Pak Budi Lestarianto sudah berdiri menyampaikan presentasi saat saya tiba di aula tempat kegiatan pengimbasan. Saya pun memilih duduk pada kursi belakang yang kosong di samping Pak Raif Wijaya, kepsek SMP 15 PPU.
Saya menyalami Pak Raif Wijaya dan langsung ikut memperhatikan uraian yang disampaikan Pak Budi Lestarianto. Paparan yang disampaikan sama dengan yang disampaikan pada hari sebelumnya. Sambil mendengarkan paparan itu saya melongok ke meja-meja peserta. Terlihat belum ada kotak kue seperti kemarin. Panitia bagian konsumsi dari dikdas disdikpora tentu sedang dalam perjalanan. Harus dimaklumi pada pagi hari itu, para pegawai disdikpora mengikuti apel di kantor. Apalagi ada agenda perayaan ulang tahun kadisdikpora. Perjalanan ke SMP 1 PPU agak tertunda.
Pada sela-sela memaparkan atau menguraikan topik terkait implementasi Kurikulum Merdeka, Pak Budi Lestarianto selalu mengajak peserta untuk ikut ambil bagian. Pendapat atau masukan dari peserta sangat dibutuhkan untuk mengetahui tingkat pemahaman terhadap topik yang dibahas.
Teknik itu juga dijadikan contoh agar para guru di dalam kelas, saat KBM, aktivitas berdialog dengan peserta didik semakin ditingkatkan. Guru tidak hanya "menjejalkan" informasi terus-menerus. Namun, umpan balik atau tanggapan dari peserta didik lebih ditingkatkan.
Pada kegiatan pengimbasan hari Jumat itu, para peserta mengenakan pakaian yang bervariasi. Sebagian memakai kemeja batik. Sebagian memakai gaun terusan polos. Sebagian memakai kemeja lengan pendek bukan batik. Ada peserta yang bermasker dan sebagian besar tidak bermasker.
Pak Pramana, kepsek SMP Dharma Husada tampak asyik merekam guru dari sekolahnya yang sedang menyampaikan pendapat. Peserta lain memperhatikan dengan posisi duduk mengarah ke depan. Mereka mendengarkan dengan sungguh-sungguh pendapat yang disampaikan oleh guru tersebut.
Guru yang sehari-hari mengajar di depan kelas, pada hari Jumat itu harus rela menjadi "murid" untuk sementara waktu. Gaya atau posisi duduk pun beraneka ragam. Ada yang berpangku tangan, menopang dagu, menutup hidung, atau membebaskan kedua tangan berada di pangkuan. Ada pula yang asyik menerima panggilan telepon.
Untuk peserta yang tidak mendapatkan meja, terpaksa rela duduk dengan gaya khusus. Tangan tidak dapat diletakkan di atas meja. Padahal pada sisi berbeda ada meja yang kosong. Namun, berhubung ingin berkumpul dengan sesama guru dari asal sekolah yang sama, guru itu rela duduk pada kursi yang tidak ada mejanya.
Gaya menunjukkan jempol ditampilkan oleh Pak Fauzi dan seorang temannya, guru SMP 19 PPU yang duduk pada kursi bagian belakang, saat saya memotret rombongannya. Gaya serupa ditunjukkan oleh Pak Gatot teman satu sekolah dengan Pak Fauzi.
Sebelum menjadi PNS, Pak Gatot menghonor (menjadi THL) di SMP 15 PPU sebagai guru PJOK. Pada saat ada penerimaan CPNS, ia mendaftarkan diri dan diterima kemudian ditempatkan di SMP 19 PPU yang termasuk wilayah Kelurahan Pantai Lango.
Guru-guru SMP 1 PPU, meskipun menjadi tuan rumah, tetap ada peserta yang diikutkan dalam kegiatan Pengimbasan IKM tersebut. Belajar memang tidak hanya sekali selesai. Perlu ada pengulangan atau belajar ulang agar pemahaman dapat lebih mendalam. Para guru SMP 1 PPU itu tentu sudah mendapatkan pengimbasan dari Pak Budi Lestarianto dan rekan guru yang sudah mengikuti pelatihan dalam format Komite Pembelajaran. Berhubung ada program dari disdikpora, mereka diikutkan lagi.