Ganti Ban Luar dan Dalam demi Kenyamanan
Hari Ahad tanggal empat. Cuaca hangat. Sinar surya sudah memancar dengan kuat. Saya mengantarkan istri tercinta ke pasar induk Penajam. Tugas saya hanya mengantarkan ke pasar. Urusan pulang dari pasar ke rumah, bang ojek yang berperan. Durasi nyonya tercinta di pasar tidak tentu. Terkadang cepat dan lebih sering agak lama.
Seperti biasa, usai menurunkan istri di dekat pintu masuk/keluar pasar, saya segera putar arah menuju jalan raya lagi. Namun, seperti hari pasar sebelumnya, saya singgah membeli burjo langganan.
Hanya satu porsi burjo yang saya beli. Di belakang saya, ada antrean. Pak Suyono dan istri ikut membeli burjo. Â Kami sempat mengobrol sebentar. Selanjutnya, sepeda motor saya lajukan menuju rumah. Sebelum pulang, saya singgah lagi untuk membeli BBM di SPBU Penajam.
Dua liter pertalite dengan harga dua puluh ribu rupiah. Selanjutnya, sepeda motor segera saya lajukan menuju rumah. Sepeda motor saya parkir di depan pintu dapur. Jaket, gawai, dan kacamata saya letakkan di atas meja. Satu bungkus burjo demikian pula. Kemudian, saya ambil galon air minum yang sudah kosong. Mumpung sepeda motor masih di luar pagar, saya perlu segera menggunakannya untuk membeli air minum isi ulang.
Saat saya kembali dari depo tempat penjualan air minum isi ulang, ban sepeda motor bagian depan saya periksa. Angin semakin berkurang. Pada hari Jumat (2/6/23) saya mengisi angin di dekat bengkel resmi sepeda motor kesayangan itu. Waktu itu saya periksa, ban depan sudah cukup keras (karena sudah dipompa/ditambah angin). Selang dua hari, saya periksa angin sudah berkurang. Saya menduga ada kebocoran. Ban dalam tentu ada yang berlubang kecil.
Saya amati ban luar sudah mulai tipis. Dugaan saya, ada benda tajam yang telah melukai ban luar sehingga tembus ke ban dalam. Untuk itu, saya mengambil keputusan untuk mengganti ban luar sekaligus ban dalamnya. Namun, sebelum berangkat ke bengkel, saya perlu menikmati burjo yang sudah berada di atas meja.
Mangkok yang saya gunakan untuk menuangkan burjo berukuran agak besar. Dengan demikian, burjo hanya tampak sedikit. Dengan lahap saya santap burjo ketan hitam, dan kacang merah itu.Â
Setelah mengecek isi dompet, segera saya melaju menuju bengkel di dekat Kantor Pos Penajam. Pagi hari Ahad itu cukup banyak konsumen. Namun, secara kebetulan, ada mekanik (anak bengkel) yang segera menangani sepeda motor saya. Jika terlambat sedikit, saya harus antre. Mengapa? Setelah sepeda motor saya ditangani ada dua konsumen yang datang dengan sepeda motornya.
Anak bengkel yang menangani sepeda motor saya cukup gesit. Begitu saya katakan untuk ganti ban luar sekaligus ban dalam, ia segera menuju gudang untuk mengambil dua barang yang saya maksudkan itu. Â Saya perhatikan anak bengkel itu cekatan dalam bekerja. Ia tidak banyak bertanya, langsung bekerja.
Hanya dalam hitungan menit, roda depan dilepas dengan mudah. Kemudian, ia melepas ban luar (lama) dengan teknik yang sudah sering dilakukan (mungkin). Terbukti, tidak ada kendala berarti saat proses melepaskan ban luar tersebut. Peralatan yang digunakan cukup sederhana.
Setelah ban lama dilepaskan. proses pemasangan ban baru pun dilakukan dengan cekatan. Tentu saja ban dalam ikut serta dipasang. Pompa pun digunakan untuk mengisi angin ban dalam baru tersebut.
Selanjutnya, proses pemasangan roda depan dilakukan dengan hati-hati. Anak bengkel itu tampak masih muda dan cukup terampil dalam bekerja. Mungkin karena hari masih pagi sehingga gerakan atau aksinya cukup cekatan. Energi masih banyak tersimpan.
Sepeda motor segera dituntun keluar setelah proses pemasangan roda depan selesai. Saya pun bergegas menuju ke tempat pembayaran. Saya bertanya berapa harga ban luar dan dalam sekaligus ongkos pemasangan.
"Sehat, Pak?"
Wanita pemilik bengkel menyapa dengan ramah sebelum menjawab pertanyaan saya. Wanita itu, dan suaminya pernah bersekolah di SMA 1 Penajam. Saat mereka bersekolah di sana, kebetulan saya masih menjadi guru bahasa Indonesia di sekolah itu.
"Dua ratus sembilan puluh ribu, Pak!"
Tiga lembar uang kertas merah segera saya sodorkan. Selanjutnya, uang kembalian satu lembar uang sepuluh ribu saya terima. Tidak ada percakapan lain. Saya segera berpamitan. Namun, saya perhatikan anak bengel yang menangani motor saya masih akan melakukan sesuatu.
"Saya tambah angin dulu ban belakang, Pak!"
Alhamdulillah. Tanpa saya minta, anak bengkel itu cukup pengertian. Saya pun menunggu beberapa saat untuk proses penambahan angin ban belakang itu.
"Terima kasih!"
Saya pun segera menaiki kembali sepeda motor dengan ban luar dan ban dalam bagian depan dalam kondisi baru. Semoga dengan penggantian itu, sepeda motor akan semakin nyaman dikendarai. Meskipun sepeda motor tua (dibeli tahun 2004), saya masih menyayanginya.
Penajam Paser Utara, 4 Juni 2023Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H