Mohon tunggu...
Suprihadi SPd
Suprihadi SPd Mohon Tunggu... Penulis - Selalu ingin belajar banyak hal untuk dapat dijadikan tulisan yang bermanfaat.

Pendidikan SD hingga SMA di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Kuliah D3 IKIP Negeri Yogyakarta (sekarang UNY) dilanjutkan ke Universitas Terbuka (S1). Bekerja sebagai guru SMA (1987-2004), Kepsek (2004-2017), Pengawas Sekolah jenjang SMP (2017- 2024), dan pensiun PNS sejak 1 Februari 2024.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Menyaksikan Replika Bangunan Internasional di Kota Madiun

19 Februari 2024   20:53 Diperbarui: 19 Februari 2024   20:58 850
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sambil menunggu kedatangan Nisa, istri tercinta dan adik Tarti menyantap roti yang dibeli di dalam stasiun. Ada minuman teh es yang dibeli juga. Saya ditawari kurang berselera.

Beli Minuman Teh Panas Hanya Empat Ribu Rupiah

Saya melihat ada sebuah warung kecil semacam angkringan di pinggir jalan. Segera saya menuju warung angkringan itu. Saya lihat-lihat camilan yang dijual di sana. Kurang tertarik. Saya hanya memesan satu gelas minuman teh panas.

satu gelas teh panas Rp 4.000 (dokpri)
satu gelas teh panas Rp 4.000 (dokpri)
Sengaja saya duduk-duduk di warung angkringan itu untuk menepis rasa galau menunggu Nisa yang katanya hanya sekitar dua puluh menit perjalanan.

Minuman yang saya pesan pun segera saya dapatkan. Benar-benar panas minuman itu. Saya tidak protes. Sedikit demi sedikit saya teguk minuman yang akan menambah rasa segar di badan itu.

Harga minuman teh hangat di warung angkringan dekat stasiun Madiun itu Rp 4.000 (empat ribu rupiah). Jika dibandingkan dengan teh es yang dibeli istri di dalam stasiun, dua kali lipat, yaitu Rp 8.000 (delapan ribu rupiah).

Setelah menghabiskan minuman teh panas itu, saya sgera kembali ke tempat adik Tarti dan istri duduk-duduk di sebuah bangku kecil dekat sepeda motor banyak diparkir di pinggir jalan.

"Ayo kita jalan kaki saja!"

Demikian saya berujar. Daripada menunggu tidak pasti, lebih baik sambil jalan kaki. Adik Tarti setuju setelah mencari informasi kepada seorang tukang parkir yang sedang bekerja.

Menuju Lokasi Objek Wisata

Kami bertiga segera berjalan kaki beriringan. Pada sebuah pertigaan jalan, istri tercinta bertanya kepada seseorang yang sedang duduk-duduk di luar rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun