Saya langsung mengatakan mau beli tiga kilogram. Sang penjual menyodorkan satu kantong plastik putih yang masih kosong. Itu tanda saya diminta untuk memilih sendiri. Saya tidak mau memilih sendiri.
"Tolong dipilihkan, Mas!"
Sang penjual pun dengan cekatan memilihkan buah yang menurutnya masih bagus (tidak busuk). Saya mengamati sang penjual cukup jeli dalam memilih.
Selanjutnya, saya kembali ke mobil. Pak Imam Mudin yang saya tawari untuk mengambil buah manggis itu tidak mau. Ia beralasan di rumah sudah ada, dibelikan sang istri tercinta.
Tidak jauh dari tempat penjual manggis, kami melihat ada penjual buah musiman yang lain. Ada spanduk kecil yang menunjukkan jenis buah yang dijual dan harga per kilogramnya.
pak Imam Mudin mengajak saya untuk menuju tempat penjual buah yang menggunakan pikap pula. Posisi tempat berjualan di sisi berseberangan dengan tempat mobil Pak Imam Mudin diparkir.
Lagi-lagi Pak Imam Mudin membayarkan satu kresek (satu kantong plastik) berisi buah langsat Tanjung tersebut. Tanjung adalah nama sebuah kota di Kalimantan Selatan.
Terima kasih Pak Imam Mudin yang sudah menraktir makan Soto DPR dan membelikan satu kantong palstik buah langsat yang cukup manis. Semoga rezeki Pak Imam Mudin sekeluarga diperlancar.
Penajam Paser Utara, 8 Februari 2024
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H