Konten Pelajaran Kurikulum Merdeka, Biasa-Biasa Saja!
kurikulum yang diberlakukan. Sejak Indonesia merdeka, sudah ada berapa kurikulum yang ditetapkan? Setiap kali ada perubahan kurikulum, komentar "miring" selalu muncul. Namun, tetap saja kurikulum "baru" yang digunakan dengan "sedikit" penyesuaian mengikuti "masukan" dari berbagai pihak.
Kurikulum di Indonesia berubah nama dari waktu ke waktu. Rata-rata setiap sepuluh tahun sekali ada namaDalam Kurikulum Merdeka, adakah konten atau materi pelajaran yang benar-benar "baru"? Untuk bapak/ibu guru silakan mencermati CP (Capaian Pembelajaran) masing-masing mata pelajaran yang diampu. Baca perlahan-lahan setiap CP, adakah hal baru yang harus dipelajari peserta didik?
Rasa-rasanya tidak ada! Hal yang ada justru materi pelajaran diaduk-aduk. Guru yang sudah cukup lama mengajar pasti sudah mengetahui bahwa CP ini arahnya ke sana, CP ini arahnya ke situ. Tidak ada hal yang baru. Justru, para guru dibuat bingung.
CP yang diterbitkan pemerintah melalui kemendikbudristek masih bersifat umum dan berlaku berdasarkan fase, bukan tingkat kelas. CP untuk kelas satu dan dua SD disebut CP fase A. Kemudian CP untuk kelas tiga dan empat SD disebut CP fase B. Selanjutnya, CP untuk kelas lima dan enam SD disebut CP fase C. Untuk jenjang SMP, CP untuk kelas 7, 8, dan 9 disebut CP fase D. Kemudian untuk kelas 10 SMA ada CP fase E. Terakhir, CP untuk kelas 11 dan 12 (SMA) disebut CP fase F.
Tujuan atau harapan yang dituangkan dalam kalimat CP setiap fase ada yang bersifat umum dan ada CP per elemen atau bagian (subbab). Guru yang kreatif akan membanding-bandingkan setiap CP dalam elemen dengan materi pelajaran pada kurikulum-kurikulum sebelumnya, khususnya K-13.
Apa kata mereka? Tidak jauh berubah! Bahan atau materi pelajaran sebagian sudah ada dalam buku-buku teks kurikulum sebelumnya. Dengan demikian, guru yang kreatif akan memanfaatkan buku-buku yang menumpuk di perpustakaan sebagai bahan belajar. Apakah hal itu diperbolehkan? Sangat dibolehkan dalam penerapan Kurikulum Merdeka.
Nah, kalau begitu, buat apa ada kurikulum baru karena guru masih boleh menggunakan buku-buku teks yang lama? Biarlah Pak Menteri yang menjawab untuk pertanyaan seperti itu.
Seorang guru yang baik pasti akan melakukan hal yang bijak. Selama buku-buku yang sesuai kurikulum baru belum dibeli oleh sekolah, buku teks lama (buku K-13) masih boleh digunakan. Materi pelajaran tidak banyak berubah. Hanya kejelian dan kepiawaian seorang guru yang diperlukan.
Bukankah elemen CP atau CP elemen masih bersifat umum kalimatnya? Kalimat-kalimat itu dapat diturunkan atau dianalisis sehingga didapatkan kalimat khusus (diberi istilah TP = Tujuan Pembelajaran) yang merupakan penjabaran dari elemen CP.
Satu hal yang perlu dipahami oleh para guru yang baru akan menerapkan Kurikulum Merdeka, pelajari (baca) CP umum dan elemen CP dengan cermat. Baca berulang-ulang agar didapatkan gambaran yang komprehensif terkait konten atau materi pelajaran yang harus disiapkan. Jika konten itu sudah ada dalam buku-buku teks yang lama, mengapa harus bingung dengan bertanya, "Mana buku teks Kurikulum Merdeka?"
Untuk itu, para guru tidak perlu anti-buku lama. Justru, terkadang, buku-buku lama lebih lengkap dan lebih mudah dipahami daripada buku-buku baru yang sering menggunakan istilah-istilah yang kurang dipahami oleh peserta didik.
Proses Belajar Lebih Utama
Dalam penerapan Kurikulum Merdeka, konten atau materi pelajaran merupakan bagian dari PMB (Proses Belajar Mengajar). Agar peserta didik lebih mudah memahami sebuah TP, konten harus disiapkan guru. Untuk itu, pemilihan konten pelajaran perlu mempertimbangkan hasil asesmen awal.
Proses peserta didik memahami TP harus lebih menjadi prioritas daripada guru sibuk mencari konten. Apabila TP sudah ditetapkan, disampaikan kepada peserta didik, didiskusikan bersama, konten akan mengikuti. Konten dapat dicari bersama. Peserta didik boleh dan disarankan ikut mencari konten yang sesuai dengan TP dan sesuai dengan minat peserta didik. Semangat peserta didik akan meningkat jika mereka dilibatkan dalam proses pembelajaran.
Contoh Sederhana
CP mata pelajaran bahasa Indonesia fase D (kelas 7, 8, 9), kita pilih elemen Membaca dan Memirsa, CP elemen itu adalah (kalimat pertama): Peserta didik memahami informasi berupa gagasan, pikiran, pandangan, arahan atau pesan dari berbagai jenis teks misalnya teks deskripsi, narasi, puisi, eksplanasi, dan eksposisi dari teks visual dan audiovisual untuk menemukan makna yang tersurat dan tersirat.
Seorang guru bahasa Indonesia jenjang SMP harus membaca berulang-ulang satu kalimat yang panjang tersebut. Kalimat di atas perlu dibaca berulang-ulang agar dapat ditemukan kalimat inti dan dapat ditentukan tujuan pembelajaran (TP) dengan tepat. Contoh Tujuan Pembelajaran (TP) dari analisis elemen CP tersebut.
TP: Peserta didik mampu menemukan makna yang tersurat dan tersirat.
Sarana/bahan: informasi berupa gagasan, pandangan, pesan
Jenis konten: teks deskripsi, teks narasi
Bentuk teks: visual dan audiovisual (naskah berita atau video bersuara).
Untuk menentukan konten atau bahan pelajaran, guru dapat menyiapkan teks deskripsi terkini, misalnya deskripsi kondisi Cianjur setelah tertimpa gempa. Untuk melengkapi informasi, peserta didik diberi tugas untuk mencari informasi terkait gempa Cianjur tersebut. Boleh berupa berita di media cetak, berita online, atau informasi berupa video bersuara. Ingat, tujuan pembelajaran adalah menemukan makna tersurat dan tersirat!
Dengan langkah-langkah seperti contoh di atas, motivasi peserta didik akan meingkat karena mendapatkan tantangan untuk mencari berita terkait gempa Cianjur tersebut.
Pembahasan di kelas akan semakin “hidup” karena masing-masing peserta didik akan dengan bangga bercerita tentang informasi yang diperolehnya. Namun, guru harus mengarahkan peserta didik agar TP dapat tercapai.
Demikian sedikit contoh konten pelajaran dalam Kurikulum Merdeka. Tidak ada hal "baru" yang perlu dikhawatirkan. Guru tetap harus kreatif demi mendidik anak-anak menjadi generasi penerus yang berpikir kritis, dinamis, dan penuh optimis.
Penajam Paser Utara, 29 November 2022
*Tantangan Omjay Menulis di Blog
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H