Mohon tunggu...
Suprihadi SPd
Suprihadi SPd Mohon Tunggu... Penulis - Selalu ingin belajar banyak hal untuk dapat dijadikan tulisan yang bermanfaat.

Pendidikan SD hingga SMA di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Kuliah D3 IKIP Negeri Yogyakarta (sekarang UNY) dilanjutkan ke Universitas Terbuka (S1). Bekerja sebagai guru SMA (1987-2004), Kepsek (2004-2017), Pengawas Sekolah jenjang SMP (2017- 2024), dan pensiun PNS sejak 1 Februari 2024.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Rutinitas Perlu Variasi

5 Desember 2022   18:05 Diperbarui: 5 Desember 2022   18:08 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rutinitas Perlu Variasi

Sebagai pengawas sekolah pada jenjang SMP, kami selalu melakukan kegiatan rutin. Pada hari Senin tanggal lima Desember 2022, kami mengikuti apel pagi di kantor disdikpora. Suasana cukup ceria pada awal pekan. Setelah dua hari tidak berjumpa dengan kawan-kawan pengawas, kami dapat bersua lagi dalam keadaan lebih baik.

Amanat dari sekretaris disdikpora mengulas pelaksanaan upacara peringatan Hari Guru yang dilaksanakan pada tanggal satu Desember 2022. Kami tidak terlalu responsif. Ulasan yang disampaikan Pak Daman tersebut tidak terlalu kami tanggapi dengan serius. Biarlah cerita saat upacara berlalu seiring perjalanan waktu.

Setelah kami makan-makan gorengan di ruang pengawas (Bu Hj. Sri Kamariah menawarkan cempedak goreng masih hangat dan beberapa gorengan lain yang dibeli di kantin).

Agenda berikutnya adalah kunjungan ke sekolah. Kebetulan mulai hari Senin tanggal lima Desember 2022 sekolah jenjang SD dan SMP di Kabupaten Penajam Paser Utara melaksanakan asesmen sumatif (Sekolah Penggerak dan pelaksana IKM) dan PAS-ulangan umum semester ganjil- (kelas yang belum melaksanakan Kurikulum Merdeka).  

dokpri
dokpri
Pak Anas Baenana bersama Pak M. Hanafi, dan saya, Suprihadi berada dalam satu mobil pribadi milik Pak Anas Baenana. Saya duduk pada kursi di baris tengah. 

Dengan begitu, saya dapat memotret sang driver. Foto itu segera saya bagikan ke WAG Kepsek SMP/MTs. PPU. Ada keterangan saya tuliskan.

"Meluncur monev...Ikuti driver, entah ke sekolah mana...."

Sengaja saya membuat teka-teki bagi kepala sekolah. Saya tidak menyebutkan tujuan kami ke sekolah mana. Ada kata "monev" (monitoring dan evaluasi) sengaja saya tuliskan agar para kepala sekolah kepo.

Benar saja. Dalam hitungan detik, ada seorang kepala sekolah yang bertanya. Ia menanyakan monev apa. Pertanyaan yang serius itu saya jawab dengan "guyon" sebagai berikut.

"Saya peserta, Pak. Ikut driver saja, nih. Sebagai penumpang yang baik, dilarang bicara dengan sopir..."

Sebagai pengawas sekolah, saya mengetahui bahwa seorang kepala sekolah mempunyai begitu banyak hal yang harus dipikirkan. Untuk itu, saya tidak ingin menambah beban pikiran mereka. Saya berusaha mengajak mereka selalu dapat bergembira di sela-sela menjalankan aktivitas.

dok. pribadi
dok. pribadi
Rasanya tidak tega membuat jawaban yang "menjengkelkan" seperti yang saya tuliskan di atas. Untuk itu, setelah tiba di lokasi sekolah yang kami tuju, segera saya melakukan swafoto bersama kepsek. 

Foto bersama Bu Pedie Dawid itu segera saya bagikan di WAG Kepsek SMP/MTs. PPU. Tentu saja ada keterangan yang saya tuliskan bahwa saya dan Pak M. Hanafi diajak Pak Anas Baenana berkunjung ke SMP 10 PPU.

dokpri
dokpri
Kami pun mengobrol ringan tentang banyak hal. Monev yang kami lakukan bersifat umum. Kami bertiga lebih banyak mendengarkan daripada berbicara. Baru beberapa menit mengobrol, Bu Pedie mengajak kami menuju ruang guru untuk makan prasmanan.

dokpri
dokpri
Sebagian guru sedang menikmati hidangan di piring. Sebagian yang lain sedang sibuk dengan urusan masing-masing. Mereka sedang beristirahat setelah melakukan pengawasan peserta didik pada kegiatan asesmen dan ulangan umum semester ganjil (PAS)  jam pertama.

Makanan yang kami ambil segera dibawa ke ruang kepala sekolah lagi. Obrolan pun kami lanjutkan sambil menikmati hidangan. Sayur model rumahan yang kami nikmati. Bu Pedie pun bercerita, program makan bersama itu dicetuskan untuk penghematan. Jika masing-masing guru membeli makanan di luar, tentu lebih mahal.

"Satu porsi bisa dua lima atau tiga puluh ribu."

"Kalau makan di sekolah seperti ini, setiap guru diminta iuran seikhlasnya. Nanti gantian yang masak sayur. Untuk memasak nasi, tidak repot, tinggal colok listrik. Ada beras."

Seorang kepala sekolah memang harus memikirkan guru dan staf tata usaha di sekolahnya. Bukan urusan kedinasan saja. Untuk urusan keperluan pribadi perlu pula dipikirkan untuk kebersamaan. Menciptakan sekolah yang nyaman memang tidak hanya dilihat dari sisi luar, misalnya ruang ber-AC, fasilitas ruang belajar tercukupi, dan sebagainya. Perlu pula diupayakan kenyamanan dalam urusan "kampung tengah".

Setelah beberapa saat berbincang di SMP 10 PPU, kami pun berpamitan. Kami kembali ke markas kami, yaitu di ruang pengawas disdikpora. Baru beberapa menit kami duduk-duduk di ruang yang tidak terlalu luas itu, datang seorang kepala sekolah wanita.

Kedatangannya langsung membuat heboh. Banyak cerita yang dilontarkan. Banyak pertanyaan yang kami ajukan. Ia pun duduk di dekat tempat saya duduk. Kesempatan pun tidak saya sia-siakan untuk memotret kepsek SMP 26 PPU tersebut.

Dengan sigap foto Bu Rindi Wulandari saya bagikan di WAG Kepsek SMP/MTs. PPU. Tentu saja dengan keterangan yang dapat membuat orang tertawa.

"Ternyata suka pisang..."

dokpri
dokpri
Saat itu Bu Rindi memang langsung menyantap pisang masak pohon yang berada di atas meja. Pisang itu merupakan  kiriman dari Pak Rusman Maha. 

Sewaktu kami akan ke SMP 10 PPU, kami berjumpa Pak Rusman Maha, pengawas PAI jenjang SD. Tempat tinggal Pak Rusman Maha di wilayah Kecamatan Babulu. Dia memiliki kebun pisang. Setiap ke kantor disdikpora, ia sering membawa buah pisang masak pohon.

Sebagai pengawas sekolah kami selalu menjalin komunikasi aktif sesama pengawas lintas jenjang dan kepala sekolah lintas jenjang pula, termasuk dengan penilik sekolah.

Dengan sering berkomunikasi aktif, kami sering mendapatkan berbagai kemudahan. Meskipun posisi kami sebagai pengawas, kami berusaha tidak membuat jurang pemisah dengan para guru dan kepala sekolah. Bagi kami, hubungan antara pengawas dengan guru dan kepsek adalah hubungan kemitraan. Bukan hubungan atasan bawahan.

Dengan menerapkan strategi seperti itu, kami selalu merasa diterima di mana-mana. Kami merasa selalu dapat mengambil posisi di mana pun kami berada. 

Terkadang kami berlaku sebagai kawan, mitra, atau tempat curhat. Kami tidak ingin dianggap "orang lain" oleh guru atau kepsek. 

Kami merupakan satu keluarga besar yang bergelut di bidang pendidikan. Untuk kemajuan peserta didik, kami harus sering berkoordinasi dan berkomunikasi dengan gaya yang tidak kaku.

Dengan melakukan semua hal itu, rutinitas yang kami lakukan cukup bervariasi. Kami datang ke sekolah bukan sebagai pejabat Dinas Penddikan. Kami datang sebagai sahabat dan kawan yang siap untuk berkomunikasi produktif.   

Penajam Paser Utara, 5 Desember 2022

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun