Setelah melayani pembeli bermobil itu, tibalah giliran saya. Namun, ada seseorang yang "menyerobot" antrean. Ia muncul dari depan sang penjual burjo. Pada saat saya antre di belakang mobil, sang penjual belum melihat kehadiran saya yang memarkir kendaraan di belakang mobil putih itu.
Sang penjual melayani lebih dahulu pembeli yang muncul dari depan dagangannya. Untung hanya satu porsi yang dibeli. Jika lima atau sepuluh porsi yang dibeli, tentu saya akan protes.
Setelah mendapat giliran untuk dilayani, saya segera mendekat. Dua bungkus atau dua porsi yang saya pesan. Cukup cekatan sang penjual memasukkan bubur kacang hijau, bubur ketan hitam, dan santan ke dalam kantong plastik berwarna putih. Seperti pekan sebelumnya, harga burjo masih tetap sama. Satu porsi atau satu bungkus seharga delapan ribu rupiah.
Perjalanan pulang pun saya jalani. Saya tidak langsung ke rumah.  Sepeda motor saya arahkan menuju swalayan Fina Mart. Ada beberapa keperluan yang  harus segera saya beli, di antaranya tisu makan dan sabun cuci pakaian. Berhubung saya hanya seorang diri ke swalayan itu, proses belanja cukup cepat.Â
Kembali tiba di rumah, saya segera membuka satu bungkus burjo. Rasa lapar tiba-tiba muncul. Padahal, saya sudah sarapan nasi sekitar pukul setengah enam (05.30 Wita). Harap maklum, aktivitas setelah sarapan memerlukan energi yang tidak sedikit (mengetik, mencuci pakaian, membeli air minum isi ulang, mengantarkan istri ke pasar, belanja ke swalayan).
Satu mangkok burjo dapat saya tuntaskan dalam waktu sesingkat-singkatnya. Rasa gurih santan benar-benar menggoyang lidah. Kacang hijau, ketan hitam, dan kacang merah empuk sempurna. Dengan begitu, tidak perlu waktu lama untuk mengunyahnya.
Aktivitas pada hari Ahad (19/11/23) tepat 74 hari jelang purnatugas benar-benar menyenangkan. Pada siang hingga sore hari tidak banyak variasi aktivitas. Kegiatan membaca artikel Kompasiana, mengetik, dan istirahat siang berjalan natural.
Pada sore jelang senja barulah saya menyetrika pakaian yang saya cuci pada pagi hari Ahad itu. Pakaian belum benar-benar kering karena  mendung pada pagi hingga siang hari. Saya perlu "menggosok" berulang-ulang agar pakaian yang belum kering sempurna dapat benar-benar kering dan halus, tentunya.
Pada malam hari pukul 20.00 Wita saya mencuci pakaian lagi yang tidak begitu banyak. Dalam tempo kurang dari setengah jam, saya sudah selesai menjemur semua pakaian yang selesai dicuci itu pada tali gantungan di teras.
Aktivitas mengetik dan membaca-baca pun saya lakukan lagi di depan laptop. Hari Ahad begitu ceria. Saya cukup bahagia pada hari libur kerja tersebut. Rencana untuk aktivitas hari-hari selanjutnya sudah di depan mata. Satu keinginan yang belum terlaksana pada hari Ahad itu adalah pergi ke tukang pangkas rambut. Semoga pada hari berikutnya, saya tidak lupa untuk pergi ke tempat tukang pangkas rambut.Â