Kami langsung berjalan menuju ruang rawat inap. Petugas pada bagian resepsionis tidak tampak. Bu Fitrawati membawa bingkisan atau hadiah untuk diberikan kepada pasien (dan yang menjaga pasien).
Kami menuju ruang Teratai 5, tempat Pak Sugeng Mardisantoso dirawat. Kami sangat tidak sabar untuk mengetahui kondisi kesehatan salah satu ketua RT di lingkungan Perumahan Korpri, km 9 itu.
Saat pintu ruang terbuka atau dibuka, saya melihat Pak Sugeng Mardisantoso sedang tertidur dengan nyenyak. Ada sebuah selang infus kami lihat.
Pada lantai di atas tikar (ambal), istri tercinta Pak Sugeng Mardisantoso sedang duduk bersama seorang anak laki-lakinya. Begitu kami masuk, anak laki-lakinya itu segera berdiri dan menyalami kami satu per satu.
Setelah kami duduk dan berbincang sebentar, tampak Pak Sugeng Mardisantoso membuak kedua matanya. Dengan perlahan, ia bangkit dan mulai duduk.
Saya segera menyerahkan sebuah buku dan minta dipotret (dasar memang Pak Pri ini, ya. Orang sedang sakit dijadikan objek berfoto). Pada saat acara Pelepasan Purnatugas Pengawas Sekolah di SMP 1 PPU (30/1/2024), Pak Sugeng Mardisantoso memang belum menerima buku kenang-kenangan meskipun waktu itu hadir.
Catatan: maaf foto saat memberikan buku tidak ditampilkan di sini, ya!
Baru beberapa menit kami berbincang, datang sepasang suami istri, Pak M. Hanafi dan Bu Rosnah. Suasana ruang tempat Pak  Sugeng Mardisantoso dirawat menjadi riuh. Dialog antara Pak Mokhamad Syafii, Bu Rosnah, dan Pak M. Hanafi yang sama-sama berlatar belakang IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) cukup seru.
Mereka membahas penyakit yang diderita Pak  Sugeng Mardisantoso, yaitu gangguan pada jantung. Kebocoran jantung yang dibahas dikaitkan dengan ilmu pengetahuan yang mereka miliki.
Diskusi cukup seru, tidak ingat kalau mereka berada di rumah sakit. Saya lebih banyak diam karena ingin menjaga suasana ruang tidak bertambah berisik.
Untung di kamar perawatan itu hanya ada satu pasien, yaitu Pak  Sugeng Mardisantoso. Ranjang di sebelahnya kosong. Saya lebih banyak mendengarkan diskusi mereka.