Pengalaman seperti itu pernah terjadi beberapa kali. Mengingat lokasi acara resepsi di tengah jalan, para tamu dapat masuk lewat  arah dari mana saja. Maksudnya, dari arah depan atau belakang panggung/tenda. Jika lokasi acara di dekat perempatan jalan, para tamu dapat datang lewat empat arah!
Pada saat dipersilakan untuk mengambil makanan, terlhat Hj. Sri Kaamriah sibuk memotret kami. Saya jadi salah tingkah. Biasanya saya yang tukang jepret. Makanan yang saya pilih adalah rawon. Memang, dalam acara resepsi, kita sering dibuat bingung oleh banyaknya pilihan makanan.
Saya lihat ada soto ayam, coto makasar, rawon, dan makanan prasmanan. Berhubung ingin makanan berkuah, saya pilih rawon. Pada saat saya akan emngambil nasi, Hj. Sri Kamariah menjepret lagi dengan tawa yang renyah.
"Pak Kompasiana!" Begitu suara yang saya dengar. Â Â
Saya hanya dapat tersenyum. Tidak dapat berkata-kata di tengah banyaknya tamu udangan yang memenuhi area di bawah tenda. Warna putih sangat dominan dalam tenda.
Saya selalu berusaha menjepret atau mengambil gambar dengan latar yang bervariasi. Demi hasil yang akurat, saya sering berganti posisi atau arah pengambilan gambar. Momen langka memang perlu diabadikan.
Ayah atau orang tua laki-laki pengantin wanita mengenakan kemeja koko putih dan kopiah hitam. Beberapa tamu didatangi tempat duduknya untuk diajak mengobrol. Saat Pak Didin mendatangi tamu di depan tempat duduk saya, kesempatan untuk menjepret tidak saya sia-siakan.
Saya cukup menikmati nasi rawon yang masih hangat. Potongan daging cukup banyak. Saya harus berhenti beberapa saat mengunyah potongan dagung yang cukup empuk itu. Mangkok yang digunakan ternyata cukup cekung, cukup dalam. Perlu waktu agak lama untuk menghabiskan isi mangkok.