Anak Tidak Mudik, Ortu Kunjungi Saudara Kandung
Ada rasa sedih ketika anak-anak kami tidak mudik pada tahun 2019. Waktu itu masa libur sekolah dan cuti bersama. Tiga anak kami berada di luar Kalimantan Timur. Kami selaku orang tua, hanya berdua di rumah Penajam, Kalimantan Timur.
Mengetahui anak-anak tidak mudik, saya mengajak istri tercinta keluar daerah. Daripada suasana libur hanya di rumah saja, saya memutuskan untuk mengunjungi kakak kandung yang tinggal di Sulawesi Selatan. Ongkos naik pesawat dari Balikpapan ke Makassar lebih murah dibandingkan ongkos ke Yogyakarta.
Kebetulan kakak kandung saya, Mas Sawiyo belum lama ditinggal pergi istrinya. Istri Mas Sawiyo meninggal karena sakit.
Di Makassar, Mas Sawiyo tinggal bersama dua anak perempuan, satu menantu dan satu cucu. Dua anak yang lain tinggal di Madiun, Jawa Timur.
Â
Tiket pesawat pun segera kami beli. Tidak sulit untuk mendapatkan tiket meskipun waktu sudah mepet. Jalur Balikpapan-Makassar termasuk jalur sibuk. Pasti ada saja pesawat yang terbang ke sana. Waktu terbang dapat dipilih sesuai keinginan.Kesibukan mempersiapkan keberangkatan dan membenahi sesuatu yang ditinggalkan dapat sedikit melupakan kesedihan karena tidak dapat berjumpa dengan ke-3 anak-anak kami.Â
Istri tercinta tampak sumringah di atas pesawat. Kami akan berjumpa dengan saudara yang sudah cukup lama tidak temu darat. Selama ini kami hanya bertegur sapa dan berkelakar melalui WAG Keluarga Sastro.
Saya sudah membayangkan bagaimana suasana pertemuan dengan Mas Sawiyo yang kondisi tubuhnya kian tambun setelah pensiun dari TNI AU.
Mas Sawiyo dan keluarga menjemput kami di bandara Sultan Hasanuddin, Makassar. Suasana bandara sangat sibuk. Maklumlah hari libur sekolah.
Saya selalu berusaha mengabadikan peristiwa yang langka. Dua anak perempuan dan satu cucu yang digendong sempat saya abadikan saat kami di bandara. Foto itu tentu akan menjadi kenangan tidak terlupakan. Keluarga besar Sastro Martoyo pun akan ikut senang jika melihat foto itu saya bagikan di WAG Keluarga Sastro.
Perjalanan dari bandara Sultan Hasanuddin ke rumah tinggal Mas Sawiyo tidak terlalu jauh. Sepanjang perjalanan kami mengobrol ringan untuk melepas kerinduan.
Akrab dengan Cucu Mas Sawiyo
Saya cepat akrab dengan cucu Mas Sawiyo. Dengan bermain bersama cucu Mas Sawiyo, saya teringat akan cucu sendiri yang tinggal di Provinsi Lampung. Berhubung tidak dapat berjumpa cucu sendiri, tidak apalah dapat berjumpa dengan cucu kakak kandung.
Bocah itu sangat lincah. Banyak gerak. Kami harus penuh pengawasan. Jika lengah sedikit, sang bocah bisa lari ke jalan perumahan yang agak ramai. Pengendara sepeda motor sering lewat di jalan depan rumah tinggal keluarga Mas Sawiyo.
Destinasi Wisata
Berkunjung ke Makassar tidak berkesan jika belum  ke Pantai Losari yang ikonik. Kendaraan roda empat yang kami gunakan menuju ke sana. Kami berjalan kaki beberapa langkah untuk dapat menikmati objek-objek yang menarik untuk latar berfoto.Â
Tulisan yang menggambarkan lokasi pantai sempat kami jepret sebagai kenang-kenangan. Tulisan yang panjang agak sedikit merepotkan saat pengambilan gambar. Kami harus mengambil posisi agak jauh agar semua tulisan dapat dijepret.
Untuk mengambil gambar benda unik pun saya harus mengatur posisi agar benda yang ikonik itu dapat menjadi latar yang menarik. Benda berupa miniatur becak saya jadikan latar untuk berfoto.
Ketika berfoto bertiga dengan latar tulisan yang panjang, posisi pemotret harus agak jauh. Dampaknya, wajah kami bertiga kurang terlihat jelas. Namun, tulisan pada latar tampak sempurna. Tidak terpotong.Â
Berkunjung ke Bantimurung
Setelah puas berada di Pantai Losari, kami pun beralih ke objek wisata lain. Ada kendaraan yang kami sewa sehingga kami tidak terlalu repot terkait transportasi.
Objek wisata terkenal di Sulawesi Selatan selain Pantai Losari adalah Bantimurung. Objek wisata alam tersebut cukup diminati pengunjung. Suhu udara yang sejuk membuat kami betah berada di lokasi wisata. Berhubung saat kami berada di sana hujan turun, kami perlu menyewa gazebo untuk berteduh sekaligus tempat makan bersama.
Tiket masuk ke objek wisata Bantimurung cukup terjangkau. Untuk satu orang, baik anak-anak maupun dewasa dikenakan biaya Rp 25.000 pada tahun 2019 itu. Untuk sewa gazebo dan fasilitas lain ada beberapa kriteria ukuran gazebo dan lokasi yang lebih luas.
Kami merasa cukup senang dalam suasana penuh kekeluargaan. Banyak spot untuk berfoto, baik berfoto sendiri, berdua, atau berfoto beramai-ramai.
Kami sempat berfoto berdua dengan latar LOVE yang cukup menarik sebagai kenang-kenangan. Belum tentu setahun atau dua tahun lagi dapat berkunjung lagi ke lokasi itu.
Lokasi air terjun cukup menyejukkan. Banyak orang bermain air dengan penuh tawa. Rata-rata mereka menyewa ban dalam mobil untuk pelampung. Posisi sungai yang agak terjal membuat air mengalir dengan lancar dari air terjun yang tidak begitu tinggi.
Salah satu lokasi yang cukup terkenal di Bantimurung adalah Museum Kupu-Kupu. Berhubung cuaca masih terus gerimis dan kami membawa anak kecil, kesempatan untuk mengunjungi museum kupu-kupu belum dapat dilakukan.
Waktu Pulang
Tiga hari sudah kami berada di rumah kediaman Mas Sawiyo. Cukup banyak kenangan indah yang  kami dapatkan. Kami dapat menikmati coto makassar di lokasi Makassar, menikmati bakso Solo di Makassar dan menikmati jajanan khas Sulawesi pada pagi hari sebagai teman minum kopi.
Tiket pesawat pulang pun sudah ada di tangan. Mas Sawiyo yang saya tawari ikut jalan-jalan ke Kalimantan Timur tidak bersedia. Usia yang kian sepuh dan kewajiban menjaga dua putri, satu menantu, dan satu cucu memang harus dijalani.
Ada Hikmah saat Anak Tidak MudikÂ
Dalam perjalanan pulang dari Makassar ke Balikpapan, saya merasa bersyukur. Ada sesuatu yang membuat saya bahagia. Meskipun tidak dapat berjumpa anak-anak kandung, menantu, dan cucu, saya berkesempatan berjumpa dengan kakak kandung di luar pulau.
Saya merasa bahagia dan Mas Sawiyo saya harapkan ikut berbahagia. Awal tahun 2023 anak perempuan Mas Sawiyo yang sudah mempunyai anak pernah mengirimi pesan japri ke nomor WA saya agar kami berkunjung lagi ke rumah tinggalnya di Makassar.
Saya pun merasa terharu atas keinginan itu. Namun, dalam waktu dekat kami belum dapat memenuhi permintaan itu. Masih ada agenda lain yang harus diselesaikan.
Dalam bulan Ramadan tahun 2023 Anda yang mempunyai anggota keluarga yang tidak dapat mudik, tidak perlu dijadikan alasan untuk bersedih. Mereka tidak mudik mungkin sedang ada sesuatu yang menghalangi. Buatlah diri bahagia dengan cara membuat orang lain senang. Rasa bahagia memang harus diciptakan sendiri, bukan berharap pada orang lain.
Seperti kisah yang saya ceritakan di atas. Waktu itu, saya sangat berharap ketiga anak kami dapat mudik pada saat libur sekolah dan cuti bersama. Berhubung ketiga anak kami tidak ada yang mudik, sayalah yang mencari "hiburan" dengan mengunjungi saudara kandung di luar pulau. Saya merasa senang dan percaya Mas Sawiyo sekeluarga ikut senang.
Dengan memberikan rasa senang pada orang lain, hati kita ikut bahagia. Kesedihan tidak dapat berkumpul dengan anak-anak tergantikan dengan rasa bahagia berkumpul dengan keluarga kakak kandung.
Bagaimana lebaran Anda tahun ini? Â
Penajam Paser Utara, 9 April 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H