Memaafkan dan Melupakan Harus Dilakukan dengan Kesadaran, Bukan Keterpaksaan
Dalam pergaulan di masyarakat, sering ada gesekan atau benturan. Istilah umum yang sering digunakan, ada perbedaan pendapat atau pemahaman. Dengan adanya perbedaan pendapat, sering muncul kata-kata yang bernada mengejek atau menghina. Untuk mempertahankan pendapat pribadi, sering tidak kita sadari muncul rasa ego dan ingin pendapat kitalah yang diterima.
Setelah berselang beberapa waktu, ada rasa penyesalan. Mengapa hanya berbeda pendapat kita tega melontarkan kata-kata tidak pantas. Sebaliknya, pihak lawan mungkin yang melontarkan kata-kata yang tidak bijak itu. Hal itu tentu membuat hati terluka atau tersakiti.
Memaafkan dan Melupakan
Atas peristiwa yang sudah terjadi, kita akan bisa memaafkan atau memberi maaaf pihak yang berseberangan pendapat dengan kita. Demikian pula, pihak yang kontra itu mungkin yang akan meminta maaf kepada kita. Sebagai makhluk sosial, kita harus dengan lapang dada meminta maaf atau menerima permintaan maaf dari pihak "lawan".
Tidak cukup sampai di situ. Berjabat tangan atau mengucapkan kata maaf memang mudah. Satu hal yang perlu diikuti setelah jabat tangan  dan ucapan maaf adalah melupakan perbedaan pendapat yang pernah terjadi.
Dengan melupakan hal yang menimbulkan "perkelahian" itu, rasa hati akan lega. Perasaan akan damai. Apakah hal itu mudah dilakukan? Sebagian orang mungkin akan dengan cepat melupakan. Namun, ada sebagian yang agak sulit melupakan hal itu.
Menyibukkan Diri Â
Manusia tempat salah dan lupa. Nah, setelah merasa bersalah dan meminta maaf, kita wajib melupakan hal yang menimbulkan masalah tersebut. Bagaimana caranya? Kita perlu menyibukkan diri dengan aktivitas positif. Dengan asyik dan sibuk dengan kegiatan yang positif, secara perlahan hal-hal yang menimbulkan masalah tersebut akan "hilang" atau terlupakan.Â
Dengan aktivitas baru dan kesibukan yang menyita waktu, hal-hal negatif yang pernah terjadi akan "terbang" bersama "angin". Kita harus menerapkan resep sederhana ini: menyibukkan diri kepada hal-hal positif.
Memaafkan dengan Kesadaran
Pada saat memafkan kesalahan orang lain, kita harus melakukan dengan kesadaran penuh. Bukan dengan keterpaksaan. Ada kalanya kita diminta meminta maaf karena disuruh orang yang lebih dewasa. Demi menjaga hubungan baik, kita akan melakukan hal itu. Namun, permintaan maaf yang dilakukan hanya karena terpaksa atau karena disuruh, terkadang kurang ikhlas. Untuk itu, perlu adanya upaya lain agar kita tidak teringat peristiwa itu.Â
Dengan cara menyibukkan diri dengan  aktivitas positif, ada kemungkinan hal-hal yang pernah "menyakitkan" atau "menyakiti" akan tertutupi oleh kesibukan aktivitas lain.
Lebih Rajin Beribadah
Satu hal lagi yang perlu dilakukan agar kita cepat melupakan hal-hal yang "menyakitkan", perlu lebih rajin beribadah. Dengan aktivitas ibadah yang lebih baik, hal-hal buruk akan dapat dihalau.
Bergaul dengan ahli ibadah akan membuat hati lebih tenteram. Pembicaraan positif akan lebih banyak terjadi pada saat bergaul dengan orang lain yang juga rajin beribadah.
Demikian sedikit opini terkait upaya memaafkan dan melupakan. Semoga bermanfaat. Selamat menikmati hari yang indah dengan tidak mengingat-ingat hal-hal yang akan membuat hati terluka atau bersedih.
Penajam Paser utara, 11 Agustus 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H