitu pikirnya dalam hati.
" Kulo tasih dereng nggadah putro"
Mendengar jawaban tersebut sang bapak kembali tersenyum, tangannya terlihat menepuk -- nepuk lengan kursi yang diduduki. Suasana kembali hening di ruang tamu itu, namun tak berselang lama kembali sang bapak bertanya dengan mengulang pertanyaan yang sama.
 " Kang putro paring asmo sinten?".
Kali ini Heri mulai sedikit terpancing emosinya, dia menjawab dengan suara yang mulai meninggi.
" Kulo tasih dereng nggadah putro?"
Dan anehnya sang bapak juga masih tetap tersenyum tenang, masih tetap sabar, dan tidak terpancing dengan suara Heri yang mulai terdengar meninggi. Dan beberapa waktu kemudian kembali dia  mengulangi pertanyaannya lagi. Masih dengan kalimat pertanyaan yang tetap sama.
 " Kang putro paring asmo sinten?"
Kali ini sebelum Heri sempat menjawab pertanyaan sang bapak, dari balik kelambu ruang tengah sudah nongol kepala sang pacar sambil berkata keras gaya arek Malang.
 " Jenengmu iku lho sopo mas?" sahut sang pacar.
Mendengar suara keras sang pacar yang mengagetkan itu, Heri segera tersadar akan kekhilafannya yang tak memahami maksud pertanyaan calon bapak mertuanya itu. Maklum, Bahasa Jawa orang Yogja memang sedikit berbeda dengan orang dari Jawa Timur. Akhirnya dengan raut muka memerah menahan malu Heri pun menjawab pelan.
" Nama saya Heri Purwanto pak"
****
Ternyata kekonyolan Heri tidak berhenti sampai di situ. Setelah ngobrol dengan bapak calon mertua, akhirnya tibalah saat yang ditunggu -- tunggu yaitu makan malam. Maklum perut Heri sudah sedari stasiun Malang tadi keroncongan menahan lapar karena sejak perjalanan naik kereta api  perutnya belum sempat diisi.
Kebetulan makanan yang disajikan di meja makan adalah menu favorit nya 'jangan tewel' yang kalau di Yogja dikenal dengan nama gudeg. Tak perlu menunggu lama, Heri yang ditemani sang pacar langsung mengambil nasi sepiring penuh. Segera dia tumpangi nasi dengan 'jangan tewel' kesukaannya itu. Tanpa ba bi bu lagi, Heri langsung menyantap makanan nya.
Tapi ...baru pada sendokan pertama "hap", tiba- tiba Heri berhenti mengunyah dan terdiam. Wajahnya pun mulai memucat.
 ' Jangan tewel kok rasanya manis seperti kolak begini ya '. Heri membatin dengan perasaaan yang tidak karuan.
Seumur- umur baru kali ini Heri merasakan sayur 'gudeg' alias 'jangan tewel' versi Yogja yang cenderung manis rasanya. Kalau di tempat asalnya Lumajang sayur lodeh tewel itu rasanya gurih asin dominan garam dan santan kelapa.
"Sudah mas nasinya jangan dimakan, ditaruh saja piringnya, dikasihkan bebek saja. Kamu saya buatkan mie rebus saja" ucap sang pacar seakan tahu dengan apa yang terjadi pada Heri. Melihat raut muka Heri yang nampak pucat pasi, sang pacar pun kasihan.
Begitulah cerita konyol yang pernah Heri alami semasa pacaran dengan gadis Yogja yang sekarang setia menjadi pendamping hidupnya. Kami berdua pun tertawa ngakak setelah Heri mengakhiri cerita nya. Dan di waktu yang bersamaan sepiring rujak yang kami santap juga sudah ludes.
Keterangan :
Kang putro paring asmo sinten? = Ananda namanya siapa?
Kulo dereng nggadah putro = Saya belum punya anak
Jenengmu iku loh sopo mas? = Namamu siapa mas?
Pisang kluthuk = pisang batu
Jangan tewel = sayur nangka muda
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H