Sambil menunggu kedatangan Nisa, istri tercinta dan adik Tarti menyantap roti yang dibeli di dalam stasiun. Ada minuman teh es yang dibeli juga. Saya ditawari kurang berselera.
Beli Minuman Teh Panas Hanya Empat Ribu Rupiah
Saya melihat ada sebuah warung kecil semacam angkringan di pinggir jalan. Segera saya menuju warung angkringan itu. Saya lihat-lihat camilan yang dijual di sana. Kurang tertarik. Saya hanya memesan satu gelas minuman teh panas.
Sengaja saya duduk-duduk di warung angkringan itu untuk menepis rasa galau menunggu Nisa yang katanya hanya sekitar dua puluh menit perjalanan.
Minuman yang saya pesan pun segera saya dapatkan. Benar-benar panas minuman itu. Saya tidak protes. Sedikit demi sedikit saya teguk minuman yang akan menambah rasa segar di badan itu.
Harga minuman teh hangat di warung angkringan dekat stasiun Madiun itu Rp 4.000 (empat ribu rupiah). Jika dibandingkan dengan teh es yang dibeli istri di dalam stasiun, dua kali lipat, yaitu Rp 8.000 (delapan ribu rupiah).
Setelah menghabiskan minuman teh panas itu, saya sgera kembali ke tempat adik Tarti dan istri duduk-duduk di sebuah bangku kecil dekat sepeda motor banyak diparkir di pinggir jalan.
"Ayo kita jalan kaki saja!"
Demikian saya berujar. Daripada menunggu tidak pasti, lebih baik sambil jalan kaki. Adik Tarti setuju setelah mencari informasi kepada seorang tukang parkir yang sedang bekerja.
Menuju Lokasi Objek Wisata
Kami bertiga segera berjalan kaki beriringan. Pada sebuah pertigaan jalan, istri tercinta bertanya kepada seseorang yang sedang duduk-duduk di luar rumah.