Driver Taksi Daring Bercerita
Perjalanan pagi hari Ahad, 12 Maret 2023 terasa istimewa. Saya naik taksi yang dipesan melalui aplikasi. Perjalanan dari Jakarta Selatan menuju bandara Soeta terasa penuh makna.
Mas Udin, sang driver enak diajak mengobrol. Ia bertanya berapa tarif yang tertera pada aplikasi. Saya pun menyebutkan sejumlah angka.
" Nanti uang yang saya dapatkan hanya sekian rupiah. Dipotong kantor 22 persen."
Mas Udin pun bercerita bahwa saat melamar diberi tahu bahwa potongan untuk kantor 20 persen. Seiring perjalanan waktu, potongan jadi 22 persen.Â
Hal itu diketahui saat Mas Udin bertanya kepada penumpang yang memakai cara pembayaran tidak langsung. Penumpang membayar lewat aplikasi transfer, bukan membayar kontan kepada sang pengemudi.
Kasihan juga kalau perubahan tidak dikomunikasikan kepada para pengemudi.
Terkait benar atau tidak cerita Mas Udin, perlu klarifikasi dari pihak kantor tempat Mas Udin bekerja.
"Sekarang bertambah, ya penyedia jasa transportasi online?"
Mas Udin pun bercerita, ia mempunyai tiga. Maksudnya, ia bekerja sama dengam ketiga perusahaan penyedia jasa transportasi online.
"Berarti harus punya HP lebih dari satu?" Saya meminta konfirmasi. Mas Udin menjawab bahwa ia punya dua HP untuk itu.Â
"Satu HP bisa untuk dua nomor, ya?" Saya memberikan penekanan.
Mas Udin bercerita bahwa ia sudah beristri dsm mempunyai tiga anak.
"Saya dari Malang, Jawa Timur."
Rumahnya dekat dengan objek wisata Gunung Bromo.
"Desa saya itu merupakan desa terakhir sebelum masuk kawasan wisata Gunung Bromo."
Setelah mengetahui kondisi itu saya bertanya.
"Mengapa tidak kerja jadi driver jeep di Bromo?"
Setelah pandemi Covid-19 mereda, masyarakat Indonesia bersemangat mengunjungi objek-objek wisata, termasuk Bromo.
"Istri saya tidak mengizinkan," ucap Mas Udin.
Beberapa alasan disampaikan. Saya pun memaklumi alasan itu.
"Nanti ada ongkos parkir, Pak!"
Tiba-tiba Mas Udin mengingatkan. Saya pun mengiyakan.
Saat mobil menepi dekat terminal 1a, Mas Udin masih membantu untuk memastikan Terminal yang sesuai dengan tiket pesawat terbang saya. Padahal saya sudah yakin bahwa terminal 1a sudah tepat. Bukan terminal 2 (T2) atau yang lain.
Petugas yang ditanya Mas Udin membenarkan.Â
Saya segera menyodorkan selembar uang kertas berwarna biru.
"Uang pas lima ribu saja untuk biaya parkir!"
" Ndak apa-apa!" jawab saya.
"Sepuluh ribu saja, Pak!" kata Mas Udin selanjutnya. Rupanya, ia tidak mau menerima tips berlebihan.
Saya pun mencari-cari di kantong celana uang kertas sepuluh ribuan.
Setelah uang diterima, Mas Udin menawari saya untuk bersantai dulu di tempat parkir dalam mobil.Â
"Ada warung di mana?" Saya merasa cukup lapar.Â
Mas Udin tidak bisa menjawab. Saya pun segera turun dari mobil.Â
Baru beberapa langkah meninggalkan mobil, Mas Udin memanggil saya. Dengan cepat saya kembali membuka mobil.
Ia tunjukkan ada satu lembar uang kertas berwarna merah di atas tempat duduk yang baru saja saya tinggalkan.
Rupanya saat saya mencari-cari selembar uang sepuluh ribuan, uang merah itu ikut keluar dari kantong celana dan terjatuh di tempat duduk  mobil.
"Oh, terima kasih,Mas."
Uang itu merupakan uang deposit dari hotel. Saat saya cek-in di hotel, harus menitipkan uang sebagai deposit. Kemudian saat meninggalkan hotel, uang deposit dikembalikan setelah kunci kamar saya serahkan.
Alhamdulillah. Mas Udin cukup baik hati. Ia tidak mau mengambil uang yang bukan miliknya.
Semoga rezeki Mas Udin akan semakin lancar. Banyak penumpang yang memakai jasanya.
Ruang Tunggu 1a Bandara Soeta, 12 Maret 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H