Sinar mentari yang begitu kuat memancar, membuat kami enggan berlama-lama di depan papan nama pelabuhan tersebut. Kami segera menuju tempat yang teduh. Kami duduk-duduk di bangku panjang. Kata Pak Aris, mobil yang akan membawa kami ke lokasi SMP Dharma Husada masih dalam perjalanan.
Saya senang-senang saja mendapatkan informasi seperti itu karena dapat melepas lelah setelah sedikit terguncang di atas speedboat. Tangan saya tidak mau berhenti untuk memainkan kamera ponsel. Saya berusaha mengambil gambar dari sudut yang tepat. Semua harus masuk dalam jepretan.
Wajah saya yang berkeringat tampak kurang menarik. Untuk melepas jaket, saya masih enggan. Padahal keringat cukup banyak mengucur. Saya percaya dengan kemampuan angin untuk mengeringkan keringat.
Mobil tidak dapat mendekat ke tempat kami duduk. Untuk itu, kami harus mendatangi mobil yang parkir hanya beberapa meter dari tempat kami duduk. Jalan memang sempit tetapi sudah dikeraskan, dicor semen.
Pada sisi kiri dan kanan jalan yang kami lewati terlihat beberapa orang sedang duduk-duduk. Ada sebuah sepeda motor terparkir di tepi jalan. Saya menduga, sebagian dari mereka adalah pengojek. Para tamu atau pengunjung ke Jenebora adakalanya tidak dijemput. Untuk itu mereka dapat memanfaatkan jasa pengojek.Â
Mobil jemputan harus berjalan mundur beberapa meter untuk mencari posisi berbalik arah. Jalan yang sempit tidak dapat digunakan untuk memutar.
Jalan yang kami lewati menuju SMP Dharma Husada sudah lebih bagus dibandingkan beberapa tahun silam. Saya merasakan suasana lebih baik. Namun, kondisi agak sepi. Tidak banyak orang yang lalu lalang. Ada informasi, perusahaan plywood atau kayu lapis di Dongwha akan tutup. Â
Disambut Kepsek dengan Ceria
Tiba di lokasi SMP Dharma Husada, Pak Pramana dan beberapa guru serta staf menyambut kami dengan wajah ceria. Jabat tangan pun terjadi dengan penuh suka cita. Kami langsung diajak masuk ke ruang kerja kepsek yang berpendingin (ber-AC). Namun, Pak Pramana menginformasikan bahwa lampu ruang itu sedang ada gangguan. Untung ada sinar dari luar yang masuk sehingga ruang tidak gelap.
Bu Bahriah selaku pengawas pembina baru SMP Dharma Husada yang lebih banyak berinteraksi dengan Pak Pramana. Saya dan Bu Fitrawati lebih banyak menjadi pendengar. Hanya sesekali kami menimbrung pembicaraan.