becak di Jalan Malioboro yang cukup terkenal seantero nusantara, bahkan dunia. Saya merasa terharu ada lukisan yang menggambarkan jalan Malioboro sangat mirip dengan kondisi aslinya.
Kedua, Becak Malioboro Yogyakarta. Ketika kuliah di Yogyakarta (1983-1986) saya sering menjumpaiKetiga, Angkringan Es Poeter. Ada pernak-pernik tempat untuk berjualan es poeter yang antik. Angkringan untuk tempat es poeter benar-benar mengingatkan zaman kami masih kanak-kanak. Pak Suparjo Rustam bersimulasi sebagai penjual es. Pak M. Hanafi sebagai pembeli. Kemudian, Pak Machmud duduk di kursi agak jauh.
Keempat, Gerobak Penjual Rokok. Spot menarik berikutnya adalah gerobak untuk berjualan rokok. Hal yang unik, merek rokok yang terdapat dalam gerobak tersebut adalah merek-merek rokok zaman dahulu. Pak Suparjo Rustam kembali bersimulasi sebagai penjual rokok. Kemudian, saya berpura-puar sebagai calon pembeli rokok.
Rupanya  Pak Machmud ingin juga bersimulasi sebagai penjual rokok. Kemudian, Pak Suparjo Rustam berganti peran sebagai pembeli. Demikian pula, Pak M. Hanafi berpura-pura sebagai pembeli rokok. Tugas saya, Suprihadi sebagai tukang foto.
Kami tertawa-tawa saat memperagakan adegan sebagai penjual dan pembeli rokok. Dalam kehidupan sehari-hari selama ini kami sama sekali bukan perokok.
Kelima, Tukang Becak. Pak M. Hanafi bersimulasi sebagai penarik becak atau tukang becak sedangkan Pak Machmud berperan sebagai penumpang. Untung, becak yang dijadikan simulasi cukup kuat sehingga posisi becak tidak bergeser. Rupanya, ada tiang penyangga bagian tempat duduk penumpang. Dengan begitu, posisi becak akan stabil pada tempatnya.
Keenam, Gerobak Sate. Pak Suparjo Rustam bersimulasi sebagai penjual sate. Pernak-pernik sate disiapkan oleh pengelola museum. Kemudian, Pak M. Hanafi bersimulasi sebagai pembeli sate. Gerobak sate tampak kuno dan sangat artistik.
Spot-spot yang sangat unik banyak kami temukan lagi di dalam Musium Angkut. Lokasi stasiun diminiaturkan sangat apik. Model tulisan dan warna cat pada zaman dulu ditampilkan lagi dengan cukup menarik. Â Saya, Suprihadi dan Pak Machmud sempat berpose di depan miniatur Stasiun Jakarta Kota. Saya sudah lupa, tahun berapa pernah berada di stasiun itu. Dengan berfoto di situ, saya benar-benar dapat bernostalgia.
Kendaraan kuno berupa mobil kami temukan (lagi) pada ruang berikutnya. Kami berlima sempat berpose dengan sebuah mobil yang cukup unik. Memang kami tidak begitu memperhatikan tahun keluaran mobil tersebut. Kami hanya ingin segera membuat kenang-kenangan dengan berfoto memakai latar kendaraan angkut sebanyak mungkin.