Teman-teman para atlet yang berhasil direkrut akan dapat dijadikan "cadangan" untuk rekrutmen berikutnya sehingga terjadi estafet pemain. Apalagi dari pihak yang bertangung jawab terhadap kelompok seni tersebut sanggup memberikan gaji yang sepadan dengan gaji pegawai atau karyawan di tempat lain, tentu ajakan untuk bergabung akan disambut dengan baik. Toh, tugas mereka sesuai dengan keahlian yang mereka miliki.
Jika pihak yang bertanggung jawab terhadap kelompok seni tidak ada anggaran yang cukup, bisa saja mengambil pelatih bela diri. Kemudian pemain ketoprak atau wayang orang yang ada dilatih secara intensif agar dapat tampil "berkelahi" yang enak ditonton dan tentu saja menghibur.
Berkelahi dalam bentuk seni perlu dilakukan secara profesional. Meskipun bukan atlet bela diri, para pemain ketoprak atau wayang orang dapat diberi bekal pengetahuan dasar tentang bela diri dan gerakan-gerakan yang enak ditonton serta tidak membahayakan lawan main dan diri sendiri.
Satu lagi saran untuk penanggung jawab pertunjukan wayang orang, sebaiknya aksesori para pemain dibuat dari bahan yang tidak mudah jatuh atau terlepas dari anggota badan. Bahan imitasi dari plastik yang lentur dan kuat menempel pada tubuh perlu diadakan atau diproduksi agar para pemain, khususnya pemain yang harus berkelahi dapat leluasa bergerak. Saat berperang aksesori tidak mudah terlepas atau terlempar jatuh.
Dengan aksesori yang nyaman menempel pada badan/tubuh, para pemain wayang orang bebas bergerak dan tidak khawatir aksesorinya terlepas.
Demikian sedikit ulasan terkait olahraga bela diri dalam pertunjukan ketoprak dan wayang orang. Dua kesenian tradisional Jawa tersebut perlu dilestarikan dengan sentuhan teknologi dan rekrutmen pemain dari kalangan muda.***
Penajam Paser Utara, 4 Juli 2024
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H