Mohon tunggu...
Supriyadi
Supriyadi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis, Pendaki gunung, Relawan Small Action, Petani Hidroponik

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Menanam Sayur Butuh Kesabaran

27 Oktober 2023   22:11 Diperbarui: 27 Oktober 2023   22:13 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Saya tetap menanam kok pak, semampu saya. Apapun kondisinya saya terus menanam. Alhamdulillah ada saja yang membeli saya sayur ketika panen. " begitu terang bu Lilik, salah seorang petani hidroponik ketika ketemu saya beberapa hari lalu di rumahnya.

Hari itu saya memang sudah janjian untuk mengambil pesanan sayur di rumah bu Lilik. Seorang pensiunan guru matematika di SMA Negeri Lawang. Bu Lilik menggeluti dunia hidroponik sejak memasuki masa pensiun dari tugas mengajar di sekolahnya tahun 2018 silam. Ketertarikan pada pertanian hidroponik timbul ketika dia berkesempatan mengikuti pelatihan hidroponik di kampungnya.

Sebelum menanam hidroponik, bu Lilik sudah lebih dulu menggeluti tanaman anggrek. Jadi kegemaran pada dunia tanaman memang sudah lama ada sejak masih aktif mengajar. Tak heran di teras rumahnya saat ini masih banyak terdapat anggrek bulan yang sedang bermekaran.

dokumen pribadi
dokumen pribadi

Bu Lilik menanam sayur hidroponik di lantai dua rumahnya. Titik tanamnya sekarang sudah lebih dari seribu lobang. Dia hanya fokus menanam sla keriting yang memang sudah ada pelanggannya sendiri.

" Alhamdulillah bisa memenuhi permintaan sla dari pelanggan warung makanan di sekitar sini pak" terangnya.

Beda dengan bu Lilik yang menanam hidroponik di lantai dua rumahnya, petani hidroponik lainyan yaitu bu Meli memanfaatkan pagar rumahnya untuk menanam sawi pokcoi. Pagar yang dicat warna ungu ini jadi nampak lebih segar dengan paduan warna hijau dari daun pokcoi di instalasi paralon.

Selain menanam di pagar, bu Meli juga memanfaatkan instalasi hidroponik untuk menanam sayurnya. Bu Meli lebih suka menanam sayur oriental seperti sawi pokcoi dan kangkung karena memang sudah punya pangsa pasar sayur oriental ini.

dokumen pribadi
dokumen pribadi

Perempuan asal Sabang Aceh ini sudah menggeluti tanaman hidroponik sejak tahun 2016 silam. Dan hingga sekarang bu Meli masih terus menanam hidroponik di teras rumahnya yang luasnya tak seberapa.

"Lumayan pak, uang hasil penjualan sayur bisa digunakan untuk kebutuhan harian saya" begitu tutur bu Meli.

Jadi, menanam itu tidak menunggu mempunyai kebun yang luas dan alat tanam yang canggih. Tapi yang paling penting adalah memiliki kemauan dan kesabaran yang ekstra ketika menekuni budidaya tanaman hidroponik. Sebab tidak selalu sayur hasil panenan itu laku terjual. Kadang ada saat sayur panenan tidak terserap oleh pasar. Pada kondisi demikian itu petani harus tetap bersabar. Tidak boleh mudah putus asa. Karena akan ada masa kebutuhan sayur itu begitu tinggi sampai kurang - kurang. Petani harus mampu beradaptasi dengan kondisi yang ada.

Sabar..... Memang mudah diucapkan, tapi tak gampang untuk dilakukan. Tapi bu Lilik dan bu Meli sudah membuktikan sendiri bahwa kesabaran mereka bertani hidroponik selama ini terbukti bisa menghasilkan cuan dari sayur panenan mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun