Pada halaman parkir tertata rapi sepeda motor berbagai model dan merk. Melihat cukup banyak sepeda motor di sana, saya menduga para peserta didik pengendaranya.
Kami harus berjalan beberapa meter untuk mencapai bangunan ruang kepala sekolah. Papan nama sekolah tampak sama ukuran dengan papan nama Gerakan Pramuka, OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), dan UKS (Usaha Kesehatan Sekolah). Semua papan nama itu berada di bawah atap yang cukup panjang.
Setiap memasuki ruang kepala sekolah, saya selalu tertarik dengan benda-benda yang ditempelkan di dinding. Tentu saja saya abadikan (difoto) sebagai kenang-kenangan. Ada model alat pendingin ruangan (AC) kuna yang dipasang di dinding.
Pak Lanurung, wakil kepala SMP ITCI membantu kelancaran administrasi yang kami perlukan. Ada beberapa dokumen yang perlu tanda tangan dan stempel sekolah. Jumlah kehadiran guru merupakan salah satu tujuan kegiatan sidak (inspeksi mendadak). Apakah ada guru yang sakit, izin, atau ada keperluan lain.
Agak lama kami berada di SMP ITCI. Kue-kue yang dihidangkan di atas meja kami nikmati sambil berbincang. Kami disuguhi kopi hitam dengan gelas ukuran besar. Model gelas tempat kopi sama dengan model gelas di warung soto DPR yang biasa untuk minuman jeruk panas, es jeruk, atau teh es, dan teh panas.
Untuk menghabiskan satu gelas besar kopi itu, kami harus meneguk beberapa kali sambil menikmati kue-kue yang cukup lezat.
Sebelum meninggalkan ruang kepala sekolah, sudah disiapkan dua kotak nasi yang sudah dimasukkan dalam tas kresek (tas plastik). Padahal waktu masih pagi. Untuk itu, dua kotak nasi itu kami bawa pulang.
Selanjutnya, kami berpamitan untuk berpindah ke SMP 12 PPU yang berlokasi tidak begitu jauh dari SMP ITCI. Pak Kukuh, kepsek SMP 12 PPU sudah sangat akrab dengan kami. Untuk itu, obrolan mengalir tanpa ada sekat. Banyak hal kami perbincangkan, termasuk masalah perundungan yang belum lama terjadi.
Saya mendengarkan penuturan proses kejadian perundungan yang sudah diselesaikan dengan damai. Namanya juga anak-anak. Usia masa pubertas memang suka meniru hal-hal yang pernah dilihat di media sosial, Mereka tidak memikirkan dampak perundungan yang sudah dilakukan. Setelah peristiwa terjadi, barulah penyesalan yang muncul. Orangtua mereka juga ikut dibawa-bawa ke sekolah untuk menyelesaikan persoalan.
Kunjungan berikutnya, kami menuju SMP 14 PPU. Saat kami tiba di wilayah Kelurahan Riko itu, Bu Rarik sedang memberikan sambutan atau berkomunikasi dengan para orangtua peserta didik.
Untuk itu, kami menunggu di ruang tamu kepsek bersama Mas Ilham, staf tata usaha yang sebelumnya bertugas di SMP 7 PPU. Mas Ilham sebagai THL (Tenaga Harian Lepas) mengenakan kemeja putih lengan panjang.