Barang bawaan kami turunkan sendiri. Selanjutnya, kami berdua berjalan menuju tempat wrapping di bagian agak jauh dari ruang check in. Untuk menjaga keamanan barang bawaan, tas perlu dililit dengan plastik tipis berulang-ulang. Selain untuk keamanan isi tas, wrapping berguna untuk melindungi keamanan fisik tas itu sendiri dari kerusakan akibat gesekan dengan tas lain.
Saya tidak tergesa-gesa karena istri tercinta izin pergi ke toilet. Dengan demikian, saya dapat begitu santai menunggu satu tas ukuran agak besar itu dililit-lilit dengan plastik tipis menggunakan mesin.
Setelah proses wrapping selesai, saya segera meminjam spidol kepada petugas. Saya perlu menuliskan identitas di luar atau di atas lapisan lilitan paling luar. Identitas yang saya tuliskan adalah nama anak kami yang paling pendek namanya, yaitu anak ragil kami, Adib.
Pembayaran biaya wrapping dilakukan secara nontunai. Saya agak kaget karena pada penerbangan sebelumnya, biaya wrapping dilakukan secara tunai.
Berikutnya, saya mencetak tiket boarding. Proses pencetakan cukup lancar. Setelah dua lembar kertas putih berisi identitas penerbangan kami tercetak, segera saya antre untuk memasukkan barang bagasi.
Ada tempat antrean khusus untuk mencatatkan barang bagasi. Saya harus sabar menunggu tiga antrean di depan. Setelah tiba giliran, saya pun ditanya-tanya perihal isi bagasi dan kondisi kesehatan kami.
Sesudah selesai dicatat bagasi kami, ada satu tahapan yang agak menjengkelkan. Kami harus antre lagi untuk memasukkan barang bagasi ke antrean pemeriksaan barang bagasi. Tahapan ini agak menjengkelkan karena antrean cukup panjang.Â
Usai memasukkan barang bagasi ke tempat pemeriksaan, OOG, kami segera masuk ke sebuah warung makan dekat tempat antre masuk ke ruang pemeriksaan tiket boarding.