Untung Hujan Reda, Kami Bisa Hadiri Undangan
Hari Ahad (26/1/25) hujan turun sejak pagi. Tidak terlalu deras tetapi cukup lama. Hingga pukul 14.00 Wita hujan baru berhenti. Istri tercinta mengingatkan saya bahwa ada undangan resepsi pernikahan. Saya pun mengiyakan dan belum siap berangkat dalam waktu segera karena baru saja makan di siang hari itu.
"Nanti habis Asar, ya?" pinta istri tercinta.
"Mudahan tidak hujan lagi!" saya menjawab pendek.
Musim hujan saat ini tidak menentu.Â
Ayah pengantin pria yang mengantarkan sendiri undangan ke rumah kami beberapa hari sebelum hari H. Istri saya yang menerima undangan itu karena saat itu saya sedang beristirahat siang.
Pak Lik Kamto, demikian nama laki-laki, ayah sang pengantin pria. Pada saat saya masih menjadi Kepala Sekolah di SMPN 22 Penajam Paser Utara, Pak Lik Kamto bekerja di sekolah itu juga. Setahu saya, anak Pak Lik Kamto ada tiga. Anak pertama sang pengantin pria (Sigit). Anak kedua, perempuan dan anak ketiga laki-laki.
Anak perempuan Pak Lik Kamto sudah menikah beberapa tahun sebelumnya. Hal itu memang biasa terjadi. Jika anak pertama laki-laki dan anak kedua perempuan, biasanya anak kedua yang lebih dahulu menikah.
Cuaca cukup bagus pada siang hingga sore hari Ahad terakhir bulan Januari 2025. Usai salat asar, kami bersiap untuk menuju tempat acara resepsi pernikahan, yaitu di wilayah Kelurahan Gunung Seteleng. Tidak jauh lokasi rumah Pak Lik Kamto dengan lokasi SMP 22 Penajam Paser Utara.
Jalanan cukup ramai pada sore hari itu. Pada sebagian jalan yang agak rendah terlihat genangan air pada sisi jalan yang berlubang. Kami harus berhati-hati agar tidak terperosok ke dalam kubangan.
Jumpa Banyak Orang Dikenal
Seperti pada waktu-waktu sebelumnya, pada saat menghadiri resepsi pernikahan, kami selalu berjumpa dengan orang-orang yang sudah kami kenal. Istri saya paling banyak bertegur sapa dengan ibu-ibu tamu undangan. Acara pernikahan di tempat kami rata-rata dihadiri oleh kaum wanita.
Ibu-ibu rumah tangga, baik secara perorangan atau berombongan menghadiri acara resepsi pada sore hari menjelang magrib. Sementara itu, kursi untuk tamu cukup terbatas. Untuk itu, setelah selesai menikmati makanan, saya segera beranjak untuk berpamitan.
Pak Lik Kamto yang duduk di dekat pintu masuk-keluar saya ajak berfoto tidak bersedia. ia menunjuk-nunjuk kakinya yang dibalut sepatu bot. padahal, saya ingin membuat kenang-kenangan berfoto bersama kedua mempelai dan orang tuanya.
Berhubung Pak Lik Kamto tidak bersedia diajak berfoto, akhirnya saya berswafoto bersama kedua mempelai saja. Sementara itu, istri tercinta asyik mengobrol dengan tamu undanga lain yang sedang menikmati hidangan.
Penajam Paser Utara, 26 Januari 2025 Â Â Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI