Mohon tunggu...
Suprihadi SPd
Suprihadi SPd Mohon Tunggu... Penulis - Selalu ingin belajar banyak hal untuk dapat dijadikan tulisan yang bermanfaat.

Pendidikan SD hingga SMA di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Kuliah D3 IKIP Negeri Yogyakarta (sekarang UNY) dilanjutkan ke Universitas Terbuka (S1). Bekerja sebagai guru SMA (1987-2004), Kepsek (2004-2017), Pengawas Sekolah jenjang SMP (2017- 2024), dan pensiun PNS sejak 1 Februari 2024.

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Ada "Taman Safari" pada Jalur Jalan Menuju Ibu Kota Nusantara

11 April 2024   17:55 Diperbarui: 12 April 2024   12:22 785
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beruk yang menunggu makanan (dokpri)

Ada "Taman Safari" pada Jalur Jalan Menuju IKN Nusantara

Sejak sebelum dibangun Kawasan IKN Nusantara di wilayah Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, kami sering mendapati binatang-binatang liar sejenis monyet atau kera di kilometer tiga dari Samboja (kilometer 38 Samboja).

Waktu itu monyet yang ternyata jenis beruk itu masih sedikit dan berukuran kecil. Saat itu kami cukup senang menyaksikan binatang liar yang melintas atau duduk-duduk di pinggir jalan.

Saat ini, binatang beruk itu banyak berkeliaran di pinggir jalan poros menuju Kawasan Ibukota Nusantara. Bahkan ada yang nekat ke tengah jalan demi mendapatkan makanan dari pengendara yang melintas. Ukutan badan beruk terlihat banyak yang sudah cukup besar.

Rencana Ke Titik Nol Nusantara

Pada hari Rabu (11/4/2024) kami berenam berencana menuju Kawasan Titik Nol Nusantara di daerah Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. Kawasan yang menjadi ikon ibukota baru itu jadi daya tarik masyarakat.

Para bupati, gubernur, menteri, hingga presiden sudah pernah, bahkan beberapa kali berkunjung ke kawasan Titik Nol Nusantara. Anak pertama kami, Yunus yang datang jauh-jauh dari Provinsi Lampung, ingin sekali melihat dari dekat Kawasan Titik Nol Nusantara juga.

Kami berangkat agak pagi agar tiba di lokasi yang dituju tidak terkena sengatan matahari pada tengah hari. Perjalanan cukup lancar. Jalanan tidak macet. Pengguna jalan tidak terlalu banyak. Lalu lintas ramai lancar.

Kami tidak menjumpai kendaraan berat yang biasa lalu lalang di dekat kawasan IKN. Hari kedua lebaran, para pekerja proyek masih libur. Suasana cukup sepi.

Saya sedikit agak heran, mengapa tidak banyak mobil yang lalu lalang di kawasan dekat IKN Nusantara. Padahal, hari libur lebaran seharusnya dapat digunakan untuk berwisata ke Titik Nol Nusantara. 

Ternyata ada sebab musababnya. Rupanya Kawasan itu ditutup sejak tanggal 1 Maret 2024. Ada spanduk atau pengumuman yang tertempel di dekat salah satu pintu masuk ke KIPP (Kawasan Inti Pemerintahan).

Area Titik Nol Ditutup (dokpri)
Area Titik Nol Ditutup (dokpri)

Tentu saja kami merasa kecewa atas penutupan area Titik Nol tersebut. Kemudian, ada informasi lain yang mengarahkan pengunjung untuk singgah di Rest Area dan Rumah Teknologi Nusantara.

saya pun meminta kepada anak pertama yang bertindaka ebagai driver untuk menuju ke dua kawasan yang berdekatan tersebut. Lagi-lagi, kami dibuat kecewa.

Rumah teknologi Nusantara sepi (dokpri)
Rumah teknologi Nusantara sepi (dokpri)
Pada saat kami menuju Rumah Teknologi Nusantara, kondisi kosong melompong. Tidak ada aktivitas petugas di sana. padahal, ada beberapa pengunjung yang memarkir kendaraan di sekitar rumah yang sebelumnya digunakan sebagai rumah dinas bupati penajam Paser Utara.

Selanjutnya kami beralih ke Rest Area Nusantara yang berada tidak jauh dari Rumah Teknologi Nusantara. Untuk ketiga kali, kami dibuat kecewa lagi.

Rest Area masih sepi (dokpri)
Rest Area masih sepi (dokpri)

Mungkin karena masih suasana lebaran, kawasan Rest Area belum buka. Tidak ada pedagang yang berjualan. Padahal, kami berencana mau membeli suvenir.

Suka tidak suka, kami harus meninggalkan kawasan KIPP dengan rasa kecewa. Namun demikian, kami sudah mempunyai agenda lanjutan, yaitu jalan-jalan menuju Kota Balikpapan. Yunus, anak pertama kami tersebut sudah memesan penginapan di kawasan yang cukup ramai.

Ada "Taman Safari" dekat Samboja

Mobil sewa yang dikemudikan Yunus melaju dengan nyaman. kami melewati beberapa sekolah yang sering saya kunjungi saat masih aktif sebagai Pengawas sekolah (sebelum tanggal 1 Februari 2024). Ada SMP 2 PPU yang berada di pinggir jalan. Ada SMP 6 PPU yang berada di ujung Kabupaten Penajam Paser Utara.

Selepas itu, kami memasuki Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara. Ada kawasan hutan yang dihuni oleh binatang liar yang kami lewati. Hutan itu dilintasi oleh jalan poros menuju Balikpapan dan Kota Samarinda.

Sekitar tiga kilometer menuju KM 38 samboja, kami mendapati sekawanan binatang seperti monyet atau kera yang cukup banyak. Binatang-binatang itu ada yang bergerombol di sebelah kiri jalan poros. Mobil yang dikemudikan Yunus berhenti di pinggir jalan.

Kawanan Beruk di kiri jalan (dokpri)
Kawanan Beruk di kiri jalan (dokpri)
Cukup banyak hewan yang umumnya disebut monyet itu. Ada yang bergelantungan di pohon. Ada yang duduk-duduk di pinggir jalan. Dua cucu kami yang sedang beristirahat dibangunkan. Keduanya agak kaget saat diberi tahu banyak "monyet" di luar.

Para beruk di tengah jalan (dokpri)
Para beruk di tengah jalan (dokpri)
Saya sempat kaget karena begitu banyak "monyet" yang berada di tengah jalan aspal. Dengan santai para "monyet" itu duduk menunggu makanan yang diberikan oleh para pengguna jalan.

Ada beberapa mobil yang juga berhenti di depan kami pada sisi kiri dan kanan jalan. Bahkan, kami sempat melihat ada "monyet" yang naik ke atas atap salah satu mobil yang berhenti di sebelah kanan jalan.

Ada beruk naik ke atas atap mobil (dokpri)
Ada beruk naik ke atas atap mobil (dokpri)

Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Timur melarang adanya aktivitas masyarakat yang memberikan makanan kepada satwa liar itu.

Larangan itu rupanya banyak dilanggar karena ketidaktahuan atau karena merasa kasiha dengan para beruk yang masih kecil-kecil. Kami melihat ada anak beruk yang masih dalam gendongan induknya.

Saya juga tidak tahu kalua ada larangan memberikan makan kepada para beruk di pinggir jalam poros tersebut. Saya mengetahui setelah membaca informasi dari internet.

Saat menyaksikan para beruk yang mondar-mandir di tengah jalan dan berlari-lari untuk mendapatkan makanan, saya tergoda untuk merekam aktivitas mereka.


Saya merasakan seperti berada di Taman Safari. Kami di dalam mobil cukup terhibur dengan mnyaksikan polah tingkah para beruk yang lucu, menggemaskan, dan kadang menakutkan karena ada yang berani memanjat ke atas mobil.

Salah satu "monyet" ada yang melompat dan nangkring di dekat kaca spion sebelah kanan mobil yang kami tumpangi. Dua cucu kami menjerit ketakutan. Ibunya memberitahukan, tidak perlu takut karena mobil dalam keadaan tertutup rapat pintu dan jendelanya.

Beberapa saat kami menyaksikan hewan-hewan yang cukup agresif itu. Hiburan gratis dalam perjalanan sedikit mengobati rasa kecewa tidak dapat masuk kawasan Titik Nol Nusantara, Kawasan Rest Area, dan Rumah Teknologi Nusantara.

Penajam Paser Utara, 11 April 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun