Dengan dibantu beberapa orang jamaah, dia sigap menyiapkan meja podium dan kursi untuk Pak Kyai yang akan mengisi pengajian di masjid pagi itu. Kemudian dia mengambil meja kecil dan meletakkan di sebelah kanan meja podium. Selanjutnya dia beranjak masuk ke ruang peralatan sound system untuk mengambil mic wireless dan juga sekaligus memastikan sound system dalam keadaan normal.
Ketika Pak Kyai sudah mulai menyampaikan ceramahnya, segera dia berlalu pergi ke luar ruangan masjid. Selang beberapa saat kemudian dia kembali lagi ke ruangan masjid dengan membawa nampan berisi beberapa gelas minuman. Dia berjalan mendekat ke arah podium Pak Kyai, kemudian dengan berjongkok dia menaruh gelas minuman di atas meja kecil yang tersedia di dekat podium untuk Pak Kyai.
Setelah selesai menyiapkan minuman untuk Pak Kyai, kembali dia berlalu pergi. Dalam hitungan menit i dia sudah kembali membawa nampan yang berisi banyak cangkir kopi dan teh. Kali ini dia membagikan minuman tersebut ke jamaah yang hadir satu per satu. Karena 'saking' seringnya membagi minuman, dia sampai hafal minuman kesukaan setiap jamaah. Dia akan berikan kopi kepada jamaah yang suka ngopi dan bagi jamaah yang suka ngeteh dia akan berikan cangkir teh.
Kalau ada jamaah baru, dia akan selalu bertanya terlebih dulu " Kopi nopo teh?". Baru setelah jamaah menjawab, dia akan sodorkan nampan minuman dan jamaah bisa memilih sendiri minuman kesukaannya. Begitu cara dia melayani dan menghormati para tamu Allah yang hadir ikut pengajian di masjid kampungku ini.
Begitulah sedikit gambaran kegiatan sehari - hari yang dilakukan oleh marbot masjid di kampungku ini. Nama panggilannya Pak To. Ada juga yang memanggilnya mbah To. Tapi juga banyak yang memanggilnya Cak To, biar lebih akrab kata mereka yang memang sudah mengenal dekat sosok marbot masjid ini. Aku taksir usianya paling sekitar 60 tahunan lebih. Hampir semua jamaah yang datang ke masjid ini pasti mengenal sosok lelaki baik hati ini.
Cak To biasanya akan berangkat ke masjid pada pukul setengah tiga pagi. Setiba nya di masjid dia akan langsung menyalakan kompor dan memasak air untuk membuat kopi dan teh para jamaah pengajian. Setelah itu dia akan membuka semua pintu masjid dan menyalakan lampu -- lampu di dalam masjid untuk menyambut jamaah sholat subuh.
"Saya tidak ingat persisnya kapan mulai membantu di masjid ini" begitu ucap Cak To suatu ketika saat berbincang denganku.
Menurut Cak To dulu yang menjadi marbot di masjid ini masih ada hubungan kerabat dengannya, yaitu pamannya. Sebelum digantikan oleh Cak To, sang paman ini pernah bermimpi bahwa dalam mimpinya dia mendapat petunjuk bahwa kelak yang akan menggantikan dirinya adalah anak dari saudaranya. Dan anak saudaranya yang dimaksud itu tidak lain Cak To. Dan benar saja di kemudian hari setelah sang paman wafat, akhirnya Cak To yang menggantikannya sebagai marbot hingga sekarang ini.
"Yang saya ingat dulu di masjid ini kalau subuh jamaah nya itu cuma sekitar 10 orang saja. Dan pada saat itu saya yang paling muda. Tapi sekarang jamaahnya sudah banyak dan saya adalah yang paling tua" ucapnya sambil tertawa.